Selasa, 18 Jumadil Akhir 1446 H / 18 April 2023 22:08 wib
24.148 views
Kasus Bima Lampung; Mengkritik Pemerintah Anti Kritik
Oleh: Aily Natasya
Dunia politik baru-baru ini digemparkan oleh seorang pemuda asal Lampung, yang kini sedang menempuh pendidikan di Australia. Ia mempresentasikan alasan-alasan kenapa provinsi Lampung itu tidak juga maju lewat akun platform Tiktok miliknya. Mulai dari jalanan yang rusak di sana-sini, sistem pendidikan yang lemah diakibatkan kecurangan hingga infrastruktur-infrastruktur yang terbatas, yang mangkrak alias tidak terurus lagi.
Video pemuda tersebut berhasil menggerakkan para warga Lampung lainnya untuk menyuarakan hal yang sama, mengungkapkan kebenaran dari kondisi Lampung saat ini, khususnya dari sisi jalan yang dari dulu belum juga diperbaiki, padahal kerusakannya sudah sangat tidak bisa ditoleransi lagi. Hal inilah yang membuat pemuda tersebut menjadi buruan pemerintah. Bima—nama pemuda tersebut—diancam akan dimasukkan ke penjara karena dianggap kritikan pemuda tersebut dianggap sebagai hinaan. Terlepas dari beberapa perkataan Bima yang tidak seharusnya ia ungkapan, dia mengkritik pemerintah Lampung dengan tujuan peduli, agar pemerintah segera sadar dan berbenah.
Namun, alih-alih mengindahkan kritikan pemuda ini dan juga ungkapan setuju dari beberapa warga Lampung, pemerintahan Lampung malah lebih fokus terhadap kata-kata Bima yang kasar. Tidak membenarkan perkataan Bima yang kasar, namun kritikannya pun sama sekali tidak bisa diacuhkan begitu saja. Alih-alih melapor, pemerintah seharusnya lebih bijak lagi dalam menganggapi kritikan rakyatnya.
Pemerintah Anti Kritik
Demikianlah status pemerintahan kita sekarang. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana warga negaranya memiliki hak yang sama untuk pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka, demokrasi mengizinkan warga ikut serta—baik secara langsung atau perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. But see? Lihat fakta lapangan. Jangankan ikut andil dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum, mengeluh dan mengkritik saja kita dibungkam. Padahal kritik adalah salah satu bentuk rasa cinta dan rasa peduli. Namun pemerintah malah menganggap itu sebagai kebencian.
Sistem ini sudah di puncak kebobrokannya, namun mereka teruskan, mereka tak peduli. Tentu saja, selagi ini menguntungkan mereka, mengapa harus diubah? Perhatikan saja semua aturan di negeri dengan sistem demokrasi ini, 99% sangat-sangat menguntungkan kaum menengah ke atas, 1% alias sisanya, untuk rakyat yang tak berdaya, yang mana jika mereka menurut menderita, namun jika tidak menurut maka akan lebih menderita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kesusahan bagi para penguasa yang menindas umat beliau. “Ya Allah, siapa yang mengemban tugas mengurus umatku kemudian dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia,” demikian munajat beliau, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim.
Wahai Pemuda-pemudi Indonesia
Apa yang bisa kita lakukan saat ini. Salah satunya adalah kita harus menuntut ilmu setinggi mungkin, bahkan sampai ke negeri orang. Karena ilmu itu juga tentang mengembara, dan melihat dunia. Banyak hal yang bisa kita pelajari di luar sana. Jangan pernah kenyang dengan ilmu, jangan pernah merasa cukup. Karena ilmu di alam semesta ini begitu luas. Pelajari ilmu agama, dan juga pelajari ilmu dunia. Agar kita bisa selalu mencari keadilan dan menyuarakannya.
“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa itu (dengan kemakrufan) dan melarangnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuh dirinya.” (HR. Al-Hakim dan At-Thabarani).
Ini surat terbuka bagi seluruh pemuda dan pemudi di Indonesia. Pasti akan selalu ada Bima-Bima yang lain di luaran sana, yang sedang berusaha untuk menyuarakan keadilan demi mewakili seluruh rakyat Indonesia lainnya. Bahkan dulu-dulu, sebelum Bima pun, sudah banyak sekali pemuda-pemudi yang menyuarakan keadilan, namun suaranya belum terdengar. Dan semoga pemuda-pemudi yang berani menyuarakan kebenaran itu adalah kita. Dan semoga, karena itu kita, Allah akan melindungi diri kita dari kedzaliman para penguasa. Karena kata Allah, di antara jihad yang paling afdhal adalah menyatakan keadilan.
Jihad yang paling afdhal adalah menyatakan keadilah di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Dailami).
Semoga pemuda-pemuda negeri ini semakin berani menyuarakan pendapatnya yang berisikan keadilan. Insyaa Allah, jika dilakukan karena Allah, itu bisa dihitung sebagai jihad. Wallahua’alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!