Senin, 16 Jumadil Akhir 1446 H / 25 Desember 2017 14:37 wib
4.631 views
Deradikalisasi, Sebuah Agenda Keji Penghadang Kebangkitan Islam
Oleh: Iranti Mantasari, BA.IR
(Sarjana Hubungan Internasional, Pemerhati Isu Politik)
Kata radikal sebenarnya memiliki makna yang netral. Asal katanya adalah radiks yang berarti akar. Bahkan, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata radikal dimaknai sebagai ‘maju dalam berpikir atau bertindak’. Kata radikal juga sebenarnya identik dengan sesuatu yang prinsipil, sesuatu yang benar-benar tertancap kuat. Namun, kata radikal ini telah menjadi permasalahan dan menjadi suatu pembicaraan yang panas bagi para pemegang tampuk kekuasaan di banyak negara, baik di dunia Barat maupun dunia Timur, termasuk Indonesia.
Sementara itu di sisi yang lain, geliat kebangkitan umat Islam sudah mulai tercium dan terlihat dinamikanya. Nampaknya umat ini sudah muak dan geram berada dalam lubang keterpurukan selama hampir seabad lamanya. Sejak diruntuhkannya institusi Khilafah Utsmaniyah terakhir di Turki pada tahun 1924 dahulu, umat Islam seakan tak lagi menjadi ‘khayru ummah’ yang sudah disebut di dalam Alquran. Umat Islam terpecah belah, terperosok di banyak bidang, menjadi santapan lezat para pembenci Islam, bahkan nyawa umat ini menjadi tak berharga di hadapan penguasa bengis yang haus akan tahta duniawi.
Persatuan umat Islam yang sudah tercerai berai sekian lama ini sejatinya merupakan keniscayaan. Berbagai upaya dan ikhtiar telah dilakukan demi mempersatukan kembali umat ini. Jika dahulu umat Islam berhasil menyandang predikat sebagai Umat Terbaik, maka sangat tidak menutup kemungkinan jika di masa mendatang, umat ini akan meraih gelar ini sekali lagi.
Tapi, hal lain yang perlu kita pahami adalah bahwa di setiap upaya kebangkitan dan persatuan yang dilakukan, maka di situ pula rintangan dan tantangan dari para musuh diinullah ini akan menanti. Tantangan yang pasti akan menguras tenaga, namun sebenarnya hanya membutuhkan keistiqamahan dan konsolidasi sempurna di tubuh umat Islam untuk melawan setiap bentuk ‘makar’ yang mereka coba lakukan untuk merongrong umat dan agama ini.
Agenda Keji Dibalik Radikalisme
Isu terkait radikalisme dan kebangkitan Islam sesungguhnya merupakan dua hal yang sangat berhubungan satu sama lain, terutama jika dibahas dari perspektif politik Islam. Secara global, isu radikalisme dan agenda deradikalisasi saat ini sangat nyata menyasar umat Islam. Propaganda ini bisa kita lihat mulai dimassifkan oleh para pembesar negara-negara melalui corong-corong medianya ketika pemerintahan Amerika Serikat –yang diakui sebagai negara ‘terkuat’- berada di bawah George W. Bush dengan kebijakan “Perang Melawan Teror”nya.
Tragedi 9/11 (penyerangan gedung WTC pada 11 September 2001) seakan menjadi ‘legitimasi’ bagi dunia Barat di bawah komando Amerika untuk menyemai propaganda anti-Islamnya ke seluruh penjuru dunia. Saat itulah, Amerika beserta kroninya, seperti Inggris, Prancis, Rusia, Jerman, dsb menyebarkan propaganda keji ini di balik kebijakan-kebijakan dan hubungan luar negeri yang dijalin.
Propaganda anti-Islam ini mungkin lebih dikenal dengan sebutan Islamophobia, yakni sebuah ketakutan akan praktik Islam hingga personal Muslim itu sendiri. Sampai saat ini, Islamophobia yang praktik nyatanya sudah sangat merebak di dunia Barat, ternyata menghinggapi negeri Gemah Ripah Loh Jinawi ini juga. Meski tak ada pengakuan khusus bahwa sedang terjadi praktik Islamophobia di negeri ini, tidak sedikit para pengampu jabatan strategis yang justru menunjukkan bahwa mereka sedang terjangkit Islamophobia. Isu radikalisme diangkat berkali-kali untuk memberikan stigma negatif terhadap Islam dan kaum Muslimin. Isu radikalisme ini pulalah yang telah digunakan untuk melabeli bahwa Islam adalah agama yang ekstrim dan intoleran.
