Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
4.169 views

Bersikap Adil Menghadapi Virus Corona

Oleh: Adi Permana Sidik* 

Sepertinya dalam satu bulan belakangan ini, tidak ada topik yang paling banyak dan sering dibicarakan oleh masyarakat baik di dunia global maupun di Indonesia selain virus Corona, atau disebut juga Covid-19. Baik dibicarakan di media massa maupun media sosial. Baik oleh kalangan politisi, akademisi, mahasiswa, ibu rumah tangga, ulama, dan lain sebagainya. Virus Corona ini sendiri ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemic global.  

Merespon itu, Pemerintah selanjutnya mengeluarkan kebijakan agar masyarakat melakukan pembatasan sosial (social distancing) atau pembatasan fisik (physical distancing), dan tidak menghadiri kegiatan-kegiatannya yang dihadiri massa yang banyak.

Lembaga-lembaga pemerintah yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mengumpulkan banyak massa seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kemudian membuat kebijakan agar kegiatan pembelajaran langsung tatap muka diganti menjadi pembelajaran daring (online), mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Para dosen, guru, dan tenaga kependidikan juga diminta untuk kerja dari rumah, atau Work From Home (WFH). Beberapa Lembaga dan instansi milik pemerintah maupun swasta juga mengeluarkan kebijakan sejenis, dengan harapan penyebaran Corona ini bisa dihentikan.

 

Fatwa Ibadah saat Wabah Corona

Majelis Ulama Indoneia (MUI) juga sudah mengeluarkan fatwa terkait pelaksanaan dan tata cara pelaksanaan ibadah dalam kondisi darurat Corona. Salah satu bunyi fatwanya adalah:

Dalam kondisi penyebaran COVID-19 tidak terkendali di suatu kawasan yang mengancam jiwa, umat Islam tidak boleh menyelenggarakan shalat jumat di kawasan tersebut, sampai keadaan menjadi normal kembali dan wajib menggantikannya dengan shalat zuhur di tempat masing-masing. Demikian juga tidak boleh menyelenggarakan aktifitas ibadah yang melibatkan orang banyak dan diyakini dapat menjadi media penyebaran COVID-19, seperti jamaah shalat lima waktu/ rawatib, shalat Tarawih dan Ied di masjid atau tempat umum lainnya, serta menghadiri pengajian umum dan majelis taklim.” 

Terkait pelaksanaan ibadah ini, khususnya terkait sholat fardu dan sholat berjamaah di masjid, ada pro dan kontra dari kalangan umat Islam. Bagi kalangan yang pro, mereka sudah tidak membuka masjidnya untuk sholat fardu dan jumat berjamaah. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya agar penyebaran virus Corona dapat terhenti. Sementara bagi kalangan yang kontra mereka tetap melaksanakan sholat fardu dan jumat berjamaah seperti biasa. Walaupun sebagiannya melakukannya dengan berbagai syarat, seperti wajib membawa sajadah sendiri, sebelum masuk harus menggunakan hand sanitizer, menggunakan masker, dan disemprot menggunakan cairan disininfektan. Kalangan kontra ini menganggap bahwa terkait adanya wabah Corona, jangan sampai membuat aktivitas memakmurkan masjid ini menjadi terhenti.  

Nampaknya terkait pelaksanaan sholat berjamaah di masjid ini yang melahirkan perbedaan cukup tajam di kalangan umat Islam. Bahkan dapat ditemukan di media sosial, terkadang kedua pihak yang kontra itu, saling mengejek, merendahkan, dan merasa yang paling benar atas pendapatnya. Seperti kata-kata semisal, “Yang harus ditakuti itu hanyalah Allah bukan virus Corona”. “Jangan biarkan masjid menjadi kosong gara-gara Corona,” atau yang lebih miris adalah cercaan terhadap ulama-ulama, dan kalimat-kalimat yang sejenis lainnya bernada mencela. 

Tentu saja, kejadian semacam itu tidak semestinya terjadi. Masing-masing pendapat memiliki dalil atau argumentasinya, yang sama kuatnya. Dalam berbagai hal, memang kerap kali terjadi dua kutub pro-kontra, yang sangat ekstrem.  Jika sudah demikian bagaimana sesungguhnya kita harus bersikap, khususnya bagi kaum Muslim dalam konteks wabah virus Corona ini?

