Sabtu, 16 Jumadil Akhir 1446 H / 16 November 2024 21:14 wib
6.089 views
Kriminalisasi Guru, Alarm Runtuhnya Peradaban
Oleh: Umi Hanifah
Sejarah telah mencatat guru berperan besar di balik kesuksesan Muhammad Al-Fatih saat menaklukan Konstantinopel. Adalah Syekh Aaq Syamsudin salah seorang guru yang punya visi misi mulia, bertaqwa, pemberani dan cerdas, terbukti sukses membentuk pribadi murid yang kuat dan tangguh dalam berbagai hambatan hingga mampu mewujudkan cita-citanya.
Penaklukan Konstantinopel adalah buah dari keyakinan seorang guru yang terus ditancapkan kepada murid untuk merealisasikannya. Al-Fatih menunjukkan betapa kuatnya pengaruh guru hingga mimpi besar penaklukan bisa terwujud setelah 800 tahun para generasi umat lslam berupaya meraihnya. Tantangan dan hambatan tidak menjadikan langkah surut, melainkan menjadi penyemangat untuk berkarya sebaik mungkin sehingga tercapailah semuanya.
Saat Islam diterapkan dalam bernegara sosok guru mendapat tempat yang terhormat. Muhammad Al-Fatih pernah mendapat pukulan dari gurunya, seketika muncul kesadaran bahwa ia harus patuh karena pukulan itu adalah mendidik agar kuat di segala kondisi. Mereka paham meremehkan guru akan berakibat fatal.
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, ‘Siapa saja yang meremehkan usztad/guru niscaya Allah turunkan bala pada tiga hal. Pertama, ia menjadi lupa terhadap hafalannya. Kedua, kelu atau kaku (tumpul) lidahnya. Ketiga, ia akan hidup dalam keadaan fakir (wafat dalam keadaan suul khatimah),’” (Syekh M Nawawi Banten, Salalimul Fudhala, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun), halaman 84).
Islam juga menjamin kesejahteraan guru hingga dilevel terbaik, gaji seorang guru bisa mencapai puluhan juta perbulan. Negara juga wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang terbaik, gedung, laboratorium, perpustakaan dan sarana lainnya yang diperlukan menjaga serta meningkatkan kualitasnya. Bisa di pastikan lahirlah anak-anak sekelas Muhammad Al-Fatih yang mampu membawa lslam pada Peradaban Agung dan menjadi kiblat dunia.
Kondisi pilu guru
Sebaliknya, hari ini dalam sistem kapitalisme demokrasi peran guru untuk melejitkan potensi murid terhambat oleh UU perlindungan anak. Saat guru menasihati murid untuk menutup aurat dianggap melanggar HAM, menjewer murid agar disiplin dilaporkan polisi, menegur karena terlambat sekolah mendapat makian, hingga ada guru yang di ketapel matanya sampai buta kerena orang tua tidak terima anaknya di hukum karena kedapatan merokok di sekolah, bolos, dan lainnya.
Miris sekali kondisi para guru dalam sistem ini, mereka berupaya agar murid punya akhalq mulia, justru bisa berbalik dengan bentuk kriminalisasi. Akibatnya datanglah berbagai musibah akibat merendahkan guru, terbukti hari ini para generasi tidak punya empati apalagi saling mengasihi, muncul bullying, tawuran, pembunuhan, pencurian, lgbt, FOMO, dan bentuk penyimpangan yang dilakukan anak-anak.
Guru dalam sistem ini jasanya tidak dihargai padahal sudah mengerahkan tenaganya dengan maksimal. Mereka dituntut untuk mencerdaskan anak bangsa tapi gaji hanya ratusan ribu yang tidak cukup satu bulan untuk makan keluarganya. Banyak guru setelah mengajar mencari tambahan uang belanja dengan mencari barang bekas, jualan keliling, ngojek, dan pekerjaan lain yang menurunkan wibawa guru.
Kita sedih melihat kondisi guru dan tingkah anak-anak yang jauh dari cerminan calon pemimpin masa depan, mereka telah merusak diri mereka sendiri. Apalagi sistem ini menyingkirkan agama untuk mengatur pergaulan antar sesama, manusia bebas mau melakukan apa saja tanpa ada batasan. Bisa di pastikan sebuah peradaban akan runtuh jika kondisi seperti ini di biarkan.
Wajar jika generasi yang dilahirkan dari sistem ini tidak produktif bahkan bisa dikatakan ambyar dan menyusahkan. Seorang guru yang harusnya ditiru dan di gugu ucapan serta arahannya, justru direndahkan. Kiblat dan idola mereka opa korea, pemain sepak bola, penyanyi, dan aktor yang jauh dari karakter pemimpin peradaban mulia. Mereka mengejar popularitas, uang, dan kesenangan, hilang keberkahan ilmu, hingga ambruklah sebuah peradaban dan berganti kesengsaraan melanda.
Jika ingin mengembalikan lagi kemuliaan guru dan peradaban agung yang melahirkan generasi emas seperti dulu lagi, maka jalan satu-satunya adalah menerapkan lslam dalam seluruh aspeknya. Allahu a’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!