Sabtu, 19 Jumadil Akhir 1446 H / 4 Maret 2017 21:15 wib
11.608 views
AS Tingkatkan Operasi di Somalia untuk Perangi Kelompok Al-Shabaab yang Makin 'Menggila'
MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Makin menggilanya Al-Shabaab seiring meningkatnya pemboman jibaku dan serangan terhadap hotel-hotel yang biasa disinggahi pejabat Somalia dan asing dan serta target-target militer oleh cabang Al-Qaidah di negara Tanduk Afrika tersebut telah membuktikan bahwa kelompok itu lebih tangguh dari yang diperkirakan.
Hal ini membuat pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang berusaha mengejar keterlibatan militer yang lebih luas di negara itu sebagai strategi saat ini, termasuk serangan pesawat tak berawak, tidak cukup, menurut para ahli keamanan.
Para pejabat senior AS mengatakan Pentagon ingin memperluas usaha militer untuk memerangi kelompok afiliasai Al-Qaidah. Rekomendasi yang dikirim ke Gedung Putih akan memungkinkan pasukan khusus di luar AS untuk meningkatkan bantuan kepada Tentara Nasional Somalia dan memberikan militer AS fleksibilitas yang lebih besar untuk meluncurkan serangan udara lebih pre-emptive.
Para analis mengatakan kemungkinan AS untuk menemukan upaya kontraterorisme di Somalia sulit dan mahal, terutama dengan munculnya para pejuang yang berjanji setia kepada Islamic State (IS) baru-baru ini.
"Perhatian di Washington telah meningkat untuk beberapa waktu sekarang. Pemerintahan Trump hanya mengulangi apa yang telah menjadi kebijakan sebelumnya, dengan sedikit variasi," kata Rashid Abdi, seorang analis International Crisis Group Tanduk Afrika. "Pasukan Khusus AS sudah di tanah. Serangan pesawat tak berawak telah ditingkatkan. "
Saat ini sekitar 50 pasukan komando AS dirotasi keluar dan masuk dari negara Tanduk Afrika itu untuk memberikan nasihat dan membantu pasukan lokal. Para komando itu telah menyertai pasukan Somalia dalam beberapa serangan terhadap pejuang Al-Shabaab.
Kelompok pejuang Al-Shabab muncul di tengah bertahun-tahun kekacauan Somalia. Sebuah upaya militer regional beberapa tahun yang lalu mendorong kelompok itu dari ibukota, Mogadishu, dan sebagian besar pusat-pusat perkotaan lainnya. Tetapi para ahli mengatakan bahwa tekanan melawan Al-Shabaab kemudian melemah, yang memungkinkan mereka untuk berkumpul kembali dan beradaptasi dengan beroperasi di daerah pedesaan yang luas di negara itu. Baru-baru ini mereka meningkatkan serangan di ibukota dan di tempat lain.
AS telah memiliki pangkalan militer di Somalia, meskipun belum secara terbuka mengakuinya. Mereka sering menggunakannya untuk serangan pesawat tak berawak terhadap target Al-Shabaab. Salah satu basis terbesar adalah di lapangan udara Baledogle, bekas pangkalan angkatan udara Somalia di Lower Shabelle di mana ahli militer AS juga melatih pasukan Somalia, menurut pejabat Somalia.
Pada tahun lalu AS meluncurkan 14 serangan udara - hampir semua serangan pesawat tak berawak - membunuh beberapa pemimpin top Al-Shabaab, termasuk Hassan Ali Dhore dan Abdullahi Haji Daud, menurut seorang pejabat intelijen Somalia yang berkoordinasi dengan AS pada beberapa dari serangan tersebut.
Serangan itu telah membantu memerangi Al-Shabab tetapi belum membuat kelompok itu bertekuk lutut, kata sang pejabat.
Keberhasilan utama terhadap Al-Shabab telah datang dari pasukan regional Uni Afrika berkekuatan 22.000 pasukan yang telah beroperasi di Somalia sejak tahun 2007. Tetapi rencana pasukan AU untuk menarik diri pada akhir 2020, dan biaya adalah alasan utama di balik penarikan itu. Anggaran misi tahunan UA telah meningkat dari $ 300 juta di 2009 menjadi US $ 900 juta tahun 2016, kata Ahmed Soliman, analis Chatham House, think tank yang berbasis di London.
Tanpa pasukan Uni Afrika, perang melawan Al-Shabaab akan diserahkan kepada tentara Somalia, secara luas dianggap sebagai pasukan lemah dan tidak terorganisir. Membangun tentara menjadi kekuatan yang efektif akan menjadi tantangan utama yang dihadapi Amerika Serikat.
Militer AS mungkin berencana untuk meningkatkan pelatihan dan koordinasi tetapi tidak benar-benar memakai lebih banyak Amerika di tanah di Somalia, kata Soliman. Insiden Black Hawk Down dari tahun 1993, di mana dua helikopter AS ditembak jatuh di Mogadishu dan tubuh orang Amerika yang diseret melalui jalan-jalan, merupakan faktor yang mengecilkan keterlibatan AS lebih langsung. Bahkan sekarang, AS tidak memiliki kedutaan di Somalia.
Al-Shabab dalam beberapa pekan terakhir telah meningkat pemboman di Mogadishu, mengancam upaya keamanan Presiden baru Somalia yang berkewarganegaran AS, Mohamed Abdullahi Mohamed, yang selama dirinya menjabat sebagai perdana menteri pada 2010-2011 mengusir kelompok itu dari ibukota. Para pejuang Al-Shabaab terus mendominasi kota-kota terpencil dan desa-desa di seluruh bagian selatan dan tengah negara itu.
Bagaimanapun, para pejabat mengatakan, ancaman keamanan baru di Somalia, dan tantangan untuk setiap upaya militer AS, adalah munculnya pejuang terkait IS, dimana para pejabat takut Islamic State bisa memperluas pijakan mereka di luar semiotonom utara. Para pejuang itu memisahkan diri dari Al-Shabaab dan menyatakan kesetiaan kepada IS pada tahun 2015.
Al-Shabaab melihat kelompok sempalan itu sebagai ancaman bagi operasinya.
"Hanya Al-Shabab yang dapat menahan laju IS untuk memperluas wilayah operasinya - Pasukan Somalia sekarang sangat tidak teroganisir untuk menghentikan mereka," kata Ahmed Mohamoud, seorang mantan pensiunan jenderal militer Somalia. (st/AP)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!