Ahad, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Juni 2020 11:49 wib
3.330 views
Klaster Pasar Covid-19, Akankah menjadi yang Terakhir?
Oleh:
Surti Nurpita || Alumnus Sejarah dan Kebudayaan Islam, UIN Suka Yogyakarta
KURVA penyebaran Covid-19 di Indonesia masih cenderung naik. Per 16 Juni 2020, kasus postif Covid-19 sudah menembus angka 40.000 lebih, dengan peningkatan kasus harian mencapai 1.000 kasus. (Kawalcovid19.id, 17/06/20) Peningkatan ini salah satunya dipengaruhi oleh klaster baru penyebaran covid-19 yakni Klaster Pasar.
Pasca dilakukan tes massal untuk para pedagang di beberapa pasar tradisional, ditemukan banyak kasus positif dan juga korban meninggal akibat covid-19. Sudah ada sekitar 573 kasus positif dan 32 orang meninggal dunia untuk seluruh Indonesia. (Kompas.com, 16/06/20)
Menurut Hermawan Saputra (Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat), Pasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah, Kantor atau tempat umum lainnya sehingga penanganan covid-19 di pasar juga harus berbeda. (okezone.com, 14/06/20) Aktivitas yang terjadi di Pasar bukan hanya melibatkan manusia satu dengan yang lainnya, tetapi juga melibatkan barang dan uang. Sebagaimana sudah diketahui, bahwasanya covid-19 dapat bertahan di permukaan uang dan benda padat lainnya hingga beberapa hari. Sehingga penyebaran covid-19 menjadi lebih rawan.
Sejak ditemukannya beberapa pedagang yang positif terpapar covid-19, Pemerintah mulai melakukan tes massal dan masif di sejumlah pasar tradisional. Hal ini bertujuan untuk menekan penyebaran covid-19 di Pasar. Namun para pedagang sempat melakukan penolakan terhadap kedatangan tim medis yang hendak melakukan Rapid Test.
Munculnya klaster baru penyebaran covid-19 melalui pasar ini menjadi hal yang lumrah. Sebab hingga saat ini penanganan covid-19 belum maksimal. Test tidak dilakukan secara massal, masif dan cepat di awal kasus di Indonesia, sehingga virus ini tidak terkontrol dan menyebar di berbagai wilayah di Indonesia. Test masif sebenarnya ditujukan untuk memisahkan mana orang yang sehat dan mana orang yang sudah positif terpapar covid-19. Dengan demikian penanganan akan lebih mudah. Sebagaimana Islam sudah memperingatkan melalui hadis Rasulullah SAW,
"Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat." (HR. al-Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa penanganan awal yakni memisahkan orang yang sakit dan orang yang sehat sangat penting untuk menghindari menularnya suatu wabah penyakit. Dengan pemisahan ini orang-orang yang sakit akan mendapatkan perawatan secara intensif oleh negara hingga kondisinya benar-benar sembuh. Sementara bagi mereka yang sehat, tidak masalah melakukan aktivitas seperti biasanya termasuk berjualan di pasar. Dengan kondisi seperti ini orang-orang yang sehat tidak perlu khawatir terkena virus ketika mendatangi pasar. Begitulah Islam ketika mengatasi masalah wabah penyakit menular.
Namun demikian yang terjadi di Indonesia, penanganan awal covid-19 dinilai terlambat, sehingga tak heran muncul banyak klaster baru penyebaran virus ini. Selain itu kemunculan klaster baru lainnya juga bisa saja terjadi jika penanganan covid-19 semakin dilonggarkan. Untuk itu penting untuk kita kembali pada solusi Islam, lakukan tes massal untuk seluruh masyarakat Indonesia. Pisahkan orang yang sakit dan orang yang sehat, sehingga penularan covid-19 benar-benar bisa ditekan sampai ke titik nol.
Wallahu a'lam bishawab.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!