Selasa, 7 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Desember 2019 10:11 wib
3.965 views
China Butuh Proxy untuk Tutupi Kebiadaban Atas Muslim Uighur
Oleh:
Harits Abu Ulya
Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA)
PERSPEKTIF singkat saya soal tragedi yang menimpa Muslim Uighur-Xinjiang di China:
Pertama, dari berbagai sumber berita yang kredibel menunjukkan realitas yang tidak terbantahkan soal tindakan biadab pemerintah China Komunis terhadap etnis Uighur (muslim Xinjiang secara umum) yang notabene mayoritas beragama Islam (muslim).
Perlakuan diskriminatif, intimidasi, kekerasan fisik, penjara penjara besar yang di beri label kamp re-edukasi, bahkan regulasi yang melegitimasi kebijakan tidak humanis dibuat. Semua itu secara sistemik di alami umat muslim dari tangan besi pemerintah China Komunis. Muslim Uighur-Xinjiang menjadi korban dan sengaja dikorbankan.
Muslim Uighur-Xinjiang yang bisa lolos dari "zona neraka" seperti itu menceritakan apa adanya.
Kedua, pemerintah China Komunis tentu tidak ingin "bangkai busuk" kebiadaban yang di gelar atas muslim Uighur-Xinjiang terbongkar dihadapan mata dunia. Jika kebongkar secara vulgar, akan berpengaruh kepada interpendensi China dalam konstelasi Global dimana China berusaha membangun dominasi dengan beragam strateginya.
Karena bisa saja, isu pelanggaran HAM berat bisa dimainkan oleh rival China untuk mencari keuntungan dan bisa merugikan kepentingan politik dan ekonomi China Komunis.
Ketiga, maka niscaya "proxy war" digelar oleh pemerintahan China di negara-negara dunia terutama negeri-negeri muslim dan Indonesia masuk dalam prioritas.
Pendekatan ekonomi melalui pinjaman (hutang) atau Investasi China di Indonesia menjadi point yang bisa dimainkan untuk menjadikan penguasa Indonesia adalah boneka China Komunis. Investasi bisa dipakai sebagai amunisi untuk membungkam pejabat Indonesia agar tidak mengusik China terkait persoalan Uighur-Xinjiang.
Lebih jauh lagi, iklim opini yang berkembang di publik perlu di kendalikan oleh China. Maka China perlu orang-orang yang bisa jadi "jubir" pemerintah China untuk membangun opini dan mengendalikan persepsi publik soal sikap pemerintah China terhadap Muslim yang ada di wilayah Xinjiang.
Pendekatan yang lazim adalah dengan menfasilitasi kunjungan ormas-ormas tertentu ke negara China dengan desain tertentu.
Atau pemberian donasi kepada ormas-ormas tertentu dan harapan dari ragam pendekatan itu adalah China punya "Proxy" yang bisa menutup kebiadaban yang terjadi.
Dalam "proxy war" suatu yang niscaya orang-orang opurtunis di Indonesia dengan jabatan atau posisi yang saat ini dimiliki ia menjadi "abdi dalem" kepentingan China Komunis. Pendekatan "cingcai" ke person atau kelompok tertentu masih menjadi alternatif yang dianggap efektif dilakukan oleh China Komunis untuk menjaga kepentinganya.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!