 

Adil dalam Bersikap Hadapi Corona

Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 143, Allah menyebut kaum Muslimin sebagai Ummatan Washatan (ummat yang pertengahan). Ada ulama yang menafsrikan Ummatan Washatan dengan Khoiru Ummat (umat yang terbaik) yang terdapat dalam Surat Ali-Imron ayat 110.  Ummat yang terbaik di sini selanjutnya diartikan sebagai umat yang adil. Adil dalam berbagai keterangan diartikan sebagai sebuah sikap yang menempatkan sesuatu pada tempatnya. 

Jika kita kaitkan dengan soal sikap menghadapi virus Corona ini, maka kita harus mampu menempat diri kita sesuai dengan posisi kita sebagai apa dan siapa. Singkatnya, kita harus bisa menempatkan diri, jika kita memang bukan seorang yang ahli atau mempunyai otoritas keilmuwan untuk menyampaikan suatu pendapat tentang Corona ini, masa sebaiknya kita berdiam diri. Termasuk menyampaikan ‘fatwa-fatwa’ atau sikap yang terkait dengan pelaksanaan ibadah maghdoh (ritual). Apalagi di era sekarang, yang disebut sebagai era pasca-truth, semua orang merasa benar dengan apa yang disampaikannya, khususnya di media sosial, maka sikap adil ini menjadi sangat mendesak untuk kita terapkan.

Dalam kondisi saat ini, biarkan orang-orang yang memiliki otoritas keilmuwan mulai dari para alim ulama, pakar-pakar kesehatan, para dokter, peneliti, serta ilmuwan untuk melakukan tugasnya dengan baik. Berikan keleluasaan kepada mereka untuk mengerahkan segala daya upaya dalam menuntaskan ujian yang sangat berat dari Allah SWT ini. Kita berusaha untuk berprasangka baik, berlapang dada, dan yang paling penting juga adalah kita semua harus berusaha bisa menahan egoisme kita. Entah itu ego keilmuwan, ego almamater, ego organisasi, pemikiran, ego partai, dan ego mazhab serta ego yang paling berbahaya adalah ago merasa pendapatnya paling benar dari yang lain.

Sikap adil ini tentu bukan sesuatu yang mudah dilaksanakan. Bersikap adil itu memang sulit untuk dilakukan. Namun jika kita sedikit untuk merenung lebih mendalam lagi, atau setidaknya kita mencoba berempati terhadap para petugas yang setiap hari harus menangani pasien positif Corona, berempati terhadap keluarga yang harus kehilangan orang tuanya, anaknya, suami atau istrinya disebabkan karena menangani pasien Covid-19, atau yang meninggal akibat positif terkena Covid-19. 

Dengan melakukan itu, setidaknya kita berpikir berkali-kali jika kita tetap egois dan memaksakan diri dalam mengamil sikap yang kemudian bertentangan dengan keputusan pihak-pihak yang memiliki otoritas. Kita sudah diingatkan tentang kaidah ‘menolak kemudharatan lebih diutamakan dibanding dengan mengambil mashalat.’ Kaidah tersebut sangat relevan jika kita kita melihat fakta bahwa korban dari virus Corona ini dari ke hari makin banyak, alih-alih menurun. 

Kita semua yakin, tidak ada peristiwa di dunia ini, yang bukan dari Allah, termasuk wabah virus Corona ini juga adalah datang dari Allah. Seorang Muslim juga sudah diajarkan bagaimana kita bersikap saat menghadapi ujian dari Allah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 156-157: 

Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan rasa lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira untuk orang-orang yang bersabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun (sesungguhnya kami itu milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)” (QS. Al-Baqarah [2]: 155-156). 

Selain diminta bersabar, Allah juga meminta kepada untuk berikhtiar berusaha agar terbebas dari ujian tersebut sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran surat Ar’rad ayat 11: 

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar'rad [13] : 11)

Setelah berikhtiar kita diperintahkan untuk tidak atas usaha kita, justru kita diperintahkan untuk bertawakkal atau menyerahkan semua urusan kita kepada Allah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran surat Ali-Imron ayat 159:

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali-Imron [3]: 159)

Terakhir, yang tidak boleh juga kita tinggalkan dan lupakan adalah berdo’a kepada Allah. Mari kita berdo’a kepada dengan hati yang ikhlas, tulus, dan sikap merendahkan diri kepada Allah, agar semua ujian dan cobaan yang menimpa negeri ini termasuk wabah virus Corona cepat selesai, sehingga kita bisa beraktivitas secara normal kembali, dan dapat menyambut bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri dengan penuh suka cita. Wallahu’alam.

 

*) Penulis adalah Dosen Tetap Ilmu Komunikasi Fisip USB dan Awardee LPDP

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Analysis lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X