Ahad, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 1 April 2018 18:22 wib
8.002 views
Sasaeng Fans K-Pop, Racuni Generasi
Oleh: Siti Aisyah (Aktivis Dakwah)
Siapa sih yang tidak kenal K-Pop? So pasti, jika kita bertanya kepada remaja zaman sekarang pasti mereka bakal tahu siapa saja artisnya, bahkan sampai kehidupan pribadinya mereka tahu. Hampir semua remaja mengidolakan K- Pop bahkan ada yang menjadi fans fanatik.
Ada salah seorang remaja yang sangat mengidolakan Suju, sampai-sampai merengek menuntut orang tuanya yang miskin agar memberikan 1 juta rupiah untuk membeli tiket konser Suju.(www.kompasiana.com).
Bahkan ada juga yang masuk kategori _sasaeng fans_, yakni perilaku penggemar yang sangat obsesif dan mengganggu. Untuk bertemu dan mendapatkan perhatian idolanya, sampai tega dan nekad menyakiti diri sendiri bahkan bisa menganggu kehidupan pribadi idolanya, seperti yang pernah terjadi pada salah satu anggota EXO pernah kena sasaran sasaeng fans adalah Kai. Sewaktu di bandara, seperti biasa mereka ditunggu oleh fans. Dan ada salah satu fans yang mendorong Kai dengan super keras.
Akibatnya, pergelangan kaki Kai cedera dan ia harus dibopong sama anggota lain. Itulah tindakan nekad dari salah satu sasaeng fans. Di Indonesia sendiri, para sasaeng fans K-Pop tidak sampai berbuat yang nekad dan mengerikan, mereka lebih kepada meniru perilaku idolanya, seperti cara berpakaiannya, gaya rambut bahkan sampai kebiasaannya diikuti dan dicontoh.
Jika para penggemar K-Pop ini sudah masuk kategori sasaeng fans, ini berarti perilaku remaja itu bisa dikatakan setingkat dengan pecandu narkotika atau game online. Psikiater Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Jelambar, Jakarta Barat, dokter Asmarahadi SpKj. menyatakan bahwa “Sasaeng bisa dikatakan mengalami gangguan jiwa karena sudah melakukan tindakan di luar batas wajar. Menyakiti diri sendiri, tidak pulang ke rumah selama berhari-hari, itu sudah tidak rasional. Disebut gangguan jiwa jika tertekan dan mengalami disfungsi sosial,” ungkapnya kepada kumparan, Minggu (8/12/2017).
Beliau juga menyatakan bahwa “Kecanduan atau fanatisme (terhadap idola) punya kesamaan dengan kecanduan narkoba atau game online. Hanya, transisional objeknya berbeda. Pecandu game online objeknya ya game yang ia mainkan, sementara fans fanatik objeknya idola yang ia puja,” beber Hadi, panggilan akrabnya.
Ia juga menambahkan “Soal kecanduan ini sebetulnya bisa dijelaskan secara ilmiah. Dilihat dari sisi usia, fans K-pop rata-rata berada dalam rentang remaja hingga dewasa muda. Pada fase ini, salah satu bagian otak manusia, prefrontal cortex (PFC), sedang tumbuh. PFC punya fungsi penting: membuat manusia bisa membedakan baik dan buruk,” ungkapnya.
Jika kita lihat, mayoritas penggemar K-pop adalah para remaja. Dalam masa itu, jati diri mereka belum terbentuk secara sempurna, kalau dibilang masa transisi, tanpa arah dan tujuan serta identitas mereka belum sepenuhnya terbentuk. Sehingga jika mereka tidak punya pondasi yang benar, maka bisa jadi mereka terjerumus dalam perilaku yang menyimpang, seperti sasaeng fans K-Pop.
Sudah saatnya kita harus peduli nasib para remaja yang sudah teracuni oleh virus sasaeng fans. Jika dibiarkan virus ini akan menyebar dan dapat menjadi ancaman yang luar biasa. Lantas bagaimana agar virus sasaeng ini tidak bisa menyebar lagi? Nah, sebenarnya untuk memberantas dan menangani virus ini agar tidak tersebar, maka harus ada kerja sama yang selaras antara orang tua di rumah, kelompok masyarakat dan pemerintah.
Selaku orang tua, kita harus introspeksi diri. Jangan mencari-cari kesalahan pihak lain. Bisa jadi itu adalah kesalahan para orang tua. Kok bisa? Ya, biasa saja karena orang tua tidak memberikan pemahaman akidah (dari mana kita hidup, untuk apa kita hidup dan akan ke mana kita setelah mati), pemahaman itulah yang sedari kecil harus kita tanamkan. Sehingga ketika sudah memasuki masa "aqil-baligh" Akal mereka sudah cukup matang, mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga mereka tidak teracuni oleh sasaeng Fans K- Pop ini.
Begitu juga harus ada kelompok masyarakat yang selalu peduli dengan generasi dan terus menerus melakukan amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kelompok masyarakat ini harus bisa mengajak dan merangkul para remaja untuk duduk bareng dan bisa menjelaskan bahaya dan dampak negatif dari sasaeng Fans K- Pop. Jika masyarakat kita peduli akan nasib generasi, maka mereka akan terhindar dari racun ini. Para remaja ini akan terbina karena selalu ada yang mengarahkan menuju hal-hal yang positif.
Dan yang tak kalah pentingnya agar para remaja ini tidak terpapar sasaeng fans K- Pop yaitu peranan penguasa/negara. Penguasa harusnya bisa melawan budaya yang tidak islami yang masuk ke negeri ini tapi kenyataannya malah negaralah yang mempersilakan para artis Korea untuk melakukan konser di negeri ini tanpa melihat dampak buruknya, karena dari konser itu juga negara bisa mendapatkan keuntungan materi.
Dan memang sistem sekuler yang membuat negara abai dengan keselamatan generasi ini dan cenderung membiarkan generasi ini masuk ke dalam perilaku yang di luar nalar itu. Jika negara peduli, harusnya sasaeng fans K-Pop yang meracuni generasi ini tidak bisa masuk ke negeri yang mayoritas penduduknya Muslim.
Maka, kita tidak bisa berharap dari penguasa yang menerapkan sistem sekuler ini. Siapa pun penguasanya, selama aturan yang diberlakukannya bukan aturan dari Islam maka tunggulah kehancuran generasinya. _Na’udzubillahi mindzalik_. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!