Senin, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 26 Oktober 2015 10:30 wib
9.916 views
Tokoh Oposisi Mesir, Moein Abul Fotouh Menyerukan Intifadah di Mesir
CAIRO (voa-islam.com) – Situasi dan kondisi di Mesir semakin memburuk. Ekonomi terus merosot, dan menghadapi krisis yang sangat hebat. Dukungan terhadap rezim al-Sisi semakin menurun. Arab Saudi sesudah dipimpin oleh Raja Salman bin Abdul Aziz, tidak lagi mau memberikan bantuan finansial kepada Mesir.
Situasi keamanan yang ada semakin kacau. Di Sinai pemerintah al-Sisi terus kehilangan pasukannya. Banyak pejabat militer yang tewas. Mesir gagal meredam gejolak di Sinai. Kelompok-kelompok yang menentang rezim al-Sisi, terus melakukan pemberontakan bersenjata. Operasi militer besar-besar milier Mesir yang didukung Zionis-Israel, gagal menghentikan kelompok-kelompok bersenjata di wilayah gurun yang sangat luas itu.
Mesir dibawah masih terus melakukan tindakan represif dan kekejaman terhadap oposisi, khususnya Jamaah Ikhwan dengan berbagai tindakan yang sangat kejam. Termasuk penembakan dan penangkapan yang terus terhadap para tokoh dan anggota Jamaah Ikhwan. Al-Sisi memiliki paranoit (ketakutan) yang luar biasa. Al-Sisi walaupun mendapatkan dukungan dari Amerika dan Israel, tak mampu meredam perlawanan rakyatnya.
Al-Sisi ingin membuat citranya lebih baik dengan membuat pemilihan parlemen. Tapi rakyat Mesir mengerti dan faham bahwa pemilu parlemen itu, hanya sandiwara, dan pencitraan belaka, dan bertujuan ingin mengelebahui dunia internasional.
Sebagian besar anggaota perlemen yang terpilih kalangan pendukung al-Sisi, dan banyak anggota parlemen itu, para pensiunan jenderal. Jadi pemilu macam apa? Dahsyatnya lagi, pemilu tak cukup menarik rakyat, dan hanya sedikit yang ikut berpartisipasi. Mesir terus hikuk pikuk dengan politik, dan kekerasan.
Sekarang rakyat mulai pengap dengan kehidupan politik di Mesir. Seorang tokoh pemimpin partai Mesir yang mendapat dukungan luas, mengkritik situasi sosial dan politik di negara itu, menekankan keyakinannya bahwa niat pemerintah adalah untuk mengakhiri apa yang tersisa dari Revolusi 25 Januari. Menurut sebuah laporan di Almesryoon.com, Abdel Moneim Aboul Fotouh berharap di Mesir akan memulai "INTIFADAH" baru, cetusnya.
Moneim Aboul Fotouh melihat situasi yang sedang berlangsung di Mesir, dia bersikeras, mencegah Mesir jatuh dalam p penjajahan Amerika, perlu melakukan gerakan yang menentang rezim yang menjadi kaki tangna Amerika, yaitu al-Sisi.
Abul Fotouh menegaskan bahwa Amerika membenci orang Arab dan Islam, dan Amerika telah membuat skenario menggagalkan buah dari revolusi “Arab Spring”, dan ingin mempertahankan dan menjaga negara-negara Arab dan para penguasanya yang sudah diperbudak oleh pemerintah Amerika, Kamis, 20/10/2015.
Berbicara pada sebuah konferensi yang diadakan dalam solidaritas dengan 'INTIFADAH' Palestina di markas Sindikasi Jurnalis ', Aboul Fotouh mengingatkan para delegasi, dia mengatakan bahwa Palestina adalah tanah suci. "Kita harus bekerja menuju pembebasan," jelasnya. "Israel adalah seperti belati beracun di belakang bangsa Arab."
Kesalahan Mesir, kata dia, adalah berurusan dengan penyebab Palestina sebagai masalah bagi warga Palestina, bukan orang Arab dan Muslim. "Ini mengepung Palestina dan menghalangi mereka dari berbagai dukungan keuangan, perjuangna yang legal", tambahnya.
Mantan calon presiden menegaskan bahwa pembebasan Palestina akan datang setelah kehendak kolektif orang-orang Arab dan Mesir juga telah membebaskannya. Tanpa membebaskan Mesir, tidak mungkin akan membebaskan Palestina, ungkapnya.
Abol Fotouh menyatakan harapannya bahwa orang-orang di Mesir juga akan memulai 'INTIFADAH”, dan untuk mencapai hal ini, maka "Revolusi di Mesir harus berlangsung," pungkasnya, "dan saya memiliki harapan tinggi kepada pemuda Mesir”. (mashadi/mem/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!