Senin, 8 Rabiul Akhir 1446 H / 4 April 2022 14:14 wib
38.469 views
Perbanyak Baca Al-Qur’an di Ramadhan
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulilah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Bulan Ramadhan dikenal sebagai Syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an). Karena Allah telah menurunkan Al-Qur'an pada bulan ini, di salah satu malamnya, yaitu Lailatul Qadar. Dengan sebab ini membaca Al-Qur'an pada bulan Ramadhan memiliki keistimewaan lebih dan menjadi sarana penyempurna shiyam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Karenanya, hendaknya setiap muslim memperbanyak qira’atul Qur’an di bulan Ramadhan. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, meningkat tilawah beliau di Ramadhan. “Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam orang yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau akan semakin dermawan pada Ramadhan saat Jibril mendatanginya dan mengaji Al-Qur'an dengannya. Adalah Jibril mendatanginya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan dan memperdengarkan Al-Qur'an darinya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedatangan Jibril untuk mengaji Al-Qur'an bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada malam-malam Ramadhan menunjukan pentingnya membaca Al-Qur'an di bulan penuh berkah ini.
Ibnu Rajab berkata, "Hadits tersebut menunjukkan sunnahnya mengkaji Al-Qur'an pada bulan Ramadhan, berkumpul untuk mengkajinya. Di dalamnya juga terdapat dalil anjuran memperbanyak tilawah Al-Qur'an pada malam Ramadhan, karena pada malam hari kesibukan telah habis, tekad menguat, sementara hati dan lisan bersatu untuk merenungkan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan." (QS. Al-Muzzammil: 6)
Umumnya orang malas membaca Al-Qur'an di luar Ramadhan. Sampai-sampai sepanjang tahun mereka hanya menghatamkan Al-Qur'an sekali. Bahkan ada yang selama 11 bulan hanya setengah Al-Qur'an. Dan ada yang lebih sedikit dari itu. Tapi saat datang Ramadhan mereka semangat membaca Al-Qur'an, bahkan ada yang dalam satu bulan menghatamkannya sekali, dua kali, atau lebih dari itu.
Para ulama salaf juga meningkat perhatian mereka kepada Kitabullah ini. Contohnya Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu menghatamkan Al-Qur’an setiap hari dalam shalat malamnya. Sebagian ulama salaf lainnya menghataman Al-Qur’an 3 hari sekali di qiyam Ramadhan (tarawih)-nya. Sebagian yang lain tujuh hari sekali, ada pula yang sepuluh hari sekali. Mereka memperbanyak qira’ah Al-Qur’an di dalam dan di luar shalatnya.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Adapun yang menghatamkan Al-Qur'an dalam satu raka'at, maka tidak dapat dihitung karena banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin 'Affan, Tamim al-Daari, Sa'id bin Jubair Radhiyallahu 'Anhu, beliau menghatamkan dalam satu raka'at di dalam Ka'bah."
Ibnul Hakam berkata, "Adalah Malik -rahimahullah-, apabila sudah masuk Ramadhan beliau lari dari membaca hadits dan berkumpul bersama ulama."
Imam asy-Syafi'i rahimahullah, pada bulan Ramadhan menghatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam Qatadah rahimahullah senantiasa menghatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir, menghatamkannya setiap malam.
Imam al-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki Ramadhan tidak lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau hanya membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk Ramadhan, "Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca Al-Qur'an dan memberi makan."
Abdurazaq berkata, "Sufyan ats-Tsauri jika sudah masuk Ramadhan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca Al-Qur'an"
Imam al-Dzahabi berkata, "Telah diriwayatkan dari banyak jalur bahwa Abu Bakar bin 'Ayyasy tinggal selama empat puluh tahun menghatamkan Al-Qur'an sekali dalam sehari semalam."
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "(Maksud) adanya larangan membaca Al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti bulan Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar makkah, dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an di sana, untuk menghargai kemuliaan tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam Ahmad, Ishaq, dan imam-imam lainya. Hal ini didukung dengan amalan selain mereka."
Menangis ketika membaca al-Qur'an
Kebiasaan para ulama terdahulu, mereka membaca Al-Qur'an dengan direnungkan dan dipahami isinya. Mereka sangat terpengaruh dengan kalamullah dan hati mereka terenyuh. Dalam shahih al-Bukhari, dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Bacakan untukku." Aku menjawab, "Apa aku pantas membacakan Al-Qur'an kepada anda, sedangkan kepada andalah Al-Qur'an ini diturunkan?". Beliau bersabda, "Sungguh aku senang mendengarkan Al-Qur;an dari selainku." Dia berkata, "Aku membaca surah al-Nisa' sehingga ketika aku sampai:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS. An-Nisa': 41). Beliau bersabda: "cukup!". Lalu beliau berbalik, tiba-tiba kedua matanya sudah basah.
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata: ketika diturunkan
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ
"Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?" (QS. An-Najm: 59-60) Ahlu shuffah menangis sehingga air mata mereka mengalir di pipi-pipi mereka. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendengar tangisan mereka, beliau menangis bersama mereka dan kamipun menangis karena tangisan beliau. Lalu beliau bersabda, "Tidak akan tersentuh api neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah."
Ibnu Umar radliyallah 'anhu pernah membaca surat al-Muthaffifin, ketika sampai:
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
"(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?" beliau menangis hingga pingsan, dan tidak kuasa melanjutkannya.
Dari Muzahim bin Zufar berkata: "sufyan ats-Tsauri shalat Maghrib bersama kami, ketika bacaan beliau sampai
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5) lalu beliau menangis hingga terputus bacaan beliau kemudian mengulanginya lagi dari al-hamdu.
Dari Ibrahim bin al-Asy'asy berkata, "Aku mendengar Fudhail pada satu malam berkata saat ia membaca surat Muhammad, dia dalam keadaan menangis dan bertambah tangisannya saat sampai pada ayat,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." (QS. Muhammad: 31)
Beliau berkata, "dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." Dia mengulanginya dan "(ia berkata) Engkau memberi tahu tentang hal ihwal kami, jika Engkau membuka hal ihwal kami berarti Engkau memperlihatkan kesalahan-kesalahan kami dan menyingkap penutup-penutup kami. Jika Engkau menyatakan hal ihwal kami pastinya Engkau membinasakan kami dan menyiksa kami." Dan beliau (Fudhail) menangis. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!