Survei: 37 Persen remaja Yahudi AS Bersimpati Pada HamasSabtu, 23 Nov 2024 20:25 |
Oleh: Diana Rahayu
Hangat perbincangan soal generasi sandwich seolah memancing banyak pakar untuk berlomba memberi solusi. Rata-rata solusi yang ditawarkan adalah mengelola finansial agar lebih mapan dan stabil. Pengelolaan keuangan dengan perencanaan pemasukan serta kemungkinan tambahan dari pos lain. Serta pengaturan pengeluaran secara bijak, diharapkan mampu memenuhi semua tuntutan kebutuhan dari “jepitan atas dan bawah” bisa diselesaikan.
Disamping itu disarankan juga mengelola psikologis dengan berbagai tips. Mulai dari melakukan bonding dengan keluarga, melakukan me time, hingga men-sugesti diri untuk berfikir positif. Bonding dengan keluarga agar ada sandaran saat lelah, berbagi tugas saat berat dan meminta bantuan saat tak lagi sanggup menanggung beban psikologis. Pun memastikan diri bisa mengistirahatkan hati dan pikiran dengan me time sehingga beratnya tekanan bisa diurai dengan suasana indah dan bahagia saat memanjakan diri. Dan ujung dari penerimaan beban himpitan dipaksa dengan men-sugesti diri dengan positif thinking.
Jika melihat pengenalan istilah yang telah muncul sejak tahun 1981 oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody, sampai dengan tahun 2021 masalah generasi sandwich telah bergulir selama 40 tahun. Itu berarti waktu bergulirnya penyelesaiannya pun telah terentang seumur generasi sandwich itu sendiri. Yaitu generasi "terjepit" yang berusia 40-an, 50-an, atau 60-an yang diapit di antara orang tua yang menua, anak-anak dan cucu-cucu dewasa. Atau mereka yang berusia 20-an, 30-an dan 40-an, dengan anak kecil, orang tua dan kakek-nenek yang lanjut usia. Generasi ini bertanggung jawab merawat orang tua dan anak-anak mereka pada saat yang sama. (Wikipedia)
Panjangnya rentang waktu dari pengenalan istilah generasi sandwich hingga kini menjadi viral, menunjukkan bahwa sebenarnya ancaman tekanan beban pada generasi ini belumlah tuntas terselesaikan. Dari sekian banyak solusi dan tips yang ditawarkan seolah belum mampu menjawab dan menguatkan pijakan generasi sandwich, untuk bertahan dalam jepitan menjalankan semua fungsi tugas pemenuhan kebutuhan. Lantas apakah solusi yang ditawarkan memang tak kapabel menjawab masalah mereka? Ataukah ada hal lain yang menjerat kehidupan generasi ini hingga tak mampu bangkit?
Bicara solusi pengelolaan finansial yang ditawarkan untuk generasi sandwich, seolah menuju jalan buntu di kehidupan perekonomian yang sedang tergoncang krisis akibat pandemi. Jauh sebelum pandemi ada pun, fluktuasi perekonomian kapitalistik yang berbasis ribawi ibarat roller coaster yang sering terjun bebas akibat rapuhnya sistem ini. Sistem ekonomi yang dibajak oleh para kapital pemilik modal dengan menekan rakyat untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, hanyalah menyisakan masalah kesenjangan ekonomi yang makin lebar. Hingga perencanaan untuk mendapat pemasukan ekonomi yang lebih untuk mencukupi “kebutuhan dari 2 himpitan”, sangat sulit diraih di sistem ekonomi kapitalis ini.
Pengelolaan pengeluaran pun begitu sulit dikendalikan. Hal-hal pokok kebutuhan rumah tangga, biaya sekolah, biaya kesehatan, biaya transportasi dan lain-lain, begitu tinggi dan tak tergapai oleh sebagian besar masyarakat terutama generasi sandwich. Tak hadirnya negara dalam memberikan pemenuhan hak-hak dasar mereka dan hanya berfungsi sebagai regulator, membuat komplit kesengsaraan dan tekanan ekonomi bagi masyarakat.
Himpitan tekanan ekonomi yang berat di sistem kapitalistik, akan berimbas pada beban psikologis. Andai bonding keluarga telah terjalin, jalinan yang ada adalah jalinan antar orang yang tertekan. Jalinan ini tentunya tak akan berujung karena masing-masing membutuhkan sandaran dan bantuan. Me time pun menjadi sebatas angan-angan di tengah harus bergelutnya generasi ini memenuhi kebutuhan perut keluarga. Hingga ujung upaya untuk tegar men-sugesti diri dengan berfikir positif akan berakhir sia-sia.
Sungguh semakin lengkap tekanan yang tercipta akibat sistem kapitalis yang tengah mengepung generasi sandwich ini karena lahir dari rahim ideologi sekuler. Ideologi yang melepas agama dari kehidupan serta mengabaikan keimanan pada keseharian inilah, yang akan terus menjerat generasi sandwich dalam kepelikan tekanan. Betapapun banyak solusi dan tips yang disuguhkan, pelitnya sistem ekonomi kapitalis akan terus membelit generasi sandwich dalam kerumitan masalah.
Maka tak ada jalan lain untuk membuka belitan masalah generasi sandwich dan seluruh generasi umat, kecuali dengan melepas sistem pelit sekuler kapitalis. Menggantikannya dengan sistem terbaik yang jauh dari sifat pelit. Sistem yang mengurus seluruh kebutuhan rakyatnya dengan kebaikan dan menumbuhkan sikap optimis karena keimanan yang sempurna terhadap Rabb-nya. Wallahu’alam bishowwab. (rf/voa-islam)
Ilustrasi: Google
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com