Ahad, 15 Jumadil Akhir 1446 H / 1 April 2018 23:07 wib
7.321 views
(Kasus) Cacing Bikin Ibu Cerdas Politik
Oleh: Ragil Rahayu Wilujeng, SE
Cacing sedang menjadi pembicaraan, viral di mana-mana. Berawal dari pengungkapan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kepulauan Riau tentang nama-nama produk makarel kaleng yang mengandung cacing. Ada 16 merek produk impor dan 11 merek produk dalam negeri.
Pihak yang paling heboh dari pemberitaan tersebut adalah para ibu. Maklum, ibu adalah pengatur menu keluarga. Setiap hari ibu memilih bahan makanan bermutu untuk santapan keluarga. Tak hanya nikmat di lidah, namun juga harus sehat bergizi. Adanya temuan cacing di dalam makarel kaleng kontan membuat para ibu khawatir untuk mengkonsumsi makarel. Bahkan kekhawatiran itu bisa merembet pada makanan kaleng lainnya.
Ibu Cerdas Fakta
Kasus cacing ini bukanlah problem pangan yang pertama dirasakan ibu-ibu. Sebelumnya telah terjadi berbagai rentetan masalah bahan pangan yaitu mahalnya bawang, cabe, ayam, telur, daging, hingga garam. Juga isu beras plastik, telur palsu, hingga daging oplosan. Rentetan kejadian ini patut dicermati para ibu sehingga menjadi cerdas fakta.
Wujud cerdas fakta ini adalah para ibu mengetahui detail hakikat fakta yang terjadi. Tidak terkecoh hoaks dan mengetahui sumber fakta yang kredibel. Misalnya dalam kasus cacing, para ibu jadi tahu bahwa cacing parasit yang ditemukan pada ikan makarel adalah jenis parasit Anisakis sp. Parasit ini dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan anisakiasis. Anisakiasis adalah infeksi akibat parasit pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan laut mentah atau kurang matang yang mengandung larva nematoda Anisakis sp. (Jawapos, 31/3/2018)
Maka para ibu tidak akan terbawa opini bahwa cacing di makarel kaleng itu bergizi karena tinggi protein. Sehingga tidak bersikap ikut-ikutan dengan menyantap saja makarel yang mengandung cacing. Para ibu juga jadi tahu merek-merek yang mengandung cacing dan yang aman dikonsumsi. Ibu juga tahu beda makarel dengan sarden, meski selama ini dikira sama.
Inilah gambaran cerdas fakta. Dalam hal ini cerdas terhadap fakta cacing. Dalam kasus lain, para ibu perlu juga cerdas fakta bawang, cabe, beras, daging, ayam, telur, dll. Namun cerdas fakta saja nggak cukup. Karena dalam kasus cacing kita hanya tahu fakta saja. Namun kenapa bisa terjadi kasus cacing? Tak cukup cerdas fakta, kita juga harus cerdas politik.
Cerdas Politik
Politik adalah pengaturan urusan masyarakat. Biasanya para ibu alergi urusan politik. Karena ibu terbiasa menghadapi urusan domestik nan praktis. LPG mahal? Ngirit. Cabe mahal? Bikin sambalnya jarang-jarang. Beras mahal? Beli yang kelas bawah, bukan premium. Daging mahal? Lauk tahu tempe. Dan seterusnya. Berfikir politik terasa ribet, karena melibatkan banyak fakta.
Padahal menjadi ibu cerdas politik sangat perlu. Para ibu jadi tahu kenapa sebuah masalah terjadi, apa sebabnya dan bagaimana jalan ceritanya. Bukan hanya tahu ada masalah apa. Nah, ibu-ibu kan suka lihat sinetron. Untuk urusan sinetron tak puas rasanya hanya tahu judulnya. Tapi tentu ingin tahu siapa tokohnya, bagaimana jalan ceritanya dan bagaimana akhirnya. Tinggal urusan politik ini disamakan saja dengan melihat sinetron.
