Kamis, 6 Zulqaidah 1445 H / 4 Juli 2019 14:05 wib
4.893 views
Penerbangan di Bandara Tripoli Ditangguhkan Setelah Serangan Udara oleh Pemberontak LNA
TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Satu-satunya bandara yang berfungsi di ibukota Libya menangguhkan penerbangan pada hari Rabu (3/7/2019) setelah serangan udara yang diklaim oleh pasukan pemberontak pimpinan Khalifa Haftar, kata otoritas bandara dalam sebuah pernyataan.
Serangan itu tidak menimbulkan korban atau kerusakan, kata sumber keamanan di bandara Mitiga, tetapi Ahmad al-Mesmari, juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA) gadungan yang dipimpin oleh Haftar, mengklaim bahwa "pusat komando drone di Mitiga" hancur dalam serangan itu. .
Haftar melancarkan serangan pada awal April untuk mengambil ibu kota Tripoli, kursi dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang menjadi saingannya.
Berbeda dengan LNA, GNA diakui oleh komunitas internasional.
Selama tiga bulan terakhir, LNA telah berulang kali menargetkan bandara Mitiga.
Dikatakan pihaknya menargetkan "drone Turki" yang diklaim lepas landas dari Mitiga untuk melakukan serangan pada pasukan LNA di selatan Tripoli.
Pada hari Ahad LNA mengklaim telah menghancurkan sebuah drone Turki dalam serangan terhadap Mitiga, yang mendorong otoritas penerbangan untuk sementara menangguhkan penerbangan di sana.
Pasukan Haftar, yang menguasai sebagian besar Libya timur dan selatan, bulan lalu kehilangan kota utama ke tangan pasukan yang setia kepada pemerintah persatuan dalam sebuah operasi yang oleh orang kuat itu dituduh didukung Ankara.
Setelah itu Haftar memerintahkan pasukannya untuk menargetkan perusahaan-perusahaan Turki, melarang penerbangan dan menangkap warga negara Turki di Libya, kata juru bicaranya Jumat.
Serangan hari Rabu di bandara ibukota terjadi setelah lebih dari 40 imigran tewas dalam serangan udara tengah malam di pusat penahanan imigran di pinggiran Tripoli.
Serangan itu, dilakukan oleh pasukan Haftar, memicu protes internasional.
Serangan itu "jelas bisa merupakan kejahatan perang", utusan PBB untuk Libya Ghassan Salame mengatakan.
"Itu mengejutkan, secara mengejutkan, orang-orang tak berdosa yang kondisinya mengerikan memaksa mereka untuk berada di tempat perlindungan itu," tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Mayat berserakan di lantai bangunan, dicampur dengan barang-barang dan pakaian para migran yang berlumuran darah, kata seorang fotografer AFP.
Serangan Selasa malam meninggalkan lubang berdiameter sekitar tiga meter di tengah bangunan, dikelilingi puing-puing dari struktur logam yang hancur oleh kekuatan ledakan.
Lebih dari 130 orang juga terluka dalam serangan di Tajoura, pernyataan PBB itu menambahkan.
Ketegangan meningkat di Libya sejak pasukan yang setia kepada komandan pemberontak Khalifa Haftar, yang memegang kekuasaan di timur negara itu, melancarkan serangan pada April untuk merebut Tripoli, yang dipegang oleh pemerintah yang diakui PBB dan berbagai milisi.
Kekuatan dunia telah terpecah mengenai bagaimana menanggapi kampanye militer Haftar, dengan Amerika Serikat dan Rusia menolak untuk mendukung seruan PBB untuk gencatan senjata.
Pemerintah Tripoli menyalahkan Haftar atas serangan di pusat penahanan tersebut.
Utusan PBB Ghassan Salame telah menyerukan penyelidikan independen dan memperingatkan bahwa serangan itu mungkin merupakan kejahatan perang.
Amnesty International mengatakan pada hari Rabu bahwa serangan terhadap pusat itu "harus diselidiki sebagai kejahatan perang."
Magdalena Mughrabi, wakil direktur kelompok Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan kematian adalah "konsekuensi dari kebijakan migrasi Libya dan tak berperasaan Eropa." (st/TNA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
