Rabu, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 26 Oktober 2022 10:04 wib
4.086 views
Kasus Gagal Ginjal; Islam Melindungi Kesehatan Anak
Oleh: Rochma Ummu Arifah
Publik digemparkan dengan mencuatnya kasus gagal ginjal akut pada anak belakangan ini. Bahkan, dilaporkan sudah ada ratusan anak yang meninggal. Pemerintah melalui instansi terkait yaitu Kementrian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan memberikan kebijakan dengan meliris sejumlah nama dan brand obat yang disinyalir mengandung bahan yang membahayakan bagi anak dan mampu mengantarkan pada penyakit gagal ginjal akut ini.
Kemenkes Minta Orang Tua Waspada
Sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak, terutama di bawah usia 5 tahun. Seiring dengan peningkatan tersebut, Kemenkes meminta para orang tua untuk tidak panik, tetap tenang, namun selalu waspada memantau kondisi anaknya. Terutama saat anak menunjukan gejala yang mengarah pada gejala gagal ginjal akut, seperti ada diare, mual, muntah, demam selama 3-5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, serta jumlah air seni/air kecil semakin sedikit bahkan tidak bisa buang air kecil sama sekali.
Sebelumnya, Kemenkes telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes juga telah mengeluarkan Surat Edaran SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak yang ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan, fasyankes, dan organisasi profesi.
Tanggal 18 Oktober 2022, jumlah kasus gagal ginjal akut yang dilaporkan sebanyak 206 dari 20 provinsi. Angka kematian sebanyak 99 anak dengan angka kematian pasien yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mencapai 65 persen. (setkab.go.id/19/10/2022)
Tentu hal ini sangat mencemaskan orang tua. Terlebih, melihat kabar yang beredar dari kasus kematian sejumlah balita karena indikasi gagal ginjal akut ini, gelaja yang ditunjukan amatlah cepat sampai menyebabkan kematian yang amat mendadak dan tak terduga. Setiap orang tua pastilah akan cemas menanggapi berita ini.
Pemerintah Harus Tanggap
Sudah semestinya, sebagai pihak yang bertanggungjawab pada hajat hidup masyarakat, pemerintah memberikan langkah yang tepat dalam menanggapi hal ini. Terlebih, angka kematian sudah mencapai ratusan bayi. Tentu hal ini bukan lagi sebuah hal yang sepele atau main-main belaka.
Pemerintah dan jajaran sudah selayaknya melakukan pemantauan dan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap segala bentuk obat yang disinyalir mampu mengarahkan pada kasus ini. Kemudian, menarik peredarannya di masyarakat sehingga mampu menghindarkan siapa saja dari ketakutan adanya penyakit yang mampu merenggut nyawa dengan sangat cepat ini.
Sebelumnya, sudah seharusnya, pemerintah bersama dengan BPOM melakukan pengawasan dan pemeriksanaan secara teratur dan frekuent terhadap segala bentuk jenis makanan dan obat yang beredar di masyarakat. Jika ditemukan adanya zat yang berbahaya bagi kesehatan, sudah semestinya, pemerintah menariknya dari peredaran agar tidak semakin memberikan dampak buruk pada kesehatan masyarakat.
Islam Melindungi Kesehatan Anak
Setiap orang tua pastilah menginginkan hal yang terbaik bagi anak-anaknya serta menghindarkan hal buruk menimpa anaknya. Selain itu,orang tua muslim pastilah berharap memiliki anak yang saleh sebagaimana yang disebutkan di dalam surat Al-A’raf ayat 189 yang berbunyi, “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
Sebagaimana Islam memiliki aturan dan mekanisme untuk menjaga nyawa atau jiwa manusia, Islam juga amat memperhatikan bagaimana keberlangsungan hidup seorang anak. Sebagai satu manusia, terutama sebagai calon generasi yang akan membawa kepada kemuliaan Islam di masa yang akan datang. Islam memberikan perhatian yang lebih mengenai hal ini.
Pertama adalah dengan menjaga proses tumbuh kembangnya. Negara memiliki kewajiban untuk mengawal proses tumbuh kembang anak dalam hal pemenuhan gizi anak agar anak dapat berkembang dengan maksimal dengan gizi yang optimal. Negara memberikan jaminan kemudahan pada akses pemenuhan gizi ini.
Kedua, negara juga menjaga peredaran makanan dan obat yang disinyalir berbahaya. Terlebih di dalam Islam, ada syariat untuk memakan makanan yang halal dan thoyib saja, thoyib di sini bermakna tidak membawa kepada keburukan atau mudharat kepada tubuh. Negara bersama instansi terkait akan melakukan monitoring secara berkala untuk melihat peredaran obat dan makanan ini. Jika memang dirasa ada yang memberikan dampak buruk, negara tak akan segan untuk menarik dari peredarannya.
Negara berkomitmen tinggi untuk menjaga kesehatan anak dengan berbagai macam cara. Sampai setiap anak terjaga diri dan jiwannya serta mampu mengembangkan potensinya secara maksimal sebagai aset Islam dan bangsa itu sendiri. Inilah negara yang menjalankan fungsinya sebagai ra’in atau penjaga bagi rakyatnya. Wallahu’alam. (rf/voa-islam.com)
ILustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!