Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
7.911 views

Memahami Jaringan Islam Liberal; Sebagai Sebuah Persoalan Da'wah (Bagian-1)

Oleh: DR. Masri Sitanggang

Sekilas tentang JIL

Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah sebuah gerakan pemahaman Islam yang lahir dari suatu bentuk penafsiran rasional atas Islam. Gerakan ini percaya bahwa yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam segala cuaca adalah ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks keislaman di semua aspek –baik muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), maupun ilahiyyat (teologi). Mereka menyebut ijtihad begini “semangat religio-etik Qur'an dan Sunnah Nabi, bukan semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks”.

Mengutip disertasi Greg Barton ( _Gagasan Islam Liberal di Indonesia : Pemikiran Neomodernisme Nurcholish Majid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib dan Abdurrahman Wahid- 1999 ), prinsip gagasan Islam Liberal di Indonesia antara lain adalah 1) pentingnya kontekstualisasi ijtihad, 2) komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan, 3) penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama, dan 4) pemisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non- sektarian negara.

Untuk menyebarkan faham liberalisme dan “melawan” konservatif-fundamentalis Islam, JIL melakukan antara lain:

Sindikasi Penulis Islam Liberal, yakni mengumpulkan tulisan sejumlah penulis yang membela pluralisme dan inklusivisme serta menyediakan bahan-bahan tulisan, wawancara dan artikel untuk koran-koran di daerah; Talk-show Radio dengan mengundang sejumlah tokoh yang selama ini dikenal sebagai “pendekar pluralisme dan inklusivisme” untuk berbicara tentang berbagai isu sosial-keagamaan di Tanah Air.

Acara ini diselenggarakan dan disiarkan melaui jaringan Radio namlapanha di Jakarta dan 40 radio lainnya di Tanah Air; penerbitan buku-buku yang bertemakan pluralisme dan inklusivisme agama, baik berupa terjemahan, kumpulan tulisan, maupun penerbitan ulang buku-buku lama yang masih relevan dengan tema-tema tersebut; Buku Saku setebal 50-100 halaman diperuntukkan bagi pemula, isinya mengulas dan menanggapi sejumlah isu yang menjadi bahan perdebatan dalam masyarakat dari perspektif Islam Liberal seperti jihad, penerapan syari’at Islam, jilbab, penerapan ajaran “memerintahkan yang baik, dan mencegah yang jahat” (amr ma’ruf, nahy munkar); Website Islamlib.com memuat semua produk JIL dan juga setiap perkembangan berita, artikel, atau apapun yang berkaitan dengan misi JIL; Iklan Layanan Masyarakat dengan tema-tema seputar pluralisme, penghargaan atas perbedaan, dan pencegahan konflik sosial seperti iklan berjudul "Islam Warna-Warni"; Diskusi Keislaman bekerjasama dengan pihak luar (universitas, LSM, kelompok mahasiswa, pesantren dls), membahas tema-tema keislaman dan keagamaan secara umum; termasuk dalam kegiatan ini adalah diskusi keliling yang diadakan melalui kerjasama dengan kelompok-kelompok mahasiswa di sejumlah universitas.

Benih faham liberal mulai tersemai sejak Mukti Ali menjadi Menteri Agama RI di awal tahun 70-an. Beliau mengangkat Mendiang Harun Nasution (jebolan Mc Gill University) menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang Universitas Islam Negeri) Jakarta. Kedua tokoh inilah yang “berjasa” merubah wajah IAIN menjadi liberal dengan merubah kurikulum dan pengiriman mahasiswa untuk melanjutkan studi Islam ke Barat,

Dagangan Utama dan Karakteristik JIL

1. Pluralisme

JIL memiliki aqidah pluralisme, yakni faham bahwa semua agama adalah sama dan benar. Ini berawal dari teologi inklusif yang ditawarkan Nurcholis Majid, yakni gagasan perubahan konsep dari “keyakinan mutlak” menjadi keyakinan relatif terhadap agamanya sendiri. Ulil Absar Abdalla, salah satu tokoh JIL, dalam artikelnya Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam (Harian Kompas 18/11/2002) dengan tegas mengatakan : “Dengan tanpa merasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan, semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti itu, jalan panjang menuju Yang Maha Benar. Semua agama, dengan demikian, adalah benar, dengan variasi, tingkat dan kedalaman yang berbeda-beda dalam menghayati jalan religiusitas itu. Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang sama : yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya.”

