Sabtu, 10 Jumadil Akhir 1446 H / 4 September 2021 15:13 wib
13.868 views
Plot Twist
Penulis:
Keni Rahayu || Aktivis Dakwah Millenial
PUNYA teman yang hobinya kongkow mulu gak? Ituloh maksudnya nongkrong. Maennya ke warkop interaksinya bebas gak pandang laki perempuan. Haha hihi mulu sampai waktu berlalu. Seolah dunia digenggam tak tergantikan selamanya. Hii nauzubillah.
Manusia ketika hidup di dunia mengira kehidupannya di dunia jadi cerminan ketika ia di akhirat. Kalau di dunia banyak harta, berarti selamanya kaya. Kalau di dunia banyak teman, berarti selamanya berkawan. Kalau di dunia cantik atau ganteng berarti selamanya punya muka enak dipandang.
Padahal kata selamanya itu nisbi. Bisa jadi selamanya yang dimaksud akan dibatasi dengan fase kehidupan dunia dan akhirat. Alam barzah menjadi penyekat keduanya. Maka kata selamanya maksimal berhenti di sini.
Bahkan sebelum ketemu kata "mati" manusia bisa saja kehilangan "kebahagiaan" yang selaman ini dielu-elukan. Cantik terbatas pada angka, makanya ramai-ramai jualan make up anti aging. Kaya terbatas sampai hilangnya nyawa, makanya sekaya apapun kita harta gak bisa dibawa ke kuburan. Banyak relasi terbatas sampai bergengsi. Coba kita di bawah, pasti lebih banyak yang pergi menjauhi.
Hidup yang kita kira hepi selamanya, ternyata sementara. Seolah belbalik arah dengan kenalan kita yang hidupnya 180 derajat berbeda dengan kita. Ada yang takut kelihatan auratnya, sehingga ia tutup rapat sempurna. Ada yang takut raganya gak sehat, sehingga ia menjaga makannya yang halal dan baik. Ada yang takut mendekati zina, sehingga ia berpuasa sampai akhirnya bisa menikah.
Sejatinya manusia memang punya rasa takut. Itu adalah sebuah hal yang naluriah. Ia diberikan gharizah sehingga ia takut terhadap hal lain. Ketakutan ini tidak selamanya buruk, dan bukan sesuatu yang pasti baik pula. Selama takutnya sesuai tempat, maka baik baginya.
Takut yang sesuai tempat adalah takut kehilangan Allah semasa hidup di dunia. Kecintaan kepada Allah ditinggikan, dijadikan alasan beramal ini dan itu. Sebab takut dimurka Allah pula, makanya seseorang meninggalkan amalan ini dan itu sesuai apa yang dilarang-Nya.
Takut yang dilarang Allah adalah ketika menjadikan manusia lebih besar dari Tuhan penciptanya. Manusia memilih ingkar kepada Allah daripada takut dipecat dari pekerjaannya. Manusia memilih membuka aurat daripada takut dicaci lingkungan sekitarnya. Takut yang begini tentu bukan pada tempatnya.
"Janganlah kalian takut kepada manusia dan takutlah kalian kepada-Ku.” (QS. Al-Maidah: 44)
Suatu hari Umar bin Khatthab bergumam, “Seandainya seorang penyeru dari langit memanggil, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan masuk surga seluruhnya kecuali satu orang”, maka sungguh aku takut bila itu adalah diriku, dan seandainya sang penyeru itu mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian semua akan masuk neraka kecuali seorang”, maka aku berharap dia adalah diriku.” (Ash-Shabah: 154).
Mari kita belajar dari sosok Umar bin Khattab. Beliau adalah salah seorang Sahabat Rasulullah yang sudah dijamin masuk surga. Dengan jaminan masuk surga saja, beliau masih begitu takutnya pada azab Allah, apalagi sekadar kita. Harusnya, lebih takut lagi sebab tak ada jaminan bagi kita hidup hepi di akhirat nanti.
Allah berfirman dalam hadits qudsi, “Demi kemulian-Ku, Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut dan dua rasa aman pada diri seorang hamba. Jika ia takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan memberikannya rasa aman di Hari Kiamat. Jika ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan memberikan rasa takut kepadanya di Hari Kiamat,” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya).
Berhati-hatilah dengan rasa takut. Hal apa yang menjadikan takut sehingga kita terdorong melakukan sesuatu, atau kita meninggalkan sesuatu, perlu kita muhasabahi lagi. Sebab ketika di dunia kita merasa aman, jangan-jangan di akhirat nanti kita diihukum dipukuli rotan. Semoga kita di dunia ini takut dengan Allah, dengan hukum-hukum-Nya sehingga nanti Allah himpun rasa aman di hati kita.
Jangan sampai kita keenakan hidup di dunia, semau gue dengan pikiran-pikiran sesat dan menyesatkan manusia lain. Nauzubillah tsumma nauzubillah. Sampai akhirnya suatu hari kita berjumpa Allah dan TARAAAA! Kita dapati PLOT TWIST. Kita baru menyadari bahwa harta kita, relasi kita tidak bisa menyelamatkan kita dari pedihnya api neraka. Wallahu a'lam bishowab.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!