Radikalisme dan agenda deradikalisasi yang bisa dikatakan berada di dalam lingkup Islamophobia ini telah menjadi senjata ampuh bagi musuh-musuh Islam untuk menyerang umat Islam, baik fisik maupun pemikirannya. Deradikalisasi menghalalkan musuh Islam tersebut memborbardir rumah-rumah kaum Muslimin di Timur Tengah sana hanya karena asumsi bahwa mereka adalah teroris yang tak berhak ada di dunia ini. Isu radikalismepun menjadi lampu hijau bagi penguasa-penguasa di negeri kaum Muslimin seperti Indonesia, untuk menangkapi aktivis dakwah Islam, mengkriminalisasi ajaran Islam, hingga mendegradasi citra ‘alim ‘ulamanya. Hal ini memang tak terlihat dengan mata telanjang, namun membutuhkan kacamata dan kesadaran khusus untuk melihat segala apa yang ada di balik tabir gelap ini.
Semua agenda deradikalisasi di balik Islamophobia itu tak lepas dari dinamisnya pergolakan yang ditunjukkan oleh umat Islam di negeri-negeri kaum Muslimin. Di Indonesia, banyaknya aksi damai yang dilaksanakan umat Islam dengan agenda untuk menolak kebijakan kontra rakyat, melawan berbagai ketidakadilan, hingga menguatkan persatuan dan solidaritas telah menunjukkan bahwa umat Islam sudah mulai sadar bahwa ada yang harus diubah dari kondisi di negeri ini. Kesadaran umat Islam ini bisa dianggap sebagai salah satu tanda dan semangat kebangkitan yang telah lama ‘tidur’.
Sekali lagi, di setiap upaya kebangkitan umat, maka bisa dipastikan akan ada pula pihak-pihak yang tak ridha dan berusaha menghadang usaha itu. Itulah sunnatullahnya. Geliat kebangkitan umat ini telah ‘menggoyang singgasana’ mereka yang merasa kepentingan duniawi mereka terancam. Mereka menyadari bahwa ketika umat Islam ini sadar dan bangkit, maka merekalah yang akan pertama kali akan berdiri dalam melawan setiap ketidakadilan yang dipertontonkan kepada mereka.
Panggilan iman kaum Muslimin itulah yang ditakuti oleh musuh-musuh Islam di luar sana. Dengan demikian, sangat wajar jika para pembenci Islam itu akan berusaha sekuat tenaga untuk menghadang laju kebangkitan umat, salah satunya adalah dengan melabeli mereka sebagai kaum yang radikal, ekstrim, dan intoleran sehingga perlu diterapkan atas mereka agenda deradikalisasi.
Pentingnya Istiqamah Berjuang bagi Umat Islam
Allah berfirman dalam surah Muhammad ayat 7, yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Dari satu ayat itu saja, kita bisa mengambil ibrah bahwa setiap ikhtiar kaum Muslimin untuk memenangkan Islam dari serangan musuh-musuhnya akan sangat mungkin menjadi sebab bagi Allah untuk menurunkan pertolongannya kepada kita.
Keistiqamahan dalam berkonsolidasi strategis dan persatuan umat untuk melawan setiap bentuk makar yang merongrong umat dan agama ini menjadi urgen dan krusial agar selalu kita lakukan.
Hembusan ide bahwa umat Islam tak seharusnya masuk ke dalam urusan politik sejatinya adalah hembusan bathil yang tak pantas kita dengar. Jika musuh-musuh Islam begitu gencar melancarkan propaganda mereka melalui jalan politik, maka umat Islampun seharusnya melek dalam perkara-perkara politis dan berjuang di jalan ini juga.
Namun demikian, upaya politik yang seharusnya diambil oleh umat Islam bukanlah politik yang berasaskan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Agama yang paripurna ini telah mengatur bagaimana agar umat ini bisa memfokuskan perjuangannya dengan politik Islam. Jangan sampai umat ini terbuai dengan hembusan-hembusan bahwa Islam tak memberikan tuntunan dalam berpolitik, sehingga mereka mereka merasa tak perlu untuk memerjuangkan agama ini secara politis.
Agenda deradikalisasi yang telah menyerang umat ini hanya akan bisa dihentikan ketika memang pengaturan urusan umat ditegakkan bukan dengan dasar hawa nafsu manusia, melainkan dengan bimbingan dan wahyu Ilahi. Inilah yang seharusnya menjadi mainstream perjuangan umat Islam dalam menyongsong kebangkitan yang hakiki, yaitu dengan mengusahakan terwujudnya pengaturan urusan umat berdasarkan Alquran dan Sunnah. Hal ini hanya mungkin dan bisa terwujud, jika iklim politik yang hadir di tengah umat dimunculkan oleh institusi yang berlandaskan Islam. Institusi yang tak hanya dipimpin oleh seorang Muslim, namun juga sistem yang didasari oleh Islam sebagai asasnya.
Jika 93 tahun lamanya kaum Muslimin telah jauh dari institusi ini, tak menutup kemungkinan bahwa kebangkitan Islam ini akan segera muncul dalam waktu yang tidak lama lagi, dengan lahirnya Khilafah Rasyidah kedua atas metode kenabian. Wallahu a’lam bishshawwab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!