2. Kesetaraan Gender atau Gender Equality
Aminah Wadud, profesor wanita bidang Studi Islam Virginia Commonhealt University, pada Jum’at 18 Maret 2005 menobatkan diri menjadi Imam shalat jum’at pertama yang dilakukan di Gereja Katedral St. John di Manhattan New York dengan makmum laki-laki dan perempuan yang bercampur baur. Waktu itu, azan dikumandangkan oleh seorang yang juga wanita tanpa jilbab.

Jauh sebelumnya, Munawir Sadzali, mantan Menteri Agama RI, telah melontarkan “fiqh”nya tentang perubahan pembagian waris menurut Islam, yakni bahwa bagian laki-laki harus sama dengan wanita, karena zaman modern ini wanita juga sudah bekerja.
Mereka menolak keras poligami.

3. Demokrasi
Demokrasi menjadi asas utama Islam Liberal, dimana rakyat dianggap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Atau pada tahap yang lebih ekstrim, “vox populi vox dei”, suara rakyat adalah suara Tuhan. Di sini kebenaran ditentukan oleh suara terbanyak, yang kuat, yang bermodal atau yang memiliki segalanya. Suara seorang kiayi sama nilainya dengan seorang badut atau bahkan bandit. Suara seorang pakar sama dengan seorang yang tidak berpendidikan. Maka, seperti kata mendiang Nurcholis Majid, “tuyul pun dapat menjadi presiden asal rakyat menghendaki”.

4. Tidak Memihak pada Islam

Di tahun 80-an gerakan dakwah meningkat di tanah air. Lahirlah ICMI, Bank Muamalat, Harian Republika, UUPA (Undang-undang Pengadilan Agama), pengiriman Seribu dai ke desa oleh Suharto (waktu itu Presiden RI), hubungan para tokoh Islam yang selama kurun itu dikenal “fundamentalis” membaik pula dengan pemerintah. Abdurrahman Wahid cemas dengan perkembangan ini sehingga mengingatkan perlunya mewaspadai Islam ideologi. ICMI dikecam sebagai sektarian lalu ia membentuk Forum Demokrasi dengan merangkul Magnis Suseno SJ, Pastur Katolik Jesuit yang fanatik. Gunawan Mohammd (waktu itu pemimpin redaksi majalah Tempo) membuat laporan utama tentang UUPA Islam yang digambarkannya sebagai ancaman terhadap integrasi bangsa.

Ketika ide penegakan Syariat Islam mencuat pada awal persidangan MPR hasil pemilhan era reformasi –yang dimotori oleh Partai Bulan Bintangt (PBB), kelompok JIL yang dimotori oleh Nurcholis Majid, Abdurrahman Wahid, dan Gunawan Muhammad langsung menggelar konferensi pers menolak gagasan penegakan Syari’at Islam itu. Sampai sekarang, kelompok JIL keras menentang segala upaya memberi aroma syariah terhadap undang-undang dan perda.

Ulil mempertegas sikap JIL, menolak segala yang berbau Arab (dalam hal ini Jilbab, potong tangan, qishash, disebutnya sebagai budaya Arab), menolak larangan perkawinan wanita muslim dengan pria non-muslim, menolak upaya penegakan Syariat Islam dan tidak percaya adanya “hukum Tuhan”.

Penentangan terhadap UU porno grafi dan porno aksi adalah contoh lain yang patut diingat. Porno dalam aksi dan grafis, dibela JIL dengan alasan seni dan UU porno grafi dan porno aksi dianggap membatasi kreativitas seni. Abdul Muqset AlGhazali, berkenaan dengan kasus film Buruan Cium Gue, dalam situs JIL menulis : “Menghadirkan agama –apalagi hanya satu tafsir tertentu dalam agama— ke dalam dunia film, sungguh sangat musykil”.

