Sabtu, 15 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Desember 2017 07:31 wib
4.647 views
Kemana Arah Narasi LGBT?
ZAMAN ini tak sulit menemukan kaum LGBT. Semakin hari semakin bertambah aktivisnya. Dilansir dari (www.karawangtoday.com) data LGBT di tempat tinggal penulis, di kota Karawang. Sedikitnya 872 orang perilaku menyimpang dari kalangan pria atau yang biasa disebut gay, terpetakan di Karawang, bahkan 51 diantaranya merupakan penderita HIV AIDS.
Perilaku seks menyimpang ini juga merupakan penyumbang penderita HIV AIDS terbesar. Kementerian Sosial mencatat angka penderita HIV/AIDS (ODHA) yang ada di Indonesia sudah sangat memprihatinkan yakni lebih dari 276 ribu orang. Data menunjukan “Jumlah ini tercatat di Kemensos yang terdiri dari 198 ribu orang lebih menderita HIV, dan 78 ribu orang lebih menderita AIDS. Totalnya mencapai 276 ribu orang di Indonesia menderita atau mengidap HIV/AIDS,” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Bekasi (www.kbknews.id).
Di Jawa Barat sendiri masuk ke dalam lima besar populasi pengidap HIV AIDS se-Indonesia. Perilaku lelaki suka lelaki (LSL) atau gay penyumbang penderita HIV terbanyak. Dari data yang didapat Dinkes Jabar dari sejumlah fasilitas kesehatan, jumlah pengidap HIV sejak tahun 1989 hingga 2017 mencapai 37 ribu lebih. Sementara pengidap AIDS mencapai 8.925 orang. (detik.com)
Dalam hal ini, pemerintah tidak boleh tinggal diam atas perilaku amoral ini. Jika dibiarkan, mau dibawa kemana negeri ini jika tonggak estafet generasinya mengalami degradasi moral.
Miris memang, tapi inilah fakta. Mereka (kaum LGBT) juga sebenarnya merasa aktivitas yang dilakukannya abnormal, mengganggu kenyamanan masyarakat, maka dari itu mereka biasanya membuat komunitas. Komunitas para lesbian, komunitas para gay, komunitas waria, dan sejenisnya. Menghindari cemoohan masyarakat, stigma negatif yang diterimanya, juga pengucilan.
Berawal dari itu, mereka mulai berani unjuk gigi ingin diakui keberadaannya. Apalagi dengan adanya HAM, mereka mulai merasa mendapat tempat perlindungan. Makin hari makin eksis dengan banyak menampilkan tokoh, salah satunya seperti Sinon Loresca si aktor gay dari Filipina, berciri khas pelawak yang sebetulnya sebagai ikon promosi kaumnya.
Tak ketinggalan, promosi kaum LGBT pun merambah ke kancah dunia perpolitikan Internasional. Akhir-akhir ini juga kita dikejutkan dengan tokoh-tokoh pemimpin negara sebagai pelaku LGBT. Perdana Menteri Luxembourg, Xavier Bettel, menikahi kekasih lamanya Gauthier Destenay yang juga seorang laki-laki. Johanna Sigurdardottir resmi menikahi kekasihnya yang juga seorang perempuan, Jonina Leosdottir. Johanna menggelar pernikahan sejenis itu ketika masih menjabat sebagai Perdana Menteri Islandia (Merdeka.com).
Masifnya Kampanye LGBT
Penggiat LGBT dewasa ini tak hanya sebagai pelaku, tapi mencoba eksis. Mempromisikan kaumnya, berlindung atas nama HAM, mendapat dukungan dari dunia internasional, terorganisir, masif. Puncak arah kaum LGBT adalah 'pelegalan pernikahan sejenis'. Setelah Belanda yang melegalkan pernikahan sesama jenis tahun 2001, hingga menyusul Belgia (2003), Spanyol (2005), Kanada (2005), Afsel (2006), Norwegia - Swedia (2009), Portugal - Islandia - Argentina (2010), Denmark (2012), Brazil - Inggris - Prancis - Selandia Baru - Uruguay (2013), Skotlandia (2014), Luxemburg - Finlandia - Slovenia - Irlandia - Meksiko (2015), Amerika Serikat (2015), Taiwan dan terakhir Australia. Hingga akhirnya sekarang mereka pun hendak merambah ke negeri-negeri Muslim, termasuk saat ini begitu masifnya masuk ke Indonesia.
