Jum'at, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 8 April 2016 10:52 wib
20.557 views
Mendambakan Suami Romantis, Versi Siapa?
Oleh: Yuni Astuti
Seorang istri tengah berselancar di dunia maya, muncul banyak postingan di berandanya. Mulai dari postingan teman-temannya bersama keluarganya, sampai motivasi dan artikel kerumahtanggaan. Begitu banyak yang share postingan bertajuk 'Ciri Suami Romantis', 'Beginilah Tanda Jika Suami Mencintai Anda' dan sebagainya. Postingan itu pun dibacanya sampai tuntas, lalu ikut share juga sambil tak lupa tag akun suaminya. Biar baca dan bisa menirunya.
Bagi para istri, siapa sih yang tidak mau punya suami romantis? Seperti memberi bunga, kejutan, hadiah, sampai mengikat tali sepatu istrinya, menggandeng tangan istri kalau jalan, dan masih banyak lagi. Namun, dunia pernikahan jauh berbeda dengan drama Korea. Romantis itu luas, dan subjektif. Bagi orang lain mungkin romantis, tapi bagi yang lain mungkin lebay.
Share postingan tersebut dengan maksud agar suaminya membacanya dan menirunya, tanpa sadar istri berharap suaminya bisa menjadi seperti yang ditulis itu. Sudah sholeh, tampan, kaya, romantis, siapa yang nolak suami macam itu? Namun, biasanya "harapan" berkawan dekat dengan "kekecewaan". Ketika kenyataan tak seindah harapan, maka kekecewaan yang datang. Memangnya salah kalau berharap suami bisa romantis? Tidak.
...Kita sadar diri saja jika suami tidak seromantis Rasulullah. Ya kita tak perlu menangis. Sadar diri saja bahwa diri kita apa sudah semulia Khadijah dam Aisyah hingga pantas diperlakukan bak princess oleh suami?...
Rasulullah juga romantis pada istri-istrinya, wajar jika para suami harus menirunya. Betul... Rasulullah memang romantis; memanggil istri dengan panggilan sayang, tak pernah marah, kadang mengerjakan pekerjaan sendiri, senang membantu pekerjaan istri, lomba lari, mandi bersama dll. Akan tetapi, tak perlu muluk-muluk. Kita sadar diri saja jika suami tidak seromantis Rasulullah. Ya kita tak perlu menangis. Sadar diri saja bahwa diri kita apa sudah semulia Khadijah dam Aisyah hingga pantas diperlakukan bak princess oleh suami?
Tidak semua lelaki berbakat untuk romantis. Tidak semua lelaki pandai mengungkapkan rasa cintanya pada istrinya. Ada yang pendiam dan lebih menunjukkan lewat perbuatan.
Kita lihat kebaikannya, jangan lihat kekurangannya. Mungkin suami tidak suka membantu pekerjaan istri, tidak pernah bilang saranghae atau wo ai ni, tidak suka membuat kejutan tapi lihatlah deretan kebaikannya selama ini. Jangan sampai kita baru sadar akan kebaikannya setelah dia tiada.
Mungkin suami tak pernah marah, sabar, saat pulang kerja tidak komplain dengan kondisi rumah berantakan, setia, kadang suka ngajak piknik walau cuma beli gorengan, itu pun sudah romantis. Jadi kita sendirilah yang menciptakan definisi romantis. Kita sendirilah yang menciptakan kebahagiaan rumah tangga kita. Biarkan wanita lain bahagia karena suaminya romantis versi mereka.
Kita tak perlu menyindir suami 'Gini lho Mas suami romantis itu seharusnya...'
Itu sama saja seperti kita mengatakan, "Lihat deh suaminya si itu, dia suka nyuci baju lho Mas. Suka ngepel juga. Kok Mas nggak?" bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati suami. Kalau sampai baper, bisa saja suami menimpali, "Ya sudah kenapa nggak nikah aja sama suaminya."
Kita balikkan posisinya. Ini kisