Sabtu, 11 Rajab 1446 H / 25 April 2020 16:45 wib
2.467 views
UEA Minta Komandan Pasukan Sudan Kirim Tentara Bayaran Tambahan ke Libya Untuk Bantu Haftar
UNI EMIRAT ARAB (voa-islam.com) - Uni Emirat Arab (UEA) telah meminta komandan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Sudan, Mohamed Hamdan Dagalo, untuk mengirim pasukan militer ke Libya untuk mendukung serangan panglima perang Khalifa Haftar di Tripoli.
Menurut sumber yang mendapat informasi lengkap, Dagalo, alias Hemetti, setuju untuk mengirim dua faksi bersenjata ke negara Afrika utara tersebut, dalam upaya Uni Emirat Arab untuk menyelamatkan kaki tangannya di Libya, Khalifa Haftar.
Sumber itu, yang berbicara kepada The Observer Libya dengan syarat anonim, mengatakan bahwa Uni Emirat Arab berjanji untuk mengirim dukungan keuangan dan militer kepada Hemetti dengan imbalan mengirimkan pasukannya ke Libya.
Ribuan tentara bayaran asal Sudan saat ini bertempur di beberapa front di Libya dengan banyak yang tewas. Para tentara bayaran membagikan foto dan video mereka di Facebook dari Sirte dan front Tripoli selatan mengklaim "Kami di sini untuk membebaskan Libya dari terorisme."
Sudan membantah partisipasi pasukan Sudan dalam pertempuran yang sedang berlangsung di Libya.
Radio Dabanga Sudan melaporkan pada Juli 2019 bahwa Hemetti telah mengirim sekitar 4.000 tentara RSF ke Libya untuk melindungi instalasi minyak di wilayah sabit minyak untuk memungkinkan pasukan yang setia kepada panglima pemberontak Khalifa Haftar untuk memusatkan semua kekuatan mereka pada serangan Tripoli.
Juga di bulan yang sama, Aljazeera mengungkapkan dokumen yang membuktikan bahwa Sudan telah menggunakan wilayah udaranya untuk mengangkut ratusan tentara bayaran yang direkrut oleh Hemetti ke Libya.
Panel Ahli PBB untuk Sudan melaporkan awal tahun ini bahwa para petempur Darfur berjuang untuk pasukan Khalifa Haftar di Libya sebagai tentara bayaran karena mereka bertujuan untuk memperkuat kekuatan militer mereka dengan mendapatkan uang dan senjata melalui Libya.
Keterlibatan Uni Emirat Arab di Libya dan urusan Sudan telah semakin dalam dengan perekrutan warga negara Sudan sebagai tentara bayaran yang berperang di Libya dan Yaman.
Sebuah perusahaan Emirat bernama Black Shield telah menjebak ratusan warga Sudan dengan menawarkan pekerjaan di UEA sebagai penjaga keamanan untuk rumah sakit dan mal, tetapi akhirnya mereka berakhir bertempur di Libya.
Ketika pertempuran berlanjut di Tripoli selatan, panglima perang Khalifa Haftar telah menderita kerugian besar, terutama setelah kehilangan tujuh kota pesisir dalam waktu sekitar tujuh jam.
Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang didukung PBB kini memobilisasi pasukan untuk menyerang dua benteng terakhir Haftar di Libya barat, kota Tarhuna dan pangkalan udara Watiya. Dengan runtuhnya dua lokasi strategis ini, pertempuran akan pindah ke pangkalan udara Sirte dan Jufra di Libya tengah. (LO)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!