Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
7.042 views

Senin Sore di Rumah Buni Yani

 

Oleh Edy Mulyadi

 

LELAKI berkacamata minusitu keluar dari pintu dan menyambut dengan hangat. Senyumnya mengembang lebar di wajahnya yang berseri. Dengan peci berwarna putih, bersarung kotak-kotak, dan berbaju koko putih lengan panjang dengan  aksen colekat muda memanjang ke bawah, Buni Yani mempersilakan saya masuk ke rumahnya, di kawassan Cilodong, Depok, Jawa Barat. Sebuah rumah yang asri, dengan tetananaman di halaman. Rumahnya sama sekali tidak besar, hanya tipe 45 dengan luas lahan 114 m2.

Saya tidak mengira, Senin sore (24/4/2017) itu akhirnya bisa jumpa dengan sosok yang berjasa besar kepada ummat Islam ini. Lewat unggahan video pidato Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok di Kepulauan Seribu yang menista surat al Maidah ayat 51, Buni berhasil membangkitkan ghiroh ummat atas penistaan terhadap agamanya.

“Rasa cemburu atau ghiroh dalam konteks beragama adalah konsekuensi dari Iman itu sendiri. Jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam saja, jelaslah ghiroh telah hilang darimu. Jika ghiroh telah hilang dari hati, gantilah bajumu dengan kain kafan. Sebab kehilangan ghiroh sama dengan mati,” tulis ulama besar Buya Hamka dalam bukunya yang berjudul Ghiroh.

Ghiroh yang dipantik video penistaan agama oleh Ahok inilah yang berbuah protes yang merebak di mana-mana. Demo yang berbalut tajuk aksi bela Islam digelar berjilid-jilid di Jakarta, melibatkan ratusan ribu bahkan jutaan ummat yang ikhlas datang dari seantero negeri.

Buni berperawakan sedang saja, bahkan bisa disebut kecil. Lelaki kelahiran Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) 48 tahun lalu itu benar-benar bersahaja. Kami duduk di ruang tamu dengan lebar 3 meter. Hanya ada satu set meja kursi sederhana berwarna cokelat gelap. Jarak ruang tamu dan ruang keluarga yang juga merangkap ruang makan hanya dipisah oleh lemari buku kecil. Di sisi kiri pintu, juga ada lemari buku yang susunannya tidak bisa disebut rapi. Mungkin karena si empunya memang hobi membaca, hingga belum sempat meletakkan kembali buku yang usai dibacanya dengan rapi.

Sejak menjadi tersangka akibat video unggahannya menjadi viral, Buni memang harus mengubah ritme hidupnya. Sebelumnya dia adalah dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Pusat. Namun, seiring dengan merebaknya kasus penistaan agama oleh Ahok, berbagai intimidasi dan ancaman terus bertubi-tubi menimpanya. Gangguan dan prilaku premanisme bahkan juga menghinggapi kampus tempatnya mengajar. Tidak ingin masalahnya merembet ke kampus, Buni memilih mengundurkan diri sebagai pengajar.

Tapi teror terus saja bergelombang datang. Telepon genggamnya dipenuhi berbagai pesan dan ancaman. Bahkan ada juga beberapa ancaman yang akan membunuh. Namun baginya semua itu dianggap sebagai risiko perjuangan.

“Syukur alhamdulillah, sejauh ini terror dan ancaman itu hanya ditujukan kepada saya saja. Allah masih melindungi anak dan istri dari hal serupa itu. Tapi beberapa kali para peneror datang ke rumah dengan mobil. Mereka tidak memang masuk, tapi hanya mondar-mandir di gang depan. Sesekali mereka memarkir mobilnya cukup lama pas di depan rumah tanpa keperluan yang jelas. Sepertinya orang-orang itu memang bermaksud menjatuhkan mental saya dan keluarga,” paparnya.

Obrolan hangat di sore yang cerah itu harus terhenti sejenak. Saya harus pamit ke masjid. Maklum, tadi berangkat belum masuk waktu sholat ashar. Kereta commuter line yang mengangkut saya dari stasiun Bojong Indah, Jakbar, memang tepat waktu. Tapi Obeth, anak muda pengemudi ojek Grab yang membawa saya dari stasiun Depok, rupanya tidak kenal jalan dan daerah Cilodong. Akibatnya kami harus berputar-putar memakan waktu hampir satu jam. Jadilah saya telat melaksanakan shalat Ashar.

Sosok Sederhana

Buni memang tuan rumah yang baik. Dia tidak saja menunjukkan masjid di komplek perumahan itu, tapi juga menemani menuju lokasi. Saya memintanya kembali ke rumah begitu masjid yang dituju tampak. Usai, shalat saya segera kembali karena tidak sabar ingin melanjutkan obrolan yang amat menarik tadi.

Sambil menyeruput teh manis di cangkir dan sesekali menjumput wafer yang disuguhkan, kami banyak bicara soal aktivitasnya usai tidak lagi mengajar.Berhenti menjadi dosen ternyata tidak membuat Buni terpuruk. Aktivitasnya justru makin bejibun. Tidak ada hari yang dilaluinya tanpa seabrek kesibukan. Mulai dari keliling bicara di banyak event dan forum, sampai ketemu dengan para aktivis untuk menggagas sejumlah program atau kegiatan.

Ya, Buni memang mendadak jadi ustadz. Banyak permintaan dia mengisi acara di berbagai pengajian yang diselenggarakan masjid atau majelis taklim. Padahal, dia sendiri merasa ilmu agamanya masih amat dangkal. “Masih harus banyak belajar,” katanya merendah.

Tentang kesibukannya bertemu dengan banyak orang, dia menjelaskan materinya tidak melulu soal agama. Maksudnya, tidak hanya berkisar soal-soal ibadah  yang mengasah kesalehan individual. Justru sebaliknya, dia belakangan ini banyak berbincang tentang aspek sosial dalam beribadah.

“Kami sedang mengupayakan kebangkitan ekonomi umat. Antara lain melalui usaha bersama membuat warung makan. Usaha ini sudah berbentuk PT dengan saham Rp500.000 per lembar. Siapa saja boleh ikut, tapi maksimal memiliki 10 lembar. Alhamdulillah, jumlah dana yang terkumpul sudah Rp400 juta lebih. Sebagian sudah digunakan untuk menyewa gedung tiga lantai sebagai lokasi warung makan,” ujarnya dengan mimik optimistis.

Saat bicara soal ekonomi ummat, Buni tampak bersemangat. Berbagai ide dan rencana mengalir lancar dari mulutnya yang seperti tidak pernah absen tersenyum. Tapi, bagaimana dengan ekonomi keluarganya paska berhenti mengajar?

Alamdulillah, Allah memberi saya rejeki dari jalan-jalan lain. Kalau dihitung-hitung, jumlahnya bahkan lebih baik dibandingkan yang saya peroleh saat mengajar. Mungkin ini menjadi bagian dari bukti kebenaran janji Allah. Bahwa barang siapa yang bertaqwa kepadaNya, Dia akan membuka banyak jalan keluar. Allah juga berjanji memberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Bahkan kalau kita bertawakal, Dia akan mencukupi segala kebutuhan kita. Tentu saja, saya masih jauh dari takwa. Segala nikmat yang Allah berikan kepada saya dan keluarga, semata-mata karena kasih sayang Allah saja,” urainya, lagi-lagi dengan senyum.

Janji Allah yang dimaksudkannya itu ada dalam QS Ath Thalaq [65] ayat 2-3. Di sana memang tertulis dengan eksplisit akan janji tersebut, persis yang dikutip Buni. Tinggal kita sebagai muslim mengimaninya atau tidak. Sesederhana itu.

Jadi, ketika di dunia maya beredar kabar, seolah-olah Buni Yani telah bangkrut dan terpuruk kehidupan ekonominya paska ditersangkakan, itu jelas bohong belaka. Apalagi disana disebutkan, Buni harus jualan mug atau cangkir keramik bergambar dirinya untuk membiayai pengacara yang membelanya dalam kasus tersebut.

Menurut dia, hingga kini banyak pengacarayang datang menawarkan diri untuk membantunya. Semuanya pro bono alias gratis. Beberapa hari sebelum saya bertandang ke rumahnya, dia kedatangan rombongan dari Muhammadiyah yang juga menawarkan diri menjadi penasehat hukumnya. Namun karena selama ini dia sudah dibantu Aldwin Rahardian sebagai penasehat hukum, maka tawaran dari Muhammadiyah dan berbagai pihak lainnya itu akan dikoordinasikan lagi dengan yang bersangkutan.

“Teman-teman memang membuka semacam gerakan donasi. Tapi itu bukan untuk membayar pengacara, karena mereka semua memberi bantuan dengan cuma-cuma. Dana yang terkumpul nanti antara lain untuk membiayai mendatangkan saksi ahli yang berasal dari daerah dan lainnya,” ungkap Buni, kali ini dengan wajah serius.

Tak terasa adzan maghrib berkumandang. Awalnya suara muncul dari telepon genggam saya yang memang di-setting program adzan lima waktu. Namun sejurus kemudian, adzan maghrib bersahut-sahutan dari masjid dan mushola di sekitar komplek perumahan. Saya dan Buni pun segera menuju masjid.

“Ini bawa saja airnya untuk bekal di jalan,” kata istri Buni saat saya pamit hendak pulang.  Dia juga memesankan ojek on linedari gawainya untuk mengantarkan saya kembali ke stasiun Depok.

Sungguh  keluarga yang luar biasa. Teguh dalam perjuangan, santun dalam pergaulan, dan sangat menghormati tamunya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan balasan yang lebih baik dan lebih banyak lagi. Aamiin. *

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Analysis lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X

Kamis, 19/12/2024 15:54

Sujud Sahwi dalam Shalat Sunnah