Selasa, 8 Jumadil Akhir 1446 H / 19 November 2024 22:49 wib
3.346 views
Dampak Fast Beauty terhadap Perempuan dan Lingkungan
Oleh: Ameena Nur
Tidak hanya fast food atau fast fashion saja yang memiliki daya rusak, tapi, fast beauty juga.
Belakangan ini sudah mulai banyak yang resah dengan brand-brand yang mengeluarkan terlalu banyak produk kecantikan, dan produksinya begitu cepat dan masif, yang bahkan lauching produk barunya bisa setiap bulan. Okay, terus, masalahnya di mana?
Kembali melihat soal masalah dari fast fashions yang karena produksinya sangat cepat dan masif, kualitas dari produk seringkali diabaikan. Belum lagi dengan permasalahan upah rendah dan tenaga kerja oleh anak-anak di bawah umur. Begitu pun dengan fast beauty yang kini sedang terjadi. Banyak sekali pilihan produk, iklan di mana-mana, dan harganya murah. Lalu kualitas produknya, apakah sama dengan klaimnya walau harganya murah?
Tidak semua produk kecantikan yang harganya mahal sudah pasti bagus, dan yang murah sudah pasti kurang bagus. Karena sering juga harganya berbanding terbalik dengan kualitasnya? Kemunculan Doktif (Dokter Detektif) akhir-akhir ini sangat membantu keresahan para konsumen soal isu ini. Dan memang banyak sekali produk (yang masuk ke dalam kelompok fast beauty) yang terbukti overclaim. Kualitasnya jauh daripada klaimnya.
Tidak hanya berhenti di situ, karena terlalu masif dan cepatnya peluncuran produk-produk kecantikan tersebut, juga iklan-iklan dari para influencer sosial media, kebiasaan belanja orang-orang menjadi berubah, menjadi lebih impulsif. Bahkan pola pikir konsumen ketika mempertimbangkan untuk membeli produk tersebut sudah tidak lagi berdasarkan kebutuhan, tapi rasa penasaran ingin coba-coba. Jadi, walau pun sudah menemukan produk yang aman dan cocok bagi mereka, mereka tetap ingin membeli yang lain demi memuaskan rasa penasaran.
Pembelian secara impulsif ini pula berdampak pada lingkungan juga. Karena tujuan pembeliannya hanya penasaran, maka yang terjadi adalah dipakai sekali, tidak cocok, lalu dibuang. Sampah produk jadi tertimbun lebih cepat, sedangkan penanggulangan sampahnya lebih lambat. Maka timbullah permasalahan limbah plastik yang lebih serius.
Harusnya, ini menjadi perhatian pemerintah. Dan tentu saja bagi kita juga. Tidak hanya memberikan perhatian terkait permasalahan ini, kita juga harus kembali sadar akan kerusakan yang ditimbulkan oleh produksi kapitalisme jika kita tidak buru-buru sadar.
Lalu, untuk menghentikan ini, apa yang bisa kita lakukan. Jawabannya adalah melakukan hal-hal yang berkebalikan dengan yang sedang kita lakukan, yang membawa dampak buruk akibat fast beauty ini. Seperti contoh, berbelanja secara sadar, bukan karena penasaran atau hanya sekedar ikut-ikutan, tapi benar-benar berdasarkan kebutuhan, itu yang pertama. Lalu yang kedua, jika kita sudah menemukan produk kecantikan yang sudah cocok dan aman untuk kita, maka setialah dengan produk tersebut. Tidak usah diganti jika tidak ada kendala seperti budget atau efek dari produk tersebut yang sudah tidak efektif lagi di kulit kita dan semacamnya.
Dengan tindakan kecil tersebut, dengan mulai mengubah polanya dari kita dulu, perusahaan-perusahaan itu akan ikut mengubah polanya menjadi lebih baik. Karena bagaimana pun, perusahaan itu sangat perhatian dengan kebiasaan-kebiasaan konsumen. Apa yang konsumen biasa lakukan, apa yang konsumen perhatikan, dan lain sebagainya. Maka dari itu langkah awalnya harus dari kita dulu yang sadar. Kitalah yang harus mengontrol perusahaan, bukan sebaliknya, perusahaan yang mengontrol kita.
Jadi begitu, ya. Terkesan tidak ada masalah apa-apa, namun sebenarnya, jika kita mau lebih memperhatikan, tindakan-tindakan kita bisa sangat mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan dan masyarakat. Jadi, sadar dalam hal apa pun adalah kunci. Termasuk dalam berbelanja dan merawat diri. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!