Metodologi “Ilmiah” JIL

Prof. Dr. Machasin, MA ( Metodologi Pemikiran Islam Kontemporer : Sebuah Auto Kritik dalam Islam Liberal dan fundamental,- 2005 ) menyatakan Agama Islam sebagai sebuah tradisi kemanusiaan yang terbentuk melalui proses sejarah manusia dalam pergulatannya dengan persoalan zamannya. Artinya, Agama Islam hanyalah sebuah fenomena sosial yang berevolusi, atau sebuah produk budaya yang berevolusi. Karena itu pula studi Islam oleh JIL dilakukan dengan pendekatan empiris (sebagaimana dipakai dalam sosiologi dan antropologi agama) dan pemikiran kontemporer dalam ilmu sosial dan humaniora. Ini mengikuti cara pandang Barat-Kristen terhadap agamanya, yang bermula dari kegagalan akal mereka memahami konsep Trinitas. Sejarah intelektual Kristen adalah serangkaian upaya mencairkan konflik _faith versus reason, konflik antara dogma dan filsafat, agama dan sains. Ketidakselarasan antara teks-teks Bible dengan sains atau fakta-fakta empiris, memunculkan pertanyaan seputar keotentikan Bible dan ajaran Kristen. Akhirnya, Tektus Receptus Bible diabaikan dan muncul kritik terhadap teks. Perkembangan selanjutnya adalah munculnya gagasan sekulerisasi sebagai pemberontakan terhadap dominasi gereja, gerakan reformasi Luther dan gerakan liberal yang mengeritik dogmatisme iman Kristiani, serta seruan terhadap perlunya mencari “historical Jesus” dan menolak “impeccability” Paus ( Kenneth S Latourette, 1975, _ A History of Chritianity_ )

Memang, pemikiran Islam liberal di Indonesia menggeliat tumbuh sejak membanjirnya sarjana “Islamic Studies” cetakan Barat tiga dekade lalu. Sebagaimana “almamaternya”, JIL dalam studinya menempatkan Agama Islam sama dan sejajar dengan agama-agama lain : Kristen, Hindu, Budha, Thao, Yahudi dan –sebagai produk budaya, mungkin saja sama dengan aliran kepercayaan; dan menempatkan Al-Qur’an sama dan sejajar dengan Bible.

Dengan bersandar kepada argumentasinya bahwa kebenaran pemahaman atau tafsir adalah relatif, pengusung Islam Liberal menolak tafsir yang tidak sesuai dengan keinginan dan tujuan JIL. Mereka menyebut tafsir ulama terdahulu sebagai tafsir / faham klasik, konservatif atau fundamentalis. Amin Abdullah, mantan Rektor UIN Yogya, begitu percaya terhadap hermeneutika sebagai metodologi pemahaman al-Qur’an, sehingga dalam pengantarnya untuk sebuah Buku berjudul Hermeneutika Al-Qur’an ( 2005 ) secara gamblang ia menulis: “Dengan sangat intensif hermeneutika mencoba membongkar kenyataan bahwa siapa pun orangnya, kelompok apa pun namanya, kalau masih pada level manusia pastilah terbatas, parsial kontekstual pemahamannya serta bisa saja keliru”.

Pikiran A,im Abdullah sejalan dengan pandangan relativitas JIL terhadap tafsir dan faham keagamaan. Namun dalam kenyataannya, para pengusung JIL gencar menyalahkan dan menyerang faham lain dan menudingnya sebagai fundamentalis dan skriptualis. Bukankah semestinya mereka wajib ragu terhadap pemikirannya sendiri karena baik Harun Nasution, Nurcholis, Ulil dan tokoh-tokoh JIL lainnya adalah juga manusia yang berarti berpotensi besar untuk keliru ?

BERSAMBUNG…

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Analysis lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X