Kamis, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 29 Maret 2018 06:52 wib
6.244 views
Soal USBN Bocor, Salah Siapa?
Oleh:
Wulan Citra Dewi, S.Pd
Penulis buku, motivator dan pemerhati remaja
UJIAN Sekolah Berstandar Nasional (USBN) 2018 baru saja berlangsung. Namun lagi-lagi, ujian yang seharusnya berlangsung jujur kembali ternodai. Bak ritual tahunan, kecurangan kembali terjadi. Kali ini, kebocoran soal ditemukan di Kota Bandung.
Menurut Ketua Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung yang juga anggota Dewan Pendidikan Jabar, Iwan Hermawan, FAGI mendapatkan laporan ada soal USBN dan kunci jawaban beredar. Dari laporan itu, FAGI pun membuat tim investigasi dan masuk ke grup WA dan line yang dibuat untuk mendistribusikan soal dan jawaban tersebut. Setelah diselidiki, ternyata info tersebut benar. Tim investigasi FAGI telah mendapatkan buktinya. (REPUBLIKA.co.id 27/3)
Temuan ini kemungkinan besar bak fenomena gunung es. Kebetulan Kota Bandung yang terciduk dan dimunculkan dengan sudut pemberitaan yang pas. Sehingga menjadi booming. Kemudian banyak kalangan yang menutup mata dengan apa yang terjadi di daerah lainnya. Apakah yang tidak tersorot kamera itu baik-baik saja? Atau bahkan, justru yang tidak tertangkap mata lebih banyak jumlahnya? Wallahua’alam!
Tidak Berkarakter
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai pendidikan berkarakter yang diusung pemerintah perlu dievaluasi. Sebab, hingga kini praktik kecurangan dalam ujian masih berlangsung. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Fahriza Marta Tanjung kepada Republika, Selasa (27/3). Beliau menyatakan bahwa jika masih banyak kecurangan, maka artinya pendidikan karakter dinilai tidak berhasil. (REPUBLIKA.co.id 27/3)
Malang nian dunia pendidikan kita. Ibarat kelinci percobaan, bongkar-pasang kurikulum terus dilakukan. Namun demikian, perbaikan mutu pendidikan tidak juga memperoleh titik terang. Seolah membudaya, miskin karakter justru semakin melegenda. Meskipun kurikulum terbaru telah digadang-gadang berbasis karakter yang mulia. Nyatanya, bak panggang jauh dari api. Ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Merana, kan?!
Beban akreditasi bagi sekolah. Pikulan sertifikasi bagi pendidik. Bahara siswa yang harus lulus demi tuntutan gengsi. Kompak menyeret para aktor pendidikan untuk melakukan kecurangan. Idealisme lunglai terkalahkan oleh tekanan situasi dan kondisi. Diperparah lagi dengan oknum-oknum matrealisme yang memanfaatkan situasi tanpa peduli nasib generasi dan negeri. Bagi mereka, yang terpenting adalah memperkaya diri sendiri. Ngeri!
Perbaikan Karakter, Utopis!
Berbagai penerapan kurikulum telah diuji coba. Nyatanya, wajah dunia pendidikan tidak kunjung merona. Sebaliknya, bertambah kelam dan memprihatinkan. Kurikulum terbaru berbasis karakter yang dianggap ampuh menghapus kelamnya dunia pendidikan ternyata tidak seindah harapan. Di awal tahun 2018 ini saja, abmoral pelajar semakin tidak ternalar. Bukan hanya curang saat ujian, kan?! Lebih parah, bahkan ada siswa yang menghabisi nyawa gurunya.
Fakta, pergantian kurikulum berkali-kali tidak memberikan perbaikan bagi dunia pendidikan. Lebih ngeri lagi, abmoral bukan saja menjangkiti siswa. Kini, banyak oknum guru yang juga terpapar tindakan bejat berkarakter jahat. Sebagai bukti, tentu masih segar diingatan kita, terbongkarnya kasus oknum guru di Surabaya yang mencabuli 65 siswanya. Nastagfirullah! Jika kebejatan karakter telah menjamah peserta didik bahkan pendidiknya, maka benarkah persoalan dunia pendidikan kita sekedar kurikulum semata?
Tentu saja tidak. Kita harus membuka mata lebar-lebar. Sadar, bahwa abmoral akut yang terjadi adalah buah dari sistem kehidupan yang menghamba pada kebebasan dan materi duniawi. Kapitalisme (Ideologi matrealis) telah membius kehidupan dunia dengan virus sekularisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan) dan liberalisme (paham kebebasan). Inilah akar masalah yang sesungguhnya. Karenanya, selama sistem kapitalisme tetap eksis di negeri ini maka perbaikan karakter adalah cita-cita yang utopis!
Butuh Revolusi!
Demikianlah, upaya perbaikan wajah dunia pendidikan melalui evaluasi kurikulum bukanlah solusi. Dunia pendidikan kita bahkan seluruh aspek kehidupan, sudah seharusnya direvolusi. Bukan sekedar berkutat pada persoalan cabang, tapi harus mendalam hingga ke akarnya.
Jika akar persoalan atas carut marutnya kehidupan adalah sistem kapitalisme dan turunannya, maka jelaslah solusinya. Tidak ada alasan memelihara akar tersebut hingga melahirkan cabang-cabang masalah lebih banyak lagi. Secepatnya harus ada tindakan dari individu, masyarakat dan negara untuk bersama mencabut akar rusak tersebut tanpa sisa.
Selanjutnya, sudah masanya bagi kita untuk menanggalkan ego sebagai manusia. Akui saja bahwa kita lemah dan terbatas. Hanya Allah Swt. yang Maha Kuat lagi Maha Hebat. Maka tidak ada keraguan, memang sudah seharusnya kita tunduk dan taat pada-Nya. Berserah total pada kuasa-Nya. Bertakwa, menerapkan seluruh syariat yang bersumber dari wahyu, bukan nafsu. Insyaallah, dengannya karakter manusia akan mulia. Bukan hanya perkara USBN, bahkan perkara yang bersifat mendunia sekalipun akan terbebas dari sifat kejahatan. Karena demikianlah yang Allah Swt. janjikan, bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Wallahua’lam.**
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!