Kamis, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Mei 2018 07:24 wib
5.812 views
Menemani 'Sahabat' Menyongsong Perubahan
Oleh : Trisnawati (Member Revowriter Aceh)
Keterbukaan anak terhadap ibu menunjukkan bahwa ibu adalah sabahat terbaik buat anak. ibarat dua orang sahabat yang menghadapi segala sesuatunya bersama dan menyampaikan keluh kesahnya hanya pada sahabat terbaik. Tak dipungkiri di masa pubertas anak akan kita dapati cerita polosnya terkait ketertarikannya terhadap lawan jenis. Ini merupakan peluang bagi ibu.
Jangan biarkan peluang kepercayaan anak ini tersia-siakan dengan memberikan tanggapan yang keliru terhadap anak. Sebab keliru menanggapi perasaan anak, dapat mengubah suasana sahabat menjadi suasana hati yang buruk. Ibu menyangka anak telah salah langkah dan anak menganggap ibu tak lagi bisa menjadi sahabat terbaik. Sehingga ia akan mencari sahabat lain yang lebih enak diajak bicara dan berkeluh kesah.
Ini merupakan awal dimana anak bisa mengambil salah langkah karena bisa jadi sahabat yang ia temukan diluar bukanlah sahabat yang membimbing dan mengarahkannya kejalan yang sesat. Bahkan banyak remaja yang terjerumus kedalam pergaulan yang bebas, bahkan terlibat dalam prostitusi hanya untuk mendapatkan rupiah, dan memasuki lembah narkotika.
Untuk menghindari hal itu maka ibu harus tanggap terhadap perasaan anak, yang mengarah pada pembentukan kepribadian anak, memelihara suasana persahabatan, mencapkan keimanan serta dan meningkatkan semangat beramal sholeh. Agar anak merasa tentram dan tersemangati sehingga membuat anak memilih jalan yang benar dalam mengahadapi persoalan yang ia hadapi termasuk persoalan naluri.
Ibu yang bijak akan menyadari bahwa anak merupakan harapan besar sebagai investasi dunia dan akhirat. Di dunia ia menjadi harapan umat untuk mengambalikan kemuliaan bangsa dan umat, menata dunia meraih ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah sang pencipta. Di Akhirat bagi ibu ia akan menjadi sumber pahala yang mengalir ketua orang tuanya wafat jika ia menjadi anak yang sholeh.
Menyadari hal ini sudah seharusnya ibu menjadi sahabat bagi anak dan menuntunnya dalam masa- masa genting yaitu masa menuju baligh dengan mempersiapkannya untuk menjalankan taklif terhadap hukum syara’.
Ada beberapa hal yang harus ibu siapkan kepada anak ketika ia hendak menyongsong masa tamyiznya termasuk bagaimana nantinya anak mampu mengelola naluri seksualnya.
1. Tanamkan Sejak Dini Mengenal Diri
Menanamkan benih-benih ketaqwaan kepada Allah sang pencipta dengan kesadaran bahwa dirinya adalah hamba Allah dan Allah adalah Rabbnya, yang wajib disembah, ditaati seluruh aturannya. Kelemahan dalam mengenali diri akan membuat anak tidak memiliki keteguhan dalam menjalani hidup dan terombang ambing dalam menghadapi kehidupan yang liberal ( serba besar ) saat ini.
2. Membekalinya untuk mengelola Naluri
Naluri merupakan salah satu potensi yang diberikan oleh Allah, yang mungkin tanpa disadari selama kita hidup adalah untuk memenuhi ketiga naluri tersebut, diantaranya yaitu Naluri beragama (gharizatu tadayyun), Naluri mempertahankan diri (gharizatu baqa’), Naluri melestarikan jenisnya (gharizatu nau’). Naluri membutuhkan pemenuhan. Pemenuhan dan pengelolaan yang keliru tentu akan menghantarkan anak kepada prilaku yang menyimpang, karena Allah tidak hanya memberikan potensi tersebut kepada manusia tapi juga memberikan aturan yang benar dalam pemenuhannya.
Salah satunya adalah bagaimana pengelolaan terhadap naluri nau yaitu naluri melestarikan keturunan. Sudah menjadi fitrahnya bahwa Allah memberikan rasa cinta kepada lawan jenis, serta menyayangi anak-anak. Maka sesuatu yang melanggar fitrah ketika timbul cinta terlarang sesama jenis atau ketika seorang ibu tega membunuh anaknya. Karena Allah telah menetapkan syariat untuk memenuhi naluri ini.
Maka ibu sebagai sahabat terbaik bagi anak adalah bukan memarahinya ketika naluri ini muncul saat ada ketertarikannya kepada lawan jenis namun ibu mengarahkannya memenuhi naluri tersebut dengan cara yang benar. Dengan memahaminya bahwa interaksi antara laki-laki terpisah sehingga tidak ada aktivitas pacaran didalam islam atau teman tapi mesra dll kecuali dalam hal-hal yang dibolehkan didalam syariah seperti menuntut ilmu dan tempat-tempat umum seperti pasar dan rumah sakit. Dan naluri ini hanya dapat dipenuhi melalui pernikahan aja.
3. Menjauhi sarana pembangkit Gairah
Fakta bahwa perempuan saat ini terlibat pergaulan bebas, bahkan hamil diluar nikah dan adanya bayi-bayi yang dibuang begitu saja menunjukan liarnya naluri seksual anak-anak remaja saat ini pada tahap yang mengkhawatirkan. Tentu sebagai ibu agar anak terjauhi dari hal-hal yang merusak anak di masa-masa pubertasnya yaitu dengan memahamkannya bahwa naluri seksual dapat bangkit karena adanya rangsangan. Tak dipungkiri dunia yang serba canggih memudahkan akses perangsang naluri seksual mulai dari internet, handphone, televisi, dan tontonan2 yang mengubar syahwat sehingga terbukanya pintu-pintu jebakan syaitan dan pemuja syahwat. Padahal Allah melarang mendekati Zina :
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk" (Tqs. Al-Isra : 32).
3. Memahamkan Syariat
Ketika anak melewati masa balighnya tentu banyak perubahan yang akan terjadi padanya dan yang paling utama adalah ketika ia harus memahami posisinya sebagai hamba Allah yang sudah terbebani terhadap hukum syara'.
Seperti melaksankan sholat, menutup auratnya, menjaga kemaluannya, dan aturan-aturan yang lainnya yang telah diwajibkan atas seluruh manusia.
Maka jangan biarkan anak memasuki masa perubahan tanpa bimbingan dan arahan dari sahabat terbaiknya. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!