Jum'at, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 29 April 2022 20:43 wib
5.432 views
Perang Dunia Ke 3: Hoax or Realty?
Oleh: Abdurrahman Anton Minardi
Setelah president Erdoğan membuka perundingan antara Rusia dengan Ukraina 29 Maret 2022 di Istanbul, besoknya menghasilkan beberapa point kesepakatan yaitu :
1. Rusia Sepakat Kurangi Serangan di Ukraina
2. Janji Ukraina pada Rusia tidak akan menjadi anggota NATO atau menjadi pangkalan militer NATO.
3. Perundingan Merupakan Satu Langkah Rusia Kurangi Eskalasi Konflik
4. Turki, Jerman dan Polandia Jadi Penjamin Keamanan Ukraina
5. Tetap Tuntut Perdamaian Penuh di Ukraina
Ukraina bersikukuh dengan sikapnya mengenai batas negara sesuai perbatasan Internasional 1991.
Sedangkan Rusia beralasan Melakukan aksi serangan ke Ukraina atas permintaan kelompok pro kemerdekaan Ukraina Timur Yang merasa dilangggar hak asasi dan genosa atas mereka oleh rezim Ukraina.
Pada 14 April 2022 kedua negara ternyata belum bersepakat mengenai yitik krisial antara kedua negara tersebut.
Ukraina telah menolak untuk mengakui Krimea sebagai republik Rusia dan Donbass sebagai republik merdeka.
Rusia tentu saja merasa bahwa Ukraine telah melanggar kesepakatan Istanbul. Walaupun secara tertulis kedua point tersebut tidak masuk dalam kesepakatan, tapi perwakilan kedua negara bersepakat untuk membicarakannya secara terpisah.
Pada 15 April 2022 secara megejutkan TV Rusia mengumumkan Perang Dunia Ke 3.
Menyusul setelah sehari sebelumnya kapal induk moskva armada laut hitam Rusia tenggelam.
Kementrian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa saat ini kami benar-benar sedang menghadapi infrastruktur NATO jika bukan NATO itu sendiri.
Ukraina mengklaim telah melakukan penyerangan terhadap kapal moskva tersebut dengan menggunakan Rudal Neptunus, sementara Rusia menyatakan bahwa kapal itu meledak karena kebakaran.
Sehari setelah kejadian itu, Rusia meningkatkan serangan ke Kiev Ukraina, yang menyebabkan kondisinya semakin rusak parah. Ledakan besar terjadi di Kiev, dan hal itu nampaknya akan Terus berlanjut sebagaimana diakui Kementrian Pertahanan Rusia.
Apakah perang ini benar-benar akan menjadi Perang Dunia Ke 3 ?
Pertama, kedua negara tersebut mendapatkan dukungan dari aliansinya. Ukraina didukung oleh US, Kanada, Jerman, Prancis, Inggris, Belgia, Belanda, Ceko, Italia, Portugal, Yunani, Rumania, Spanyol dan Israel. Sedangkan Rusia didukung oleh Chechnya, Iran, Cina, Venezuela, Belarusia, Myanmar, Kuba dan Suriah.
Kedua, perkubuan tersebut masih menggambarkan peta romantisme "Cold War" (Perang Dingin) antara sosialisme-komunisme melawan liberalisme-kapitalisme.
Ketiga, embargo ekonomi oleh sejumlah negara atas Rusia menunjukkan bahwa mereka telah menganggap langkah Rusia adalah salah jika tidak bertujuan untuk menghentikan perang. Negara-negara yang telah melakukan embargo ekonomi kepada Rusia adalah US, Uni Eropa, Inggris, Kanada, Australia, Jepang, Taiwan dan Korea Selatan. Embargo ekonomi ini menyebabkan ekonomi Rusia menjadi anjlok. Nilai Rubel menjadi sangat rendah terhadap $US, transaksi bank Rusia dihentikan, transaksi perdagangan dengan Rusia dihentikan, harga-harga barang meningkat drastis terutama harga minyak dan gas. Di sisi lain kebutuhan dunia atas minyak dan gas Rusia begitu tinggi. Seperempat pasokan minyak dan gas Uni Eropa berasal dari Rusia dimana industry masih sangat tergantung pada komoditas energi ini. Untuk itu tidak dalam urusan ini tidak langsung melakukan penghentian kerjasama. Belum lagi Rusia merupakan pemasok sekitar 30% gandum dunia. Ini akan sangat menyulitkan industri makanan secara global.
Hal tersebut akan menambah tarik-menarik kepentingan atar kedua kubu yang berseteru.
Keempat, pemilihan ekonomik pasca pandemi atau ada yang menyebut plandemi COVID 19 akan menjadi lebih rumit akibat kenaikan harga dan pembatasan transaksi perdagangan.
Kelima, pasokan dana maupun senjata bahkan pasukan untuk kedua kubu akan memperluas ketegangan dan konflik international.
Kubu Ukraina menginginkan memperluas blok NATO-nya dengan keanggotaan Ukraina di NATO atau menjadi basis NATO di wilayah Eropa Timur. Kubu Rusia juga melihat kubu NATO telah tidak bisa menahan diri bahkan ingin terus memperluas kekuasaannya di dunia. Sedangkan Rusia telah membubarkan aliansi kekuatan Pakta Warsanya dengan runtuhnya Uni Soviet.
Point yang paling krisial adalah ketika negara-negara menjadi bagian dari kubu dua pihak tersebut. Sementara negara-negara yang menjadi pihak penengah masih belum dapat meredakan ketegangan kedua kubu. Bahkan United Nations (UN) atau PBB pun justru malah menjadi ajang menambah dukungan kepada kedua kubu yang berseteru, bukan menjadi pihak yang menengahi konflik.
Ketika alasan kedua negara yang berperang belum selesai malah ditambah beban perang dengan masuknya kepentingan berbagai negara yang menjadi bagian dari kubu maka perang akan semakin panjang dan korban jiwa akan semakin besar.
Perang itu pasti urusan menang atau kalah, dan tidak ada pihak yang mau kalah.
Perang Dunia Ke 3 bukan mustahil, meskipun negara-negara yang telah bergabung ke dalam dua kubu tersebut masih bisa menarik diri dan hentikan demo-demo mendukung Rusia atau Ukraina. Lalu pihak yang netral harus diperluas sehingga upaya damai lebih terbuka lebar.
Di sinilah Organization of Islamic Conference (OIC) harus mengambil langkah strategis untuk ikut mewujudkan gencatan senjata menuju perdamain dan Turki bisa menjadi Triggernya. Jika UN tidak begitu dapat diharapkan untuk melakukannya.
Peace for all.
Istanbul, 20 Romadhon 1443 H/21 April 2022 M.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!