Marudut menjelaskan, jumlah protein pada tempe sekitar 20,8 gram per 100 gram, seperti yang dipublikasikan di dalam tabel komposisi pangan Indonesia pada 2018. Sementara itu, jumlah protein nabati pada kedelai sebagai bahan dasar tempe sekitar 40,4 gram per 100 gram kedelai.
Sekilas, orang akan menganggap protein kedelai lebih bagus daripada tempe. Padahal, itu hanya didasarkan atas kuantitasnya saja.
"Kita juga harus melihat bagaimana protein tersebut digunakan di dalam tubuh, itu harus dilihat dari kualitasnya," ujar Marudut.
Nilai cerna protein tempe, menurut Marudut, jauh lebih tinggi daripada nilai cerna kedelai sebagai bahan bakunya. Protein tempe lebih mudah dicerna dan diabsorpsi, sehingga lebih mudah diutilisasi di dalam tubuh.
Selain itu, protein di dalam tempe kedelai juga mengandung asam-asam amino yang lengkap, walaupun masih kalah jika dibandingkan susu dan telur, tetapi tidak kalah dengan pangan lainnya. Misalnya dari berbagai jenis kacang-kacangan, sumber protein tempe ini lebih unggul.
Pada 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan untuk tidak melihat makanan dari nilai cernanya secara total. Yang harus dilihat adalah bagaimana sebenarnya itu dicerna bagian usus halus paling bawah, sebelum sampai ke kolon.
"Dibandingkan protein dari sumber kacang-kacangan, protein tempe jauh lebih bagus," kata Marudut.
Tempe juga merupakan sumber vitamin B12. Vitamin B12 itu hanya ada di protein hewani, tidak ada di protein nabati. Namun, ada keanehan yang terjadi saat kedelai difermentasi menjadi tempe itu ditemukan adanya vitamin B12.
Dari mana itu dihasilkan? Vitamin B12 merupakan hasil fermentasi kedelai menjadi tempe, yaitu Rhizopus oligosporus yang simbiosis dengan dua jenis mikroorganisme, yang pertama adalah Klebsiella pneumonia dan Citrobacter freundii.
Simbiosis mikroorganisme ini menghasilkan vitamin B12 yang cukup tinggi pada kedelai. Kurang lebih, per 100 gram bisa ditemukan 1,2 mikrogram vitamin B12.
"Kebutuhan vitamin B12 pada orang dewasa sekitar empat mikrogram per hari, jadi kita bisa bayangkan kebutuhan vitamin B12 ini bisa terpenuhi dengan konsumsi tempe," ujar Marudut seperti dilansir republika.co.id.
Lebih lanjut, Marudut menjelaskan, tempe merupakan sumber isoflavon. Isoflavon merupakan suatu senyawa sangat penting, yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.
Penelitian yang dilakukan dan dipublikasikan pada 2018 di Indonesia dari Balai Tanaman Pangan menyebutkan bahwa kandungan isoflavon lebih tinggi pada kedelai yang sudah difermentasi dibandingkan kedelai aslinya, di mana ada peningkatan jumlah isoflavon pada tempe.
Mengonsumsi lima gram keledai saja, apalagi tempe, sudah bisa memenuhi kebutuhan 83 persen isoflavon yang dianjurkan untuk tubuh.
Peran isoflavon itu antioksidan dan melindungi dari radikal bebas. Ternyata, pada tubuh manusia, antikosidan tersebut sangat berperan mencegah berbagai penyakit degeneratif, bahkan penelitian mengungkap fungsinya untuk cegah kanker kolon.
"Artinya, rutin mengonsumsi satu potong tempe saja bisa memenuhi kebutuhan isoflavon sehari-hari," kata Marudut. [syahid/voa-islam.com]