Ahad, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 31 Januari 2016 22:57 wib
6.687 views
Mendidik Anak Menjadi Muslim yang Taat
Oleh: Fatimah Azzahra, S.Pd (Ibu Rumah Tangga, tinggal di Bandung)
Sahabat VOA-Islam...
Globalisasi telah membuat para orang tua khawatir akan anak-anaknya. Untuk mempersiakan persaingan global, orang tua berharap anak-anaknya menjadi anak yang cerdas. Tapi tetap berakhlakul karimah. Kekhawatiran ini bukannya tidak beralasan. Pasalnya yang datang, bukan sekedar barang yang tidak bisa berinteraksi, tapi juga orang yang bisa menyebarkan pandangan hidupnya, gaya hidupnya, kebudayaannya.
Bagus bagi kita jika semua yang disebarkan adalah kebaikan, baik di mata manusia dan juga agama. Tapi, lain cerita jika tidak demikian. Inilah yang menjadi PR bagi para orang tua untuk mempersiapkan anak-anaknya menghadapi globalisasi, yaitu mendidik anak-anaknya.
Tertulis dalam hadis, sabda Rasul “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR Bukhari). Dari sini terlihat besarnya peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Karena orang tualah yang mengarahkan pandangan hidup anak-anaknya sehingga bisa menjadikannya yahudi, nasrani, majusi atau muslim. Belum selesai perkara dengan memilih agama, jika menjadi muslim, muslim yang bagaimana, yang taat atau hanya sekedar muslim ktp (identitas semata). Maka, orangtua harus mendidik anak dengan bijak agar anak-anak tidak hanya menjadi anak yang cerdas tapi juga taat pada syariat.
Pertama, asah akal anak untuk berpikir benar. Orang tua haruslah menanamkan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam, Al Qur’an dan Sunnah. Informasi tentang keimanan, rukun iman, islam dan hukum syara’. Tentu semua ini dikemas dengan bahasa anak dan secara bertahap dan juga penuh kesabaran dan kasih sayang. Selain itu, disamping menuntut anak untuk melakukan ini dan itu, orang tua haruslah menjadi teladan utama bagi anak. Sehingga anak tidak akan protes jika orang tua mengingatkan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Dengan pembiasaan mengasah akal anak berpikir benar, anak akan mempunyai prinsip yang benar dan kokoh. Tidak akan mudah galau dan gamang menghadapi arus globalisasi.
Kedua, menanamkan akidah dan syariah sejak dini. Dari kecil bahkan sejak masih dalam kandungan, anak dikenalkan dengan Allah dengan cara membaca asma Allah, firman-firman Allah. Saat masuk usia dini, diajak bernalar bahwa ia, orangtuanya, dan keluarganya diciptakan oleh Allah. Itulah sebabnya manusia harus beribadah pada Allah. Orang tua tak boleh lelah memotivasi anak untuk senang beribadah. Agar target yang diharapkan dapat terwujud, harus ada kerjasama antara ayah dan ibu juga anggota keluarga lainnya. Sehingga anak tidak bingung dalam menghadapi permasalahannya.
Terakhir, selain pendidikan di rumah, ada peran penting dari lingkungan tempat tinggal. Maka, pilihlah lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang anak. Jika tidak bisa, berarti menjadi tugas besar orang tua untuk mengubah keadaan masyarakat tersebut dengan cara berdakwah. Mendakwahkan Islam agar masyarakat menjadi masyarakat yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam sehingga sejalan dengan pendidikan anak yang diberikan di rumah.
Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi kita yang ingin anaknya menjadi muslim yang taat pada Allah, untuk berdakwah. Mendakwahkan Islam sebagai pandangan hidup yang diterapkan dalam sistem kehidupan dalam naungan institusi Khilafah. Wallahu’alam bish shawab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!