Para ibu perlu tahu bagaimana pengaturan makarel kaleng, kok bisa ada yang lolos. Ikan makarel kemasan kaleng dan bahan baku ikan beku ini sebelumnya sudah lolos dalam pemeriksaan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (BKIPM KKP) dan bahkan diberi izin edar oleh BPOM. Namun, uji yang dilakukan BKIPM ternyata tak menyertakan uji parasit di dalamnya. Kepala BKIPM KKP Rina menjelaskan tak adanya proses uji parasit cacing pada bahan baku ikan makarel beku dan produk jadi dalam kemasan kaleng karena parasit tak masuk dalam parameter utama standar uji yang diterapkan Badan Standar Nasional (BSN). (Tirto.id, 30/3/2018)
Dalam kasus mahalnya bawang, cabe, beras, daging dll ibu cerdas politik memahami pengaturan semua bahan pangan tersebut. Kenapa beras mahal saat stok dikatakan surplus oleh pemerintah. Kenapa bawang masih mahal padahal sudah impor. Kenapa cabe selalu mahal tiap tahun yaitu tiap musim hujan dan tidak diantisipasi, dan seterusnya.
Tak cukup mengetahui penyebab masalah pangan dan pengaturan oleh pemerintah. Tak cukup juga tahu di mana titik salah urus pangan. Karena ibu-ibu butuh solusi, agar bisa menyikapi. Seperti nonton sinetron tentu ingin masalah tokoh utamanya terselesaikan. Para ibu pasti bete jika tokoh utama dilanda masalah terus, tanpa pernah selesai. Inginnya, tokoh utama mendapatkan solusi dan kisah berakhir bahagia.
Cerdas Politik Islam
Solusi masalah bahan pangan itu ada dalam Islam. Sistem Islam memiliki struktur pemerintahan yang disebut Peradilan Hisbah. Yaitu peradilan yang dipimpin oleh Qâdhî Muhtasib untuk menyelesaikan pelanggaran yang bisa membahayakan hak masyarakat [jamaah]. Qâdhî Muhtasib ini bertugas untuk mengkaji semua masalah yang terkait dengan hak umum, tanpa adanya penuntut. Kecuali, kasus hudûd [seperti, perzinaan, menuduh berzina, mencuri, minum khamer, sodomi] dan jinâyât [seperti pembunuhan, melukai anggota badan orang].
Tugas dan fungsi Qâdhî Muhtasib ini adalah menegakkan kemakrufan, dan mencegah kemungkaran. Dia bisa mencegah kemungkaran begitu tahu, di mana pun tanpa membutuhkan majelis. Dia bisa dibekali dengan polisi yang bertugas mengeksekusi keputusan dan perintahnya. Keputusannya bersifat mengikat, dan harus dilaksanakan seketika itu juga.
Qâdhî Muhtasib bisa mengangkat beberapa wakil yang memenuhi syarat Muhtasib. Mereka bisa disebar ke beberapa pelosok atau tempat yang berbeda. Mereka mempunyai kewenangan yang sama untuk melaksanakan tugas dan fungsi hisbah di tempat atau kawasan, tempat di mana mereka diangkat.
Pada zaman ‘Umar bin al-Khatthab ada seorang Qâdhî Muhtasib yang diangkat untuk mengawasi pasar. Tugas ini dipercayakan kepada seorang wanita, yang bernama as-Syifa. Bahkan, di zaman Khalifah al-Mu’tadzidz (279 H), Sanan bin Tsabit, yang merupakan Qâdhî Muhtasib, juga ditugaskan untuk menguji dan menyeleksi seluruh dokter di Baghdad. Mereka berjumlah 860 dokter. Qâdhî Muhtasib ini diberi wewenang, untuk melarang para dokter melakukan praktik, kecuali setelah mendapatkan izin praktik dari Qadhi Hisbah [Ibn Abi Ushaibi’ah, ‘Uyun al-Anba’, Juz I/112].
Bahkan, para Qâdhî Muhtasib tidak gentar untuk melakukan pengawasan terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh pejabat tinggi negara. Dalam kitab, Siyar al-Muluk, diceritakan, ketika penguasa Bani Saljuk menenggak minuman keras, maka mereka pun didera oleh Qadhi Hisbah sebanyak 40 kali cambukan, hingga menanggalkan giginya. Menariknya, punggawa itu adalah salah seorang komandan militer. Ketika dicambuk, tak satupun anak buahnya membantunya, selain melihatnya. (Hafidz Abdurrahman, 2016)
(Kasus) Cacing Bikin Cerdas
Kasus cacing dalam makarel ternyata bisa membuat ibu cerdas politik Islam. Para ibu tak perlu alergi politik karena urusan politik sangat dekat dengan keseharian, sedekat ibu-ibu dengan sinetron kesayangan. Apalagi bila dikaitkan dengan politik Islam, tentu ibu muslimah harus makin mesra karena terkait dengan keimanan kita. Jadi, cacing pun bisa menjadi sarana bagi para ibu untuk menjadi lebih cerdas. Yuk jadi ibu cerdas!
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!