Sabtu, 12 Jumadil Akhir 1446 H / 22 Januari 2022 17:00 wib
4.722 views
Poros Partai Islam: Semoga Tidak Layu Sebelum Berkembang
Oleh:
Teguh Fachmi || Staf Pengajar di UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Pandeglang
CERUK pemilih Islam yang besar merupakan sebuah realitas politik. Sementara perasaan minoritas umat Islam dalam konteks peran dalam perebutan politik kekuasaan juga tinggi. Ini menjadi suatu hal yang paradoks, pada satu sisi kita tahu bahwa konstituen partai Islam itu punya ceruk besar, namun perasaan kecil umat Islam di tengah-tengah perebutan politik kekuasaan itu mereduksi kekuatan umat Islam yang sesungguhnya.
Mimpi dan romantisme pada kejayaan kekuatan partai Islam di masa lalu yang mampu dominan dalam penguasaan peta politik di Indonesia sampai saat ini nampaknya tidak akan pernah bisa hilang memudar. “Poros tengah” besutan Amien Rais sukar untuk enyah dalam ingatan. Meski Sebagian pengamat politik beranggapan itu merupakan sebuah kecelakaan sejarah. Akan tetapi, terlepas daripada itu semua gabungan Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bulan Bintang (PBB) yang disebut “poros tengah” itu sukses menghantarkan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi presiden ke-4 RI.
Hampir setiap pemilu selalu ada istilah poros partai Islam, sekurang-kurangnya narasi poros partai Islam pernah digaungkan pada pemilu 2004 namun tidak maksimal, kemudian di tahun 2019 sempat dinarasikan kembali. Dalam hemat saya poros partai Islam yang dinarasikan pasca pemilu 1998-1999 itu sudah terfragmentasi.
Berkaca dari dua peristiwa kesuksesan masa lalu poros partai Islam, yaitu pada pemilu 1955, dan pemilu 1999, kini kedua petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mencoba menghidupkan kembali gairah masa kejayaan itu. Dilansir dari Kompas.tv kedua petinggi partai diketahui telah mengadakan pertemuan pada Rabu 14 April 2021 lalu.
Menurut Sekretaris Jenderal DPP PKS, Aboe Bakar Al-Habsyi, meski penyelenggaraan Pilpres 2024 masih lama namun penjajakan untuk membentuk poros partai Islam di Pilpres 2024 masih terbuka."Penjajakan-penjajakan ini masih ada 2,5 tahun. Sangat memungkinkan," katanya dalam konferensi pers di Kantor DPP PKS, Jakarta Selatan pada Rabu (14/4).
Sementara Sekjen DPP PPP Arwani Thomafi pun juga berharap hal yang tak jauh berbeda. "Masyarakat dan parpol dan semua pihak. Saya kira tentu kita terbuka untuk bicara dalam berbagai sisi untuk menuju tatanan 2024 lebih baik," kata Arwani.
Bak gayung bersambut wakil ketua umum PKB Jazilul Fawaid menyebut membuka kemungkinan pihaknya mendukung wacana tersebut asal bukan sekadar wacana. "Bila wacana ini digagas dengan serius dan memiliki arah dan format yang jelas bagi perubahan masa depan Indonesia," kata Jazilul.
Strategi marketing poros Islam
Partai Islam memiliki potensi konstituen tinggi, karena secara sosiologis politik kekuatan politik Islam sudah ada sejak era orde lama. Secara suara pun cukup mumpuni untuk dapat membangun satu poros. Permasalahannya ada pada, apakah poros partai Islam yang dinarasikan saat ini mampu menjual hal baru?, karena dewasa ini tidak ada yang begitu mencolok perbedaan antara partai Islam dan partai non-Islam dalam konteks pencarian pemilih sebanyak-banyaknya. Dari sisi ideologi memang terdapat perbedaan, tapi kan ujungnya tidak kelihatan, tidak banyak inovasi partai Islam untuk bisa menarik pemilih.
Dengan hadirnya poros partai Islam ini, sebenarnya masyarakat berharap ada inovasi dan gagasan baru yang diketengahkan. Pemilih partai Islam sedang menunggu dan menaruh harapan akankah ada suatu hal, gagasan, ide, dan inovasi yang nantinya dijadikan idealitas bersama yang patut diperjuangkan. Komitmen politik yang disampaikan PKS dan PPP saja tidaklah cukup, publik masih menunggu inovasi-inovasi yang akan ditawarkan.
Kalaulah poros Islam ini dalam perebutan pemilih hanya mengandalkan kekuatan mesin politik PKS yang dianggap militan secara organisasi, dan juga mengandalkan kekuatan konstituen PPP yang dianggap punya kekuatan grassroot orangtua jaman orde baru yang kuat, rasa-rasanya akan sulit untuk berkembang. Harapannya ketika ada poros Islam baru, maka pemilih berkehendak ada inovasi baru. Pemilih partai Islam menyimpan harapan gagasan baru yg akan dinarasikan poros baru ini. Karena 3 tahun sebelum pemilu sudah digaungkan, maka harapannya poros Islam ini tidak layu sebelum berkembang.
Kita berkeinginan semoga dalam perjalanannya poros politik partai Islam ini segera menemukan sosok tokoh perekat, juga semoga ego sektoral masing-masing partai koalisi nanti (jika terbentuk) dapat menahan diri sehingga tidak ada yang merasa lebih dominan, dan yang paling penting, masyarakat bercita-cita dalam penunjukan figur pemimpin tidak berkutat pada itu lagi, itu lagi, namun ada figur baru yang dibangun bersama, tentunya dengan inovasi, ide, dan gagasan baru yang akan dibawanya. Kita doakan sekali lagi semoga koalisi partai Islam tidak layu sebelum berkembang.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!