Kamis, 3 Sya'ban 1446 H / 31 Desember 2020 17:15 wib
3.110 views
Harian Prancis: Negara Kami Terjebak Dalam Perang Tanpa Akhir di Mali
PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - Harian Prancis L'Opinion dalam editorialnya pada hari Selasa (29/12/2020) melancarkan kecaman terhadap kehadiran militer Prancis di Mali, sehari setelah kematian tiga tentara Prancis yang tergabung dalam pasukan Barkhane.
"Quentin, Dorian dan Tanerri berusia 21, 23 dan 28 tahun [...] Seperti 50 tentara lain sebelumnya, ketiga pemuda Prancis ini tidak akan kembali dari Mali, di mana, selama hampir delapan tahun, negara kami telah terjebak perang tanpa akhir, "tulis Jean-Dominique Merchet dalam editorial berjudul Kematian di Mali: Sudah Cukup!
Tiga tentara Prancis tewas di Mali timur setelah kendaraan lapis baja mereka menabrak alat peledak improvisasi (IED), kata kepresidenan Prancis pada hari Senin.
Insiden itu terjadi dalam misi pengawalan antara Hombori dan Gossi, dekat perbatasan dengan Niger dan Burkina Faso.
Merchet mengatakan tidak ada ancaman jihadis terhadap Prancis yang pernah datang dari Sahel, menurut kepala intelijen. "Konflik hanya bisa diselesaikan dengan negosiasi dengan kelompok teroris, yang pada kenyataannya adalah pemberontakan yang bangkit dari sejarah pra-kolonial di Sahel."
Dia menambahkan: "Mungkin penting untuk melakukan intervensi di Mali seperti yang dilakukan Francois Hollande pada 2013. Kesalahannya adalah tetap di sana, karena sekarang kami tidak lagi tahu bagaimana cara pergi. Atau lebih tepatnya bagaimana berpakaian dengan cara yang rapi apa yang akan menjadi pengakuan kegagalan ".
"Dalam mimpi kebesaran mereka, para pemimpin kami merasa sulit untuk memahami bahwa Barat tidak lagi memenangkan perang ini dan bahwa era ekspedisi militer telah berlalu," kata kolumnis Prancis itu.
Setidaknya 47 tentara Prancis telah tewas sejak peluncuran Operasi Barkhane pada 2013.
Lebih dari 5.000 tentara Prancis dikerahkan di bawah Barkhane yang dipimpin oleh Prancis bersama negara-negara G5 Sahel: Burkina Faso, Mali, Mauritania, Niger dan Chad untuk melawan kelompok jihadis bersenjata di wilayah tersebut, khususnya Al-Qaidah di Maghreb Islam dan Islamic State di Greater Sahara (ISGS).
"Karena itu kami akan meninggalkan Mali, seperti yang kami lakukan di Afghanistan (setelah kematian 90 tentara) dan seperti yang dilakukan Amerika. Taliban masih di sana," tulis Merchet. (AA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!