Nampak jelas LGBT adalah agenda besar Barat untuk menghancurkan kaum muslimin. Kapitalisme dengan sekularismenya (memisahkan agama dari kehidupan) jelas mengusung gaya hidup hedonis dan liberal. Bebas berperilaku apapun, asal suka sama suka aktivitas LGBT di mata kapitalisme adalah halal. Sistem liberal yang diusung kapitalisme demokrasi mengikis rasa empati sesama. Melahirkan manusia-manusia individualisme. Apatis atas yang terjadi dalam masyarakat. Tak ayal LGBT semakin merebak dan akan terus meningkat.
Tak habis pikir dengan mereka para pendukung LGBT. Terlihat ada narasi yang dipaksakan oleh para penggiatnya. Sadar LGBT tidak sesuai fitrah, namun tetap dicari alasan pembenaran aktivitasnya. Bahkan acara ILC kemarin di tvone membahas putusan Mahkamah Konstitusi terkait LGBT yang menuai pro kontra juga masih ramai diperbincangkan sampai ada salah satu narasumber pro LGBT mengutip Ayat Al Qur'an surat An-Nur ayat 31 sebagai pembenaran aktivitas LGBT, seperti seolah Allah swt. ridho dengannya. Naudzubillah.
Pernyataan-pernyataan tak berdasar oleh para pendukung LGBT, menyiratkan satu makna yakni kualitas pemikiran yang bobrok, tidak masuk akal alias dipaksakan. Bagaimana tidak ? Memelintir tafsir Al-Qur'an dan meniadakan Sang Pencipta sekaligus sebagai Pengatur. Inilah sekularisme, memisahkan agama dari kehidupan.
Media Barat juga secara agresif mengekspose komunitas LGBT di tengah masyarakat Muslim. BBC, majalah TIME dan the Huffington Post selama bulan Ramadhan lalu mengopinikan komunitas pesantren waria di Yogyakarta - Indonesia bahwa keberadaan mereka seolah-olah telah diterima secara luas oleh masyarakat Muslim. Mereka terus memproduksi narasi bahwa Islam 'membenarkan' praktek LGBT dan masyarakat Muslim pun bisa menerima eksistensi kaum sodom ini.
Solusi Tuntas Memberangus LGBT
Masifnya penyebaran prilaku seks menyimpang ini (LGBT) akan semakin terus meningkat, mengingat penguasa saat ini justru malah berada diposisi sebagai pendukung. Tujuan Barat di Negeri mayoritas penduduk muslim terbesar seolah sedang bersorak sorai. Lagi umat dihadapkan dengan fakta yang semakin membuat perih tak terkira.
Solusi satu-satunya tak lain adalah menengembalikan aturan kepada Sang Pencipta Allah swt., dengan menerapkan aturan Dienul Islam secara menyeluruh. Islam mengatur pemenuhan kebutuhan gharizah an-nau (naluri melestarikan keturunan) pada jalan sesuai dengan fitrah manusia. LGBT merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan gharizah an-nau yang salah. Tabiat penciptaan manusia adalah berkembangbiak dan tumbuh. Bagaimana mungkin hubungan sesama jenis bisa menghasilkan keturunan. Yang ada hanyalah malapetaka. Kebobrokan tatanan sosial, kerusakan nasab (keturunan) dan lonjakan pengidap penyakit HIV AIDS semakin meninggi. Inilah buah sistem kapitalisme sekuler yang rusak dan merusak.
Solusi Islam datang dari sumber yang qoth'i yakni dari Al-quran dan As-sunnah. Dalam Islam jelas aktivitas LGBT haram. Membasmi pelaku kaum luth adalah harus dengan adanya sanksi tegas yang berasal dari sumber yang qoth'i tadi. Sanksi yang tegas berupa hukuman mati atau diasingkan bagi pelaku LGBT tidak lain adalah untuk merealisasikan tujuan hakiki Syariah Islam dalam memelihara fitrah dan nasab (keturunan) manusia. Semua itu bisa diterapkan tidak lain hanya dengan sistem Islam, yakni dalam bingkai Daulah Khilafah ala' Minhaaj Nubuwah.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!