Sabtu, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Juni 2020 20:15 wib
2.877 views
NOC: Tentara Bayaran Rusia Masuki Ladang Minyak Utama Al-Sharara di Libya Selatan
TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Tentara bayaran Rusia dan asing lainnya telah memasuki ladang minyak utama di Libya selatan, kata National Oil Corporation yang dilanda konflik Jum'at (26/6/2020).
Para tentara bayaran melaju ke ladang minyak Al-Sharara dalam konvoi kendaraan Kamis malam, NOC mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya, menyatakan "keprihatinan besar".
Setelah ditangguhkan selama berbulan-bulan, Al-Sharara -di bawah kendali pasukan yang setia kepada jenderal pemberontak Khalifa Haftar - memulai kembali operasi pada awal Juni, hanya untuk menghentikan pekerjaan lagi tiga hari kemudian atas instruksi pasukan tersebut.
Terjun ke dalam kekacauan oleh pemberontakan yang didukung NATO 2011 yang menggulingkan dan membunuh pemimpin lama Muammar Khadafi, Libya yang kaya minyak memiliki dua pemerintahan saingan.
Pasukan Haftar, yang didukung oleh Rusia, Mesir dan UEA, melancarkan serangan pada April 2019 untuk merebut kendali ibukota Tripoli dari Pemerintah Kesepakatan Nasional yang didukung PBB.
Tetapi para milisi Haftar menarik diri dari pinggiran selatan ibukota - dan seluruh bagian barat negara itu - awal bulan ini, setelah serangkaian kekalahan di medan perang melawan GNA yang didukung Turki.
Moskow tidak mau mengakui terlibat dalam kehadiran tentara bayaran Rusia dalam konflik itu, kendati ada laporan PBB pada Mei yang mengatakan tentara bayaran dari kelompok paramiliter Wagner, yang konon dekat dengan Presiden Vladimir Putin, ada di lapangan.
Ketua NOC Mustafa Sanalla mengutuk intervensi terbaru di Al-Sharara, yang terletak di wilayah Oubari sekitar 900 kilometer selatan Tripoli.
"Minyak Libya untuk rakyat Libya, dan saya sepenuhnya menolak upaya negara-negara asing untuk mencegah dimulainya kembali produksi minyak," katanya.
"Kami tidak membutuhkan tentara bayaran Rusia dan asing lainnya di ladang minyak Libya yang tujuannya adalah untuk mencegah produksi minyak," kata Sanalla.
"Kami membutuhkan pasukan keamanan patriotik, profesional, dan independen yang akan memfasilitasi dimulainya kembali produksi minyak untuk kepentingan semua rakyat Libya, dengan pendapatan dialokasikan secara adil dan transparan di seluruh Libya."
Ketika beroperasi, Al-Sharara memproduksi 315.000 barel per hari - hampir sepertiga dari produksi minyak mentah Libya.
Ekspor minyak adalah sumber dari hampir semua pendapatan negara, dan Libya memiliki cadangan minyak mentah terbesar di Afrika.
Al-Sharara dijalankan oleh perusahaan Akakus, perusahaan patungan antara NOC, raksasa minyak Spanyol Repsol, Total Prancis, OMV Austria dan Statoil Norwegia. (TNA)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!