Senin, 15 Rajab 1446 H / 2 Juli 2018 17:00 wib
2.880 views
4 Sampai 8 Tentara Prancis Terluka dalam Serangan Bom Mobil di Gao Mali
GAO, MALI (voa-islam.com) - Sebuah serangan terhadap patroli militer di Mali utara menewaskan 2 orang melukai hingga delapan serdadu Prancis pada hari Ahad (1/7/2018) kata kementerian pertahanan Mali.
Serangan itu terjadi dua hari setelah jihadis menewaskan sedikitnya enam tentara dalam serangan di sebuah markas militer di Mali tengah, sebuah negara di mana pasukan Prancis membantu memerangi jihadis di seberang gurun pasirnya yang luas.
"Saya mengkonfirmasi bahwa itu adalah bom mobil yang melaju ke patroli tentara bersama Barkhane / Mali," kata jurubicara kementerian pertahanan Boubacar Diallo. Barkhane adalah nama dari hampir 4.000 tenaga pasukan Prancis yang ditempatkan di bekas koloninya di seluruh wilayah Sahel.
Sekitar selusin orang terluka dalam serangan hari Ahad, termasuk empat hingga delapan pasukan Barkhane Prancis, kata Diallo.
Juru bicara tentara Prancis, Patrik Steiger, membenarkan bahwa warga sipil telah tewas dalam serangan di Gao dan tentara sedang menilai keadaan patroli Prancis berkekuatan 30 tentara yang diserang.
Dia mengatakan ledakan itu terjadi di dekat tiga kendaraan Prancis.
Foto-foto yang diposting di media sosial menunjukkan kendaraan lapis baja di jalan berpasir yang dikelilingi oleh asap hitam.
Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, yang terjadi sebulan sebelum pemilihan presiden yang dijadwalkan pada akhir Juli.
Namun kekerasan oleh jihadis telah menjamur di Sahel yang jarang penduduknya dalam beberapa tahun terakhir, dengan kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaidah dan Islamic State (IS) menggunakan Mali tengah dan utara sebagai landasan peluncuran untuk serangan di seluruh wilayah.
Kekuatan Barat telah memberikan pendanaan yang signifikan kepada pasukan regional yang terdiri atas tentara dari Mali, Niger, Burkina Faso, Chad dan Mauritania yang memerangi jihadis. Namun apa yang disebut kekuatan G5 telah tertatih-tatih oleh penundaan pembayaran uang dan koordinasi yang buruk antara kelima negara.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang tahun lalu mengeluh bahwa G5 terlalu lama untuk dibentuk, dijadwalkan di Mauritania pada hari Senin untuk membahas keamanan di kawasan itu. (st/ahram)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!