Jum'at, 8 Jumadil Akhir 1446 H / 18 Maret 2022 23:40 wib
19.287 views
Baghdad Zefanya Rheta Ghassan: Penyandang Sindrom Asperger yang Hafizh Qur'an
TANGERANG (voa-islam.com) - Setelah tampil gemilang bersama para santri lainnya menjawab semua tentang hafalan Al Quran di acara wisuda 220 santri tahfiz 30 juz Pondok Tahfiz Wadil Qur’an (PTWQ) Persatuan Islam (PERSIS) Tangerang yang di gelar di aula Universitas Mihammadiyah Tangerang (UMT), Ahad (13/03) lalu.
Baghdad Zefanya Rheta Ghassan (18) penyandang sindrom asperger asal Kota Padang, Jumat (18/03) menceritakan perasaannya dan pengalamannya setelah di wisuda tahfiz 30 juz bersama santri-santriwati lainnya.
Lewat voice record WhatsApp, ia menjelaskan awal masuk ke PTWQ.
Pemuda bertubuh besar asal Kecamatan Pauh Kota Padang menjelaskan awal masuk ke PTWQ pada awal bulan Agustus 2021.
"Masuknya ke PTWQ memang agak sedikit terlambat dari santri-santri yang lainnya,” papar Baghdad.
Lebih lanjut pemuda kelahiran 9 Oktober 2003 menjelaskan motifasi menghafal Al Qur’an sangat sederhana. Ingin membahagiakan dan memasukan orang tuanya kedalam surga.
Ia pun menceritakan kendala dalam mengahafal Al-Qur’an. Memang tidak mudah, banyak sekali cobaannya. Belum lagi dengan ujian-ujian lainnya.
Alhamdulillah, cobaan dan ujian itu bisa ia lewati dengan beristiqomah serta memasrahkan diri kepada Sang Khalik Allah Swt dan jangan lupa tetap tersenyum meskipun sudah tak bisa lagi tersenyum,” jelas Baghdad.
Anak bungsu dari dua bersaudara mengungkapan perasaan orang tua ketika dirinya ingin menghafal Al Qur’an di PTWQ.
“Orang tuanya sangat mendorong dan bangga ketika mengetahui ia akan mondok untuk mengahaf Al Qur’an,” katanya.
Ia menyadari bahwa dirinya berbeda dengan santri-santri lain pada umumnya. Kurang mandiri dan kurang bersosialisai.
Jauh sebelumnya, orang tuanya telah memberitahukan bahwa ia mengalami atau menyandang sindrom asperger. Hal ini tidak menjadikan Baghdad berkecil hati untuk meriah mimpi dan cita-citanya.
Ia juga menuturkan selama di pondok inilah yang menjadikan kebanggan orang tua.
“Karena selama di pondok dirinya tahu arti persahabatan, kebersamaan dan dipondok inilah bisa membentuk dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya,” imbuh Baghdad.
Selain itu, nasehat orang tualah yang dapat memotivasi dirinya agar dapat berubah jauh lebih baik lagi.
“Setelah di wisuda jadi santri hafiz 30 juz, ia mengatakan bahwa ilmu yang ia dapat selama mondok di PTWQ in syaa Allah akan ia dermakan untuk yang lainnya,” ucapnya.
Saya mempunyai cita-cita menjadi ustaz atau lebih tepatnya menjadi guru ngaji. Mengajarkan orang-orang yang belum bisa membaca Al Qur’an.
“Mengamalkan semua ilmu yang didapat selama mondok dan in syaa Allah akan memurojaah terus-menerus,” pungkas Baghad.
Terakhir kata Baghad, semoga yang ia capai ini dapat membuat bangga orang tua dan kekurangan yang ia milik bukan menjadi penghambat untuk meraih mimpi dan cita-cita. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!