Ahad, 15 Jumadil Akhir 1446 H / 4 Februari 2018 00:01 wib
7.027 views
Kartu Kuning untuk Jokowi dari Ketua BEM UI
Oleh : Ragil Rahayu W., SE.*
Priitt!! Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) Zaadit Taqwa berdiri dan menyemprit (meniup peluit) Presiden Jokowi. Zaadit juga mengangkat "kartu" kuning. Tak lama menjadi "wasit", Zaadit diamankan paspampres dan diserahkan pada keamanan kampus. Aksi ini dilakukan Zaadit sendirian, sebagai perwakilan BEM UI. Dalam keterangan persnya, BEM UI menjelaskan bahwa aksi saat Jokowi menghadiri Dies Natalis ke-68 UI itu merupakan bentuk peringatan.
Kepala Kajian dan Aksi Strategi BEM UI, Alfian Tegar Prakasa, mengatakan BEM UI menggelar aksi #KartuKuningJokowi terkait kedatangan Jokowi ke UI. Aksi digelar sejak pagi di Stasiun UI dan di dalam Balairung. Alfian menerangkan ada 3 hal penting yang dikritik BEM UI. Mereka meminta Presiden Jokowi mengevaluasi hal ini. Tuntutan tersebut adalah:
1. Tuntaskan persoalan gizi buruk di Asmat, Papua.
2. Menolak dengan tegas rencana pengangkatan Pj gubernur dari kalangan Polri aktif.
3. Menolak draf Permendikti tentang Organisasi Mahasiswa yang dianggap sangat membatasi pergerakan mahasiswa.
Dalam sebuah permainan bola, rakyat diibaratkan sebagai penonton dan sekaligus suporter. Jika permainan "pemerintah" bagus maka suporter akan mendukung. Namun jika permainan "pemerintah" jelek, maka penonton kecewa, marah-marah dan mengekspresikan kekecewaannya dengan berbagai aksi. Mulai dari teriakan huu, lempar botol air minum, dll. Tapi jika suporter sampai mengambil alih tugas wasit dengan menyemprit dan memberi kartu kuning, ini tanda bahaya. Artinya aturan main sudah diabaikan oleh pemain dan wasit di lapangan sehingga suporter harus turun tangan. Ini artinya wasit sudah tidak berfungsi. Permainan tidak hanya jelek, tapi kacau.
Miris memang, tapi itulah realitas Indonesia. Rezim saat ini dengan slogan kerja kerja kerja, nyatanya tidak bekerja untuk rakyat. Berbagai infrastruktur digeber pembangunannya, salah satunya adalah transpapua yang dipamerkan Jokowi di dies natalis UI. Trans papua diklaim pemerintah akan menyejahterakan Papua.
Nyatanya klaim ini dibantah oleh tokoh nasional asal Papua Natalius Pigai yang menegaskan tidak ada yang diperbuat Jokowi di tanah Papua. Komentar Natalius ini menanggapi pernyataan tokoh agama di Papua, Pastor John Djonga yang menyebutkan, kebijakan BBM satu harga di Papua belum berjalan dengan baik. Harga BBM hanya turun seperti di Jawa, saat Jokowi blusukan ke Papua. Jalan dan jembatan di Papua dibangun dengan proyek rutin dan oleh pemprov sendiri.
“Tidak ada hasil kerja Jokowi di Papua. Hanya sekedar pencitraan dan pencitraan,” ungkap Natalius.
Mencuatnya kasus gizi buruk di Papua menjadi tamparan untuk menunjukkan bahwa rakyat tidak menikmati hasil pembangunan infrastruktur. Krisis kesehatan berupa gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, telah menyebabkan 71 anak meninggal dunia dan sedikitnya 800 orang dirawat di rumah sakit. Dari 71 anak yang meninggal dunia, 66 di antara mereka meninggal karena penyakit campak dan lima anak meninggal dunia karena gizi buruk. Adapun wilayah yang paling banyak jatuh korban adalah Distrik Pulau Tiga, yang mencapai 37 jiwa. Data Kementerian Sosial menunjukkan kejadian luar biasa seperti ini sudah keenam kalinya terjadi di Kabupaten Asmat namun yang terbaru merupakan yang paling parah.
