Rabu, 16 Jumadil Awwal 1446 H / 31 Oktober 2018 10:19 wib
3.526 views
Soal Kritik ke Pemerintah, Haedar Singgung Beberapa Isu Strategis
JAKARTA (voa-islam.com)- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebutkan bahwa ekspresi kecintaan terhadap bangsa dan negara Indonesia tidaklah harus sama dan sebangun antara satu warga dengan lainnya. “Ketika kecintaan itu diwujudkan dalam bentuk kritik dan pendewasaan tanpa memanjakan, apakah itu bukan cinta Indonesia?” katanya, di akun Twittter-nya, belum lama ini.
Tentu, lanjut dia, kritik yang konstruktif itu pun merupakan wujud cinta Indonesia agar yang dicintai tetap utuh lahir dan batin serta tidak salah arah jalan.
Jika benar-benar “Aku Indonesia”, kata dia, jangan biarkan rupiah terpuruk, ekonomi krisis, politik disandera, perusahaan-perusahaan milik negara disalahgunakan, mafia-mafia impor merajalela, narkoba meluas, penjahat kerah putih beraksi leluasa.
Baik pemerintah maupun komponen rakyat semua bersatu menjadikan Indonesia benar-benar maju dan berdaulat di segala bidang kehidupan. Bahkan, jika benar-benar cinta Pancasila maka wujudkan kelima sila yang luhur itu dalam kebijakan dan praktik kehidupan nyata.”
Ia juga mengatakam cinta berlebihan disertai ekslusivitas yang menutup diri akan rasa ketanah-airan jika salah kelola dapat memupuk benih nasionalisme yang ekstrem sebagaimana tumbuhnya ideologi ultra-nasionalisme di Italia, Jerman, dan Jepang pada era Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Cinta yang mengandung cemburu buta sekaligus kehilangan rasionalitas, akan memandang orang lain sebagai ancaman dan musuh negara hanya karena berbeda ekspresi cintanya kepada Indonesia.
“Indonesia seakan miliknya sendiri, orang lain dianggap penumpang gelap. Cinta butanya terhadap Tanah Air sampai mengalahkan cinta sejatinya kepada Allah sebagaimana dilukiskan Alquran, surah at-Taubah Ayat 24.”
Maka, menurut dia sungguh merugi manakala ada yang bersikap tahawwur atau nekat dengan meluruhkan iman nan jernih dan mengoyak keutuhan ukhuwah dengan saudara seiman demi cinta Tanah Air yang berlebihan. Padahal, Islam mengajarkan, sebaik-baik urusan ialah yang bersifat tengahan.
“Lalu, mengapa mesti mengambil jalan radikal untuk mencintai Indonesia dalam sangkar besi ultra-nasionalisme yang usang?” (Robi/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!