Rabu, 23 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Desember 2015 20:33 wib
10.718 views
Diskusi Tokoh Muslimah, Mencari Solusi Tuntas Atas Tingginya Kekerasan Pada Anak di Bondowoso
Oleh: Mimin Asy Syahidah
“Bondowoso dicanangkan sebagai kota layak anak (KLA). Namun, belum juga terwujud. Justru kekerasan pada anak tiap tahun terus mengalami peningkatan”. Ungkapan ibu Yanny Tuharyati, S.H., M.H. dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Bondowoso, yang merupakan peserta dari sebuah diskusi terbatas tokoh muslimah yang diselenggarakan Muslimah Hizbut Tahrir (MHTI) DPD II Bondowoso. Ahad, 29 Nopember 2015. Distas berlangsung di Gedung Aula Yayasan Pemberdayaan Umat (YPU) di Jln. Kartini no. 34-36 Bondowoso. Dengan mengusung tema “Mencari Solusi Tuntas Atas Tingginya Kekerasan Pada Anak di Bondowoso”. Hadir pula tokoh dari PDIP, PERIP ABRI, PIVERI, Guru, Bidan dan Al Irsyat.
Penyelenggaraan Distas sebagai wujud kepedulian MHTI Bondowoso terhadap buruknya nasib generasi Indonesia yang semakin hari semakin memprihatinkan. Kekerasan pada anak rupanya tidak hanya terjadi di kota-kota besar. Bondowoso yang sejatinya kota kecil tidak luput dari ancaman kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak terus saja terjadi. Solusi selama ini belum mampu mengatasi.
Ibu Ariesta, Guru SMK 1 PP Tegal Ampel menceritakan kasus yang terjadi pada anak didiknya. Beberapa bulan lalu Yansi, siswa SMK PP yang jadi korban penganiayaan orang tua tiri dan berujung kematian. Dengan alasan kemiskinan yang menjerat keluarga ini, sehingga tega menganiaya anaknya. Sementara ibu Endang Ketua 1 PERIP ABRI berpendapat bahwa kekerasan anak terjadi salah satunya faktor tayangan media yang menayangkan adegan kekerasan dan pornografi tanpa ada filter dari pemerintah. Lain halnya dengan Ibu Riska, Bidan RSUD Kusnadi Bondowoso. Menurutnya, “ada banyak faktor yang mendorong seseorang melakukan kekerasan pada anak. Diantaranya, faktor kemiskinan, gangguan mental, tontonan pornografi, broken home, dan lain sebagainya. Tapi itu semua hanyalah pemicu bukan penyebab utama. Penyebab utamanya adalah sistem sekular dengan paham liberalisme, paham kebebasan”.
Melihat permasalahan ini, tentu pemerintah tidak diam. Ibu Yanny dari P2TP2A menjelaskan, "Pemerintah sudah mengambil berbagai langkah, diantaranya UU No. 23 tahun 2012 tentang Perlindungan anak, juga UU No. 11 tahun 2012 tentang sistem Peradilan anak serta PERDA No. 22. Tapi tetap saja angka kekerasan anak terus meningkat. Jangankan untuk paham pasal-pasal tersebut, banyak aparat hukum malah tidak hafal. Terlebih pasal-pasal tersebut sering direvisi."
Menanggapi kebijakan pemerintah yang telah berjalan selama ini. "Diibaratkan orang sakit tifus dengan gejala panas, demam dan mimisan. Apakah mungkin akan sembuh jika hanya mengatasinya dengan memberi obat panas, obat demam dan obat mimisan saja? tentu tidak akan bisa sembuh. Itulah gambaran solusi-solusi yang ditawarkan pemerintah kita saat ini. Solusi hanya fokus pada solusi parsial. Hanya menyentuh permukaan saja. Tanpa menyentuh akar masalah, sementara masalah kekerasan anak adalah masalah sistemik. Jadi harus ganti system. Sekeras apapun usaha LSM tanpa ada peran Negara, hasilnya sia-sia" pungkas ibu Herdiana yang kesehariannya sebagai karyawati BLH (Badan Lingkungan Hidup).
Negarapun berjanji memutus rantai kekerasan anak. Namun lihatlah, bahwa semua berjalan dalam system yang kontradiktif. Disatu sisi Negara kita tengah berupaya mengatasi kasus kekerasan tapi faktor yang mendorong orang melakukan kekerasan tetap saja dilegalkan. Inilah rusaknya system saat ini.
Negara ini dengan system demokrasi telah gagal melindungi warganya dari kekerasan anak. “Penyelesaian yang diambil haruslah penyelesaian sistemik. Kembalikan pada Alquran dan As sunnah. Solusi tuntas untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kekerasan pada anak adalah institusi Negara bernama Khilafah. Khilafah yang menjadikan AlQuran dan AsSunnah sebagai aturan dalam menjalankan pemerintahan dan berkehidupan. Untuk itu, para tokoh mari kita bersama-sama berjuang demi kehidupan yang lebih baik”. Pungkas ibu Ervia guru MI At Taqwa
Acara ditutup dengan pembacaan do’a oleh ustadzah Nurulia. Mohon pada Allah agar disegerakan tegaknya khilafah. Diterapkannya syariah dalam kehidupan. Negara yang menjamin kesejahteraan warganya dan pasti melindungi nasib generasi, kekerasan pada anak tidak akan terjadi lagi. Aamii ya Rabbal ‘alamiin.
Editor: RF
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!