Sabtu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 12 November 2016 12:59 wib
10.834 views
Mualaf Amanda Redmond: Hijab Menginspirasinya Membuka Butik Muslimah
Assalamu’alaikum. Namaku Amanda berasal dari Halifax, Canada. Perkenalanku dengan Islam cukup unik. Sebelumnya aku sama sekali tidak tahu tentang Islam. Satu malam, aku ‘terjebak’ di bandara New York. Tak sengaja aku melihat temaram cahaya yang berasal dari Masjid Bandara. Aku pun melangkahkan kaki ke sana.
Sudah pukul 3 dini hari. Mau tidur di tempat tersebut, nanggung. Akhirnya aku memilih mengambil Al Quran dan membacanya. Saat itulah aku baru tahu isi Al Quran dan sungguh takjub dibuatnya. Ini kitab suci yang diturunkan beradab-abad yang lalu dan bisa dibilang kuno. Tapi kenapa isinya begitu sesuai dengan kondisi kekinian dan menjawab semua hal? Nilai ajaran yang terkandung di dalamnya sungguh masuk akal. Aku pun mau tak mau dibuat setuju dan mengangguk-angguk saja selama membaca kitab tersebut.
Sebelumnya, aku memilih tidak beragama. Tetapi setelah kejadian dini hari itu, membuatku semakin penasaran dengan Islam. Tak bisa dipungkiri, ini adalah sesuatu yang baru dalam kehidupanku ataupun dalam pandanganku. Semakin lama aku semakin yakin untuk masuk Islam secara formal meskipun sejak awal bersentuhan dengan Al Quran, aku langsung mengimaninya. Aku pun juga sudah yakin untuk menutup auratku sesegera mungkin.
Ketika kita sudah menemuan kebenaran dan tidak segera merengkuhnya, sudah pasti rasa gelisah muncul sebagai akibatnya. Rasa ini pula yang terus menghantuiku sejak aku mengenal Islam tapi tidak segera bersyahadat. Aku terus menerus kepikiran tentangnya.
...Ini kitab suci yang diturunkan beradab-abad yang lalu dan bisa dibilang kuno. Tapi kenapa isinya begitu sesuai dengan kondisi kekinian dan menjawab semua hal?...
Aku tahu bahwa aku ingin masuk Islam, terus saja perasaan ini menggedor-gedor hatiku. Aku tidak tahu kenapa aku tidak segera masuk Islam saat itu dan memakai hijab sebagaimana yang kuyakini kebenarannya. Tapi akhirnya, aku pun berani membuat keputusan yang mengubah hidupku secara total. Usai bersyahadat, aku langsung merasakan kebebasan terbesar yang belu pernah kualami sebelumnya.
Berangkat dari sinilah, beberapa bulan kemudian aku pun mulai menutup aurat. Tanpa ragu, aku memakainya ke mana pun aku pergi termasuk jalan dengan teman-teman dan ke kampus. Saat itu aku masih kuliah di Mount Saint Vincent University jurusan bisnis. Awalnya aku berusaha memadu-padankan hijab dengan bajuku seadanya sampai aku merasa nyaman. Ternyata tidak mudah mendapat hijab yang sederhana tapi aku merasa nyaman.
Kami, para muslimah umumnya mendapat hijab dari saudara muslimah kami lainnya. Bila tidak, kami harus membelinya secara online dan lintas negara. Itu berarti ongkos kirim seringkali lebih mahal daripada harga hijab sendiri. Kondisi inilah yang menginspirasiku untuk membuka butik khusus muslimah.
Riset pun dilakukan. Ternyata di Kanada, belum ada satu pun butik yang melayani baju muslimah. Aku mengimport hijab dari Timur Tengah dan Asia. Harganya pun kubuat seterjangkau mungkin agar tidak ada yang membajaknya. Selain melayani offline, butik muslimah yang kuberi nama Al Qamar atau bermakna bulan ini juga melayani online. Ke depan, aku berharap semoga bisa membesarkan butik ini dan membuka peluang kerja bagi muslimah lainnya. Insya Allah. (riafariana/voa-islam.com)
Sumber: the chronicle herald
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!