Terhadap kacaunya "permainan" (kinerja) pemerintah ini, DPR yang seharusnya berfungsi sebagai wasit justru diam dan pura-pura tidak tahu. Partai politik sibuk mengusung Jokowi dua periode. Di tengah ketidakharmonisan PDIP dengan Jokowi, Golkar mendapat kursi Menteri Sosial yang diisi Idrus Marham. Idrus disinyalir menjadi jembatan untuk mengharmoniskan pemerintah dengan DPR. Merayu agar DPR diam, tidak mengkritik. Kalaupun ada kritik, suaranya lirih dan berlindung di balik kurangnya suara saat voting, lalu minta dukungan suara di 2019. Semua politisi sibuk dengan gawe politik 2018 dan 2019, nasib rakyat entah dikemanakan.
...Sikap mahasiswa ini menjadi angin segar munculnya perubahan masyarakat. Sudah jamak diketahui, mahasiswa adalah lokomotif perubahan masyarakat. Masyarakat ingin berubah, namun butuh mahasiswa sebagai corong perubahan...
Di tengah situasi kacaunya permainan ini, memaksa rakyat sebagai suporter harus bersikap tegas. Sikap rakyat ini diwakili aksi #kartukuningjokowi oleh BEM UI. Sikap mahasiswa ini menjadi angin segar munculnya perubahan masyarakat. Sudah jamak diketahui, mahasiswa adalah lokomotif perubahan masyarakat. Masyarakat ingin berubah, namun butuh mahasiswa sebagai corong perubahan.
Nada-nada sumbang sudah kita dengarkan di masyarakat berupa status dan cuitan ketidakpuasan di dunia maya hingga obrolan di warung kopi dan nyanyian pengamen jalanan. Aksi pun digelar berkali-kali. Masih terang dalam ingatan kita, BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) ketika melakukan demo peringatan 3 tahun pemerintahan Jokowi. Yang mereka terima justru gebukan dan paket menginap di tahanan. Kini Zaadit Taqwa juga dikabarkan oleh Ikatan Alumni UI (ILUNI UI) sedang diamankan oleh keamanan kampus dan kemungkinan mendapat sanksi akademik.
Sikap kritis mahasiswa sangat dibutuhkan oleh rakyat. Mahasiswa harus menjadi corong rakyat, saat wakil rakyat tak pernah mengurusi rakyat. Kita tentu ingat dahsyatnya suara mahasiswa di era reformasi. Juga, yang terbaru, dahsyatnya suara mahasiswa UI bernama Boby Febri Krisdiyanto yang juga aktivis Gema Pembebasan dengan video "tolak pemimpin kafir". Video yang viral itu melahirkan aksi bela Islam berjilid-jilid dan menjungkirbalikkan kekuasaan Ahok.
Sungguh hebat mahasiswa zaman now. Di tengah tekanan dunia pendidikan, dia masih bisa bersikap kritis terhadap kezaliman. Karena mengejar keuntungan materi untuk pribadi bukanlah solusi. Persoalan sistemik di negeri ini tetap akan memiskinkan mayoritas rakyat, termasuk lulusan kampus. Lihat saja berapa banyak sarjana yang kini berprofesi jadi driver ojek online, karena minimnya lapangan kerja. Solusi atas kezaliman ini adalah perubahan masyarakat, dipimpin oleh mahasiswa. Maka tak cukup #kartukuningjokowi, tapi #KartuMerahSistemDemokrasiKapitalisZalim.
Salut untuk mahasiswa kritis!
*Mantan Aktifis Mahasiswa
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!