Senin, 7 Jumadil Akhir 1446 H / 27 Desember 2021 10:52 wib
42.955 views
Suka Anaknya Wafat Duluan, Inilah Alasan Umar bin Abdul Aziz
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Meninggal dunia sudah menjadi ketetapan atas setiap insan. Hanya saja waktu, tempat, dan sebab tidak ada yang mengetahuinya. Secara hitungan manusia dan berdasar kebiasaan, orang tua lebih dekat ajalnya daripada anaknya. Yang berusia tua lebih ‘cepat’ metinya daripada yang muda. Namun sering terjadi juga, yang usianya lebih muda meninggal lebih awal dari yang tua; seorang anak wafat sebelum bapaknya.
Terkait ‘harapan’ kematian kami temukan kisah yng cukup unik dan menarik dari Umar bin Abdul Aziz yang suka jika anaknya meninggal lebih dahulu dari dirinya. Bukan karena beliau tidak cinta dan sayang kepada buah hatinya. Bahkan beliau sangat cinta dan menyayangi kepada keturunannya itu.
Umar bin Abdul Aziz Radhiyallahu 'Anhu berkata kepada putranya yang bernama Abdul Malik,
يا بني، والله إني لأحب أن تموت قبلي لأحتسبك
“Wahai putraku, demi Allah sungguh aku senang –kalau- engkau meninggal sebelum diriku agar aku berharap pahala atas kepergianmu.”
Anaknya menjawab,
والله ما بي كراهة لما تحب يا أبت
“Demi Allah, wahai Bapakku, aku tidak membenci apa yang engkau sukai itu.”
Ternyata tujuannya agar dirinya berkesempatan untuk bersabar dan berharap pahala atas kepergian anaknya yang pasti membuat sedih dirinya. Pastinya, supaya dirinya memperoleh apa yang Allah janjikan dalam hadits Qudsi; yaitu surga.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يقول الله تعالى: ما لعبدي المؤمن عندي جزاء إذا قبضت صفيه من أهل الدنيا ثم احتسبه إلا الجنة
“Allah Ta’ala berfirman: tidaklah ada balasan dari-Ku untuk hamba-Ku yang apabila aku ambil (wafatkan) kekasihnya dari penduduk dunia lalu ia bersabar dan berharap pahala melainkan surga.” (HR. Al-Bukhari)
Imam al-Nawawi rahimahullah menyebutkan hadits ini di dalam kitab monumentalnya “Riyadh al-Shalihin” pada bab “Al-Sabru”. Dan petunjuk dari hadits qudsi ini sangat jelas bahwa orang yang kehilangan orang dikasihinya –pasangan atau keturunan- merasakan kesedihan yang luar biasa. Saat itu, jika ia bisa mengembalikan urusan kepada Allah dengan bersabar dan berharap pahala maka ia benar-benar beriman.
Banyak orang saat kehilangan anaknya hilang kewarasannya sehingga stres karena tidak kuat menahan kesedihan. Ada pula yang nekat melakukan sesuatu yang tidak semestinya seperti meratapi, marah kepada Allah dan membenci takdir-Nya, dan bentuk ucapan dan perbuatan buruk lainnya. Wal’iyadhu billah.
Kehilangan orang yang sangat dicintai dan disayangi -seperti pasangan kekasih, anak atau cucu- menjadi musibah yang sangat besar. Pastinya, kesedihan dan duka memenuhi dada. Apabila seorang muslim mampu mengumpulkan sifat sabar dalam dirinya maka Allah janjikan surga untuknya.
Kesadaran akan pahala besar di sisi Allah atas musibah semacam ini yang sangat besar membuat mereka berangan-angan memperolehnya. Di mana besarnya pahala dan tingginya derajat karena kesabaran atasnya, hampir-hampir, tidak bisa diraih dengan shalat, puasa, dan ibadah di waktu malam.
Siapa yang mendapati musibah ini hendaknya ia memperkuat kesabaran dan benar-benar berharap pahala kepada Allah atasnya. Dengan ini akan dihapuskan kesalahannya, diangkat derajatnya, dan mendapat pahala tanpa batas sehingga ia memperoleh keuntungan besar di sisi Allah.
Namun, jika seseorang memiliki anak shalih yang masih hidup sesudahnya, ia pun berkesempatan mendapat pahala yang mengalir untuknya dan memperoleh keutamaan melalui istighfar mereka.
jika seseorang memiliki anak shalih yang masih hidup sesudahnya, ia pun berkesempatan mendapat pahala yang mengalir untuknya dan memperoleh keutamaan melalui istighfar mereka.
Kita berharap kepada Allah sesuatu yang mendorong kita untuk bersyukur dan mempersiapkan diri untuk bersabar atas ketetapan takdir yang ‘menyedihkan’ sebagai ujian atas kita. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!