Kamis, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 3 Agutus 2023 22:21 wib
5.765 views
Frugal Living atau Brutal Living?
Oleh: Ameena N
Akhir-akhir ini banyak yang ribut soal frugal living karena ada yang menerapkan gaya hidup ini dengan tujuan yang salah sehingga penerapannya pun menjadi tidak masuk akal. Seperti dengan gaji tiga juta perbulan kita bisa, loh, beli mobil dalam satu tahun saja dengan menabung dan menerapkan frugal living. Bahkan bisa juga membeli rumah dengan jangka waktu yang tak kalah singkat. Pernyataan ini pun menjadi kontroversi bagi beberapa orang yang merasa tidak relate dengan kejadian yang sebenarnya. Di Indonesia ini, tidak sedikit orang yang punya pendapatan segitu. Bagi beberapa orang, itu sangat tidak masuk akal mengingat kebutuhan hidup mereka yang sangat mepet dengan pendapatan segitu. Apalagi bagi orang-orang yang tinggal di Jakarta.
Belum lagi fenomena sandwich generation di Indonesia. Yang mana, banyak sekali orang yang harus membiayai hidup keluarganya, tidak hanya dia sendiri. Bayar sekolah adik, makan sehari-hari orang tua, belum lagi kebutuhannya sendiri. Itu salah satu masalah bagi banyak orang. Bahkan banyak juga yang harus mengorbankan pendidikan demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Ya, tidak semua orang yang setelah gajian lalu gajinya habis itu karena karena boros, tidak pintar mengolah keuangan, atau bahkan karena gaya hidup yang foya-foya. Ini termasuk masalah yang umum di Indonesia, sayangnya tidak banyak orang yang empati tentang hal ini, terutama bagi pemerintah sendiri pun cuek-cuek saja perihal masalah ini.
Di sini orang-orang tidak meributkan frugal living-nya, tapi meributkan tentang orang-orang yang salah kaprah tentang definisi asli dari frugal living-nya. Ya, bayangkan saja, tiga juta perbuan, tinggal di Jakarta, dan sudah berkeluarga. Bagaimana memaksanya mereka memperketat kebutuhan hidup demi tujuan membeli mobil secepatnya. Mungkin bisa-bisa saja, tapi pasti banyak juga yang dikorbankan seperti kesehatan dan pendidikan. Makan makanan sembarangan saja, tidak bernutrisi tapi asal murah dan kenyang, itu sudah banyak di Indonesia, terutama di kalangan menengah ke bawah. Bedanya mereka memang tidak mampu untuk memenuhi nutrisi karena uang, bukan mengorbankan nutrisi keluarga demi sebuah mobil. Itu, sih, bukan frugal living lagi, melainkan brutal living.
So, frugal living itu apa, sih? Seperti dilansir dari Wealth Simple, frugal living berarti sadar akan pengeluaran dan fokus pada prioritas keuangan. Nah, jadi, frugal living itu bukan konsep hidup super hemat sampai menyiksa diri sampai mengorbankan kesenangan dan kebutuhan, tapi spending dengan kesadaran penuh. Penuh pertimbangan, perhitungan, kalkulasi yang logis, dan analisa yang matang. Kenapa kita harus mengeluarkan uang ini dan ini. Worth to buy nggak? Plus minus-nya setelah beli ini apa? Dan lain-lain.
Jadi intinya adalah nilai dari barang yang ingin kita beli ini bagaimana. Seperti contoh, daripada beli sepatu dengan harga 35 rb tapi sebulan rusak, mending beli sepatu yang harganya lebih mahal dikit, 200 ribu misalnya, tapi bisa awet sampai 2 tahun. Atau jika sanggup beli yang sekalian high quality dengan harga jutaan tapi ketahanannya pun lama, bahkan bisa sampai puluhan tahun, why not? Jadi intinya, frugal living is about value, not price. Value-nya harus tinggi dan manfaatnya juga harus besar. Bukan hidup sehemat-hematnya sampai menderita demi tujuan yang seharusnya tidak dijadikan tujuan utama.
Daripada mobil yang dipikirkan, bukankah lebih baik pendidikan anak yang paling utama dipikirkan? Atau uangnya diinvestasikan untuk usaha agar pendapatannya bisa lebih berkembang? Kalau punya mobil tapi kondisi keluarga menjadi menyedihkan juga untuk apa? Mobil hanya sebuah kesenangan sebentar. Dan kalau pemasukan masih segitu-gitu saja, tapi punya mobil atau rumah yang bagus, bukankah biaya perawatan dan pajaknya juga akan lebih memberatkan ke depannya?
Hemat oke, pelit jangan. Tahu prioritas. Islam sendiri pun menganjurkan kita agar hidup sederhana, tidak berlebihan pun tidak terlalu pelit. Apalagi pelitnya hanya karena mobil. Zuhud masih okelah, itu pun kita tidak boleh sampai memiskin-miskan diri. Apalagi masalah mobil.
“Dan orang-orang yang baik adalah apabila menyalurkan (hartanya), maka ia tidak berlebihan dan tidak terlalu pelit. Dan adalah (pembelanjaan itu) di antara kedua itulah yang baik.” (QS. Al-Furqan: 67)
Tidak hanya dunia saja yang harus kita investasikan tapi juga tentang akhirat. Keluarga, terutama istri dan anak adalah tanggung jawab yang tanggung jawabnya sampai akhirat. Jadi jangan sampai mereka susah, tidak mendapatkan haknya hanya karena kita salah memprioritaskan. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!