Senin, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 2 April 2018 23:12 wib
6.881 views
Fiksi Ideologis Romantis: The Twin Heart (Bagian 2)
Assalamualaikum sobat muda voa-islam yang dirahmati Allah,
Kali ini tayang bagian 2 dari kisah Dave dan Mike dalam The Twin Heart. Kisah episode sebelumnya, terjadi diskusi ringan sedikit berat tuh antara Mike, Maja dan Sharon. Mereka membincang tentang berdirinya khilafah!
Trus, bagaimana nasib Dave yang hatinya selalu kebat-kebit tiap ada Sharon di dekatnya? Kali ini ada acara pesta yang 'mengharuskan' pengunjung datang berpasangan. Hmmm...Dave yang 'anti' dengan cewek datang gak ya kira-kira? Trus dengan siapa dia berpasangan?
Yuk ah, langsung cuss baca aja biar gak penasaran.
Have a nice read :)
Salam
----
The Twin Heart
Karya: Ria Fariana
Bab 1 (Bagian Kedua)
Air Mengalir
Acara yang diselenggarakan di salah satu hotel berbintang ini lumayan ramai. Semua hadir berpasangan. Jordan yang tampan hadir dengan Angel, si ratu kampus tahun ini. Donovan bergandengan tangan mesra dengan Beth yang imut. Tak ketinggalan ternyata Mike datang dengan Maja. Tinggal Dave yang belum terlihat di tengah kerumunan itu.
“Lihat Dave?” Tanya Erik, yang juga sama-sama dengan Dave dan Sharon dalam mengurus majalah kampus. Sepertinya ada urusan dengan dunia tulis menulis kalau Erik sampai mencari seseorang. Semua yang ditanya cuma mengangkat bahu.
“Sharon juga tak kelihatan,” satu sama lain saling melihat dan kemudian tersenyum penuh arti.
Ketika acara sudah dimulai dan semua mata memandang ke depan, muncullah pasangan serasi yang dari cara jalan mereka sengaja agar tidak menarik perhatian yang lain. Si wanita memakai gaun malam yang anggun warna hitam. Cukup sopan dibanding pakaian teman-teman wanita yang lain yang hampir terbuka semua bagian tubuhnya. Kain itu melekat elegan di tubuh semampainya. Rambutnya yang berwarna kuning keemasan, yang bisanya selalu dikuncir ekor kuda bila kuliah, malam ini dibiarkannya tergerai. Sapuan make up yang tipis tidak melunturkan kecantikan alaminya.
Sharon.
Dan gadis itu menggamit tangan seseorang yang sedikit lebih tinggi darinya. Dengan celana gelap dan jas resmi serta dasi kupu-kupu, rambut dan alis yang hitam legam, menambah pesona Asia dirinya. Dave yang pendiam dan sedikit pemalu, malam ini melangkah penuh percaya diri dengan Sharon ada di sampingnya.
Beberapa mahasiswa saling berbisik. Tak terkecuali para gadis. Wajah mereka terlihat cemburu setelah tahu Dave datang dengan Sharon.
“Selamat Dave. Nah, gitu dong. Sesekali kita harus menikmati hidup ini. Jangan dibuat serius dan hanya memikirkan Tuhan saja,” Mike menepuk-nepuk pundak Dave, seseorang yang sudah seperti saudara sendiri.
Dave cuma menanggapi dengan senyum tipis. Sikap yang selalu membikin para gadis penasaran. Dan kali ini mereka harus cukup iri melihat Sharon bisa menundukkan gunung es yang mempesona itu.
Setelah sedikit sambutan basa-basi, grup band lokal yang juga salah satu personelnya teman kuliah di kampus, tampil cukup memukau. Satu demi satu lagu dinyanyikan dengan tuntas, hingga ke satu lagu dengan alunan musik yang sengaja dinyanyikan untuk pasangan turun melantai. Hampir semua turun dan berpasang-pasangan untuk berdansa. Di satu sudut, Sharon sesekali mencuri pandang ke arah Dave, menanti cowok itu mengajaknya turun. Beberapa laki-laki sudah menawarinya untuk turun tapi semua ditolaknya dengan halus.
Please Dave, kapan kamu ajak aku untuk berdansa? Aku menunggu saat kamu ajak aku sebagai pasanganmu dalam pesta prompt night ini. Batin Sharon terus bertanya-tanya gelisah. Dan di sampingnya, wajah Dave tetap tenang, terlihat menikmati sekali alunan lagu yang begitu lembut. Hingga lagu pertama usai dilanjut dengan lagu kedua, Dave masih diam di sana.
“Hi Dave! Aku ada perlu nih,” Erik datang dan langsung berada di antara Dave dan Sharon. Dua laki-laki itu terlibat pembicaraan sebentar sebelum akhirnya Erik pergi setelah sebelumnya matanya mengedip ke arah Sharon sambil berkata ‘congratulation yah’. Hhh…Sharon menghembuskan nafas sebal. Congratulation buat apa? Bahkan aku belum mampu menaklukkan gunung es ini.
“Erik tidak begitu setuju dengan headline yang kita tawarkan,” Dave membuka pembicaraan. Ia memang pimpinan redaksi untuk majalah kampus.
“Apa alasannya?”
“Dia cuma bilang kalau topik ini terlalu serius dan beresiko.”
“Serius? Itu memang tujuan kita kan untuk membuka mata para mahasiswa yang hedonis ini tentang gejala perubahan besar itu. Resiko? Tak ada sesuatu pun di dunia ini yang tak mengandung resiko.”
“So, kita lanjut?”
“Tak ada alasan untuk mundur,” jawab Sharon tegas.
Dan Dave ‘benci’ dengan jawabannya itu. Jawaban yang semakin membuat gadis di sampingnya ini terlihat cantik saja. Apa yang membuat perempuan sungguh terlihat cantik bila bukan sikapnya yang tegas, cerdas dan tak mudah menyerah?
“Turun Dave,” akhirnya Sharon memberanikan diri mengajak Dave melantai. Untuk sesaat mata mereka bertatapan.
“Please,” Sharon mengeluarkan senjata terakhirnya.
Akhirnya tangan itu terulur juga padanya. Dengan rasa bahagia yang tak terkira, Sharon menyambut uluran itu. Mereka berdua pun turun melantai dan berbaur dengan banyak pasangan lainnya.
*****
Setelah mengantar Sharon pulang, Dave berjalan kaki menuju cottage-nya yang tak jauh dari situ. Sempat dikecupnya kening Sharon tadi. Dan geletar rasa itu muncul lagi. Ada rasa bersalah dalam hatinya. Sebuah pengkhianatan yang besar! Ketika ia telah bertekad membaktikan hidup hanya untukNya, tapi ternyata ada cinta lain yang menghuni hatinya. Maafkan aku, Tuhan.
Bukan acara dansa di pesta tadi atau pun kecupan di kening Sharon yang disesali Dave. Toh banyak pater yang juga melakukan, bahkan melantai dengan para suster pada pesta ketika sedang merayakan sesuatu. Dan hal itu bukanlah larangan. Tapi ikatan batin yang ditimbulkan akibat sentuhan tadi itu yang cukup menggelisahkannya.
Dave jadi teringat artikel di situs keislaman yang dia baca untuk mencari kelemahan Islam. Batasan pergaulan dalam Islam yang dulu sempat dibuatnya artikel bantahan dengan alasan mengekang kebebasan manusia, ternyata saat ini mulai dirasakan apa maksudnya. Setiap detik dari serabut serat kulit mereka ketika bersentuhan, saat itulah tercipta aliran listrik dalam darahnya. Apakah Sharon merasakan hal yang sama?
Sesampai di kamar, segera dibersihkannya tubuhnya yang terasa kotor itu dengan mandi dan mengguyur seluruh tubuhnya dengan air. Menyikatnya bersih-bersih dengan sabun. Perempuan hanya sumber masalah dan tempat kejahatan berpijak. Setelah bersih, Dave segera bersimpuh di depan patung bunda Maria dan meminta maaf atas dosa-dosanya malam itu. Sungguh, pesona perempuan memang dahsyat. Dan jagalah gembalaMu ini dari jerat indah yang dipunya kaumMu, Bunda. Amin.
#Bersambung Hari Kamis yaaa....
Link bagian sebelumnya: http://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2018/03/29/56975/fiksi-ideologis-romantis-the-twin-heart/
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!