Ahad, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 19 November 2023 21:43 wib
51.799 views
AS sebagai Penjaga Entitas Israel
Oleh : Desti Ritdamaya
Amerika Serikat (AS) mitra sejati Israel. Diksi ini tidaklah asing. Karena rekam jejak sepanjang 8 dekade terakhir, AS sekutu terdekat Israel dalam berbagai aspek. Termasuk dukungan penuh nan kuat pada penjajahan Israel di Palestina. AS selalu meng’amin’kan kejahatan dan kebiadaban Israel. Selalu berkomitmen membela dan menyokong nirkemanusiaan Israel. Mengapa demikian?
Setelah power Inggris meredup pasca perang dunia II, AS naik panggung sebagai negara adidaya pengganti Inggris. Tahun 1947 PBB mengeluarkan resolusi 181 yang membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian. Yaitu 55% untuk Israel dan 45% untuk Arab (Gaza untuk Mesir, Tepi Barat untuk Yordania dan Dataran Tinggi Golan untuk Suriah). Dengan keberpihakan PBB pada Israel, tanggal 14 Mei 1948 negara ilegal Israel diproklamirkan. Presiden AS Harry Truman menjadi pemimpin dunia pertama yang mengakui keilegalan tersebut.
Secara totalitas AS mendukung Israel baik keuangan, persenjataan, diplomasi dan sebagainya. Untuk Israel, setiap tahun AS mengucurkan dana sebesar 3,8 miliar dolar, sebagian besar dana militer. AS penyuplai persentaaan terbesar. Dalam rentang tahun 2010-2022 terdapat 39 kontrak pengiriman senjata (bom, rudal, tank lapis baja, pesawat tempur, iron dome dan sebagainya) bernilai 9,8 miliar dolar. Sejak tahun 1945 ada 36 resolusi PBB terkait perang Palestina dan Israel. 34 diantaranya diblokir oleh AS dengan alasan mendiskreditkan Israel dan mendukung Palestina.
Ada komite khusus di struktur pemerintahan AS yang bertugas menormalisasi hubungan dunia Islam dengan Israel. Sangat nampak keberhasilan komite ini. Tahun 1978 pasca perang Yom Kippur (koalisi Arab melawan Israel) Presiden Mesir Anwar Sadat menandatangi perjanjian Camp David 1 dengan Israel. Dilanjutkan dengan kesepakatan untuk melakukan hubungan diplomatik. Sampai sekarang Mesir tercatat sebagai penerima bantuan terbesar kedua setelah Israel dari Paman Sam. T
ahun 1994 Yordania juga mendandatangi perjanjian Oslow sebagai permulaan normalisasi hubungan dengan Israel. Selanjutnya sama seperti Mesir, kucuran bantuan AS mengalir ke Yordania. Tahun 2020 Emirat Arab, Sudan, Maroko, Bahrain mengikuti jejak Mesir dan Yordania. Negeri muslim lainnya sudah menjadi target AS untuk normalisasi dengan Israel termasuk Indonesia.
Ada ‘Udang’ di Balik Dukungan AS
Bukan rahasia lagi, di balik kebijakan AS menjaga Israel ada kepentingan nasional dan global AS. Antara lain :
Pertama, pengaruh pemilik modal. AS sentral negara sekuler berideologi kapitalisme, mengusung demokrasi (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). Tapi jika mengkaji secara mendalam, yang berkuasa hakikatnya para pemilik modal. Harus diakui orang-orang Yahudi Di AS banyak yang tajir melintir. Dengan modal harta dan uang, mereka mempengaruhi kebijakan pemerintah AS. Bahkan mereka masuk dalam kekuasaan dan menduduki posisi strategis dalam pemerintahan. Wajar darah Yahudi inilah yang juga menyebabkan mereka membela Israel.
Kedua, hegemoni kepemilikan minyak. Pameo “siapa penguasa minyak, dialah penguasa dunia” memang tak terbantahkan. Walaupun hari ini ada sumber energi alternatif, tetaplah minyak menjadi sumber energi utama. 65 % cadangan minyak dunia ada di Timur Tengah. AS ingin tetap menjadi pengendali dan pengatur suplai, distribusi dan harga minyak. Wajar AS ‘sibuk’ dengan urusan Timur Tengah agar urusan minyak tetap di bawah kendali.
Ketiga, injeksi sekulerisme. AS mempunyai senjata ‘sakti’ yaitu tsaqafah-tsaqafah sekuler yang targetnya diinjeksikan secara global. Untuk Timur Tengah, Israel dijadikan oleh AS sebagai role model sekulerisme. Dengan diadopsinya tsaqafah-tsaqafah sekuler terutama oleh para pemimpin negeri, maka mudah bagi AS menguasai Timur Tengah. Malangnya kaum muslim tak menyadari telah dijajah AS ketika akidah dan syari’at Islam tak lagi menjadi standar kehidupan.
Keempat, deteksi gangguan hegemoni. AS tak ingin ada gangguan dalam hegemoninya termasuk di Timur Tengah. Saat perang dingin rival AS adalah Uni Soviet. Hari ini rival AS adalah Islam. Potensi kebangkitan Islam ada di Timur Tengah. Entittas Israel dijadikan AS sebagai alarm pendeteksi sekaligus peredam kebangkitan Islam di Timur Tengah.
Tak diragukan lagi AS adalah penjajah sama seperti Israel. Demi kepentingan gold dan glory, AS mendukung Israel menumpahkan darah jutaan muslim yang tak berdosa. Jelas tsaqafah-tsaqafah sekuler (seperti HAM dan demokrasi) sebagai alat penjajahan AS. Standar ganda selalu dimainkan AS dalam eskalasi perang Palestina dan Israel. Ini adalah kemunafikan AS. Tak layak muslim menggantung harapan penyelesaian tuntas masalah Palestina pada AS dan kroninya termasuk PBB. Pun sudah saatnya muslim melepaskan ikatan tsaqafah penjajah dalam pemikiran dan menjadikan akidah dan syari’at Islam sebagai pegangan. Allah SWT berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَٱلْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman (QS. Al Maidah ayat 57). Wallahu a’lam bish-shawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!