Ahad, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 20 September 2020 21:53 wib
6.965 views
Peran Ibu dalam Pendidikan Anak, Sisi Lain dari Drama Korea Flower of Evil
Oleh: Isti Shofiah
Flower of evil. Drama Korea terbaru yang masih on going ini mengisahkan kehidupan seorang Do Hyun So yang diperankan oleh Lee Joon Gi yang selama belasan tahun menggunakan identitas lain sebagai Baek Hee Sung. Ia kemudian menikah dengan seorang detektif cantik Cha Ji Won yang diperankan oleh Moon Chae Won. Kehidupan keluarga bahagia dan harmonis tergambar jelas sebelum akhirnya kisah masa lalu Do Hyun So terungkap.
Sekilas tentang Flower of Evil
Menariknya, drama ini sukses menyajikan twist pada setiap episodenya. Membuat tegang, mewek sekaligus penasaran. Bagi yang sedang mengikuti drama ini, pasti tahu bahwa pemilik identitas asli, Baek Hee Sung telah pulih dari koma selama belasan tahun. Entah benar koma, atau hanya pura-pura untuk mengalihkan status pembunuh yang sebenarnya kepada Do Hyun So selama belasan tahun. Untuk meyakinkan bahwa Do Hyun So masih hidup, maka teror pembunuhan berantai 18 tahun silam kembali dilakukan. Pembunuhan terhadap saksi-saksi pada kasus masa lalu itu satu per satu terjadi. Pada episode 15 diketahui bahwa pelaku utamanya adalah pemilik identitas asli Baek Hee Sung.
Pada kesempatan ini, penulis bukan membahas kisah dari pemeran utama Do Hyun So, melainkan pemilik identitas asli Baek Hee Sung ini. Ya, penulis justru tertarik membahas sisi lain dari drama ini, yakni metode pendidikan orangtua Baek Hee Sung.
Baek Hee Sung asli, diketahui berjiwa seorang psikopat sejak masih remaja. Ya, ia adalah seorang yang nampak baik-baik saja secara fisik, namun mentalnya sakit. Seorang yang tak segan menyakiti siapa pun bahkan membunuhnya tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun. Parahnya, orangtuanya mengetahuinya namun seolah membiarkan. Pembiaran itu terbukti dengan berbagai pembelaan demi pembelaan atas setiap kesalahan sang anak, demi sebuah nama baik keluarga tentunya.
Kedua orang tua tersebut berharap anaknya akan kembali normal. Namun, bisakah hanya berharap tanpa melakukan upaya apapun? Bahkan hasil dari pembelaan itu, menjadikan Baek Hee Sung dewasa menjadi orang yang sangat menakutkan, bukan hanya bagi orang lain, melainkan bagi sang Ibu itu sendiri.
Hikmah dari Tontonan Ini
Penting untuk memahami bahwa mendidik bukan perkara mudah. Sebagai orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hal itu menjadi sebuah amanah yang akan dipertanggungjawabkan kelak di hari perhitungan amal. Ya, karena kesadaran itulah maka penting bagi setiap orangtua memahami cara mendidik anak dengan benar sesuai syariat Islam.
Karena mendidik anak tidaklah mudah, untuk itu, orang tua harus memiliki ilmunya agar dapat menjalankan peran sebagai madrasatul ula dengan baik, tidak ngasal. Profesor Fahmi Amhar pernah mengatakan bahwa jurusan menjadi Ibu rasanya penting diadakan untuk hari ini. Sebab, kerusakan generasi semakin meluas. Karakter-karakter negatif juga semakin mudah menyebar, termasuk psikopat yang mulai banyak bermunculan. Karakter negatif ini seharusnya bisa dihindari sejak awal pendidikan di dalam rumah, yakni oleh Ibu.
Oleh karena itu, seorang ibu tidak boleh hanya memahami ilmu pengetahuan umum seperti matematika, fisika dan lain sebagainya. Wajib baginya untuk memahami ilmu agama. Sebab, pondasi agama itulah yang akan menjadi dasar dalam mendidik anak-anaknya.
Tak dipungkiri, sulitnya mendidik anak hari ini bukan hanya perkara orang tua yang tak memahami seni mendidik anak sesuai agama. Ada peran besar di balik kerusakan yang terjadi pada generasi. Dan peran terbesar itu ada pada sistem kehidupan yang diterapkan, yakni Sekuler Kapitalisme Liberal.
Mendidik Anak = Mendidik Generasi
Sebagaimana dipahami, bahwa sistem pendidikan sekuler yang diterapkan, sukses menjadikan generasi semakin jauh dari aturan agama. Adanya jaminan kebebasan menambah semakin liarnya perilaku generasi hari ini. Sudahlah tak paham bagaimana Islam mengatur kehidupan, ditambah serangan liberalisme dari segala arah, membuat generasi kian tak peduli pada norma dan aturan.
Lihatlah, pergaulan bebas kian merata, tak hanya di kalangan atas yang notabenenya mengikuti gaya hidup ala orang barat, masyarakat menengah ke bawah pun terbawa arus pergaulan bebas. Sebutlah free sex, narkoba, LGBT, perilaku menyimpang dan lain sebagainya.
Di dalam Islam, generasi muda merupakan aset berharga yang harus dijaga, baik fisik juga akalnya. Penting bagi orang tua untuk menancapkan pemahaman agama sejak dini. Islam juga membentuk Ibu-ibu dengan karakter yang baik sebagai bekal yang sangat cukup untuk menjadi Ibu yang mampu melahirkan generasi-generasi cemerlang, penerus peradaban bangsa. Mengapa membentuk Ibu berkarakter baik harus dilakukan? Sebab, negara yang menerapkan Islam memahami bahwa di balik generasi cemerlang, ada peran Ibu yang tak boleh dilupakan.
Sebagai contoh, Imam Syafi'i menjadi ulama besar, sebab mendapat didikan dari Ibu yang luar biasa. Begitu juga Imam Ibnu Taimiyah, menjadi ulama hebat sebab ada Ibu yang selalu menginginkan anaknya mengutamakan urusan agama. Dan masih banyak lagi orang hebat lainnya yang berhasil sebab peran Ibu di belakangnya. Dan harus diingat, mereka hidup pada masa peradaban Islam saat Islam dijadikan sebagai landasan dalam setiap urusan, baik individu, masyarakat juga negara.
Pertanyaannya, masihkah mau bertahan dengan sistem kehidupan kapitalisme yang jelas merusak manusia? Jika penulis, tegas menjawab tidak. Sebab, hanya sistem Islam yang mampu mewujudkan manusia yang berakhlak mulia. Wallahu a'lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!