Rabu, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 10 Juli 2024 06:15 wib
4.707 views
Serba-Serbi Ipar adalah Maut
Oleh: Ameena N
Saat ini ada film yang sedang menjadi perbincangan di mana-mana. Ya, film Ipar adalah Maut sukses besar, penontonnya tembus sampai dengan 4 juta penonton. Perasaan iba, marah, sedih, kesal, haru, berkecamuk menjadi satu di hati para penontonnya. Bahkan setelah menonton film tersebut, perasaan-perasaan tersebut masih segar terasa dan kembali menjadi perbincangan di berbagai kelompok masyarakat.
Para penonton mengaku bahwa mereka sangat berterima kasih dengan kisah yang ada di film ini, yang mana memang diambil dari kisah nyata. Mereka jadi paham sekaligus menyadari tentang apa yang tidak mereka sadari selama ini. Karena memang, sebelum ini, ternyata masih banyak yang abai soal adab dan bagaimana seharusnya interaksi terhadap ipar dilakukan. Terkesan sepele, namun nyatanya, dampaknya sangat besar. Penyikapan terhadap ipar ini sSangat berpengaruh pada kacau atau berkahnya rumah tangga seseorang.
Judul “Ipar adalah Maut” sendiri diambil dari hadits Rasulullah. Sudah sejak lama sekali Rasulullah memperingatkan kita bahwa ipar adalah maut:
“Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.’ Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?’ Beliau menjawab, ‘Ipar adalah maut’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Kembali ke film yang katanya diangkat dari kisah nyata ini. Kisah antara Aris, Nisa, dan Rani ini, memberikan banyak sekali hikmah dan kesadaran bagi kita. Dalam Islam, ada aturan tersendiri dan adab tersendiri ketika berhadapan dengan ipar. Satu hal yang harus dijadikan acuan bahwa ipar bukanlah mahram walau pun dia sudah menikahi saudara kita.
Kita wajib menutup aurat di hadapan ipar, tidak berkontak fisik dengannya, tidak boleh berkhalwat, tidak boleh tabarruj di hadapannya, tidak mendayu-dayukan suara di hadapannya, tidak bepergian jauh dengan ipar tanpa didampingi oleh mahram lain, dan menjaga pandangan. Namun tetap, ipar adalah keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk berbuat baik kepada kita, melindungi kita, dan menjaga kita. Begitu pun kita kepadanya. Tetap berbuat baik, menghargai, dan sopan, namun tetap, batasan yang tadi kita sebutkan berlaku.
Karena, dalam kisah cerita “Ipar adalah Maut” tersebut, Rani (Adik ipar Aris) dan Aris (suami dari Nisa) sama sekali mengabaikan batasan-batasan tadi. Padahal, tinggal dalam satu rumah saja sudah sangat beresiko. Mulai dari Rani yang tidak memperhatikan auratnya ketika berhadapan dengan iparnya, lalu interaksi seperti kemana-mana berdua, berkhalwat di dalam rumah, dan lain sebagainya. Maka tidak heran jika bomnya pun meledak sedemikian rupa. Tak peduli seberapa alim sholehnya Aris sebelumnya, perselingkuhan, zina, dan rusaknya rumah tangga tidak bisa dihindarkan jika sudah banyak sekali percikan-percikan api yang terus-menerus diabaikan.
Kita sebagai keluarga juga seharusnya lebih perhatian akan hal tersebut. Di cerita tersebut, Ibu Rani dan Nisa menyuruh Rani agar tinggal di rumah Nisa padahal Nisa sudah menikah. Alasan tidak tega jika Rani harus tinggal di kos-kosanmenjadi awal petaka. Kejadiannya memang tidak terduga, namun, jika memperhatikan hadits Rasulullah di atas tadi, maka harusnya ini menjadi pertimbangan kembali. Walaupun juga, sang ibu sudah menasehati Rani agar berhati-hati, namun kita tidak pernah tahu dari arah mana saja setan akan mengganggu.
Sungguh, setan sangat gencar dalam mengganggu kehidupan rumah tangga manusia. Bagi pernikahan yang berhasil dibuat cerai, setan tersebut menempati kedudukan tertinggi di hadapan pimpinannya. Maka dari itu kita, manusia, berhati-hatilah, waspadalah, jangan lupa untuk berdoa dan berserah kepadaNya. Karena menjalani rumah tangga, bukanlah ibadah yang sederhana. Dan satu hal yang nyata, tetap teguh berpegang pada syariat agar selamat dunia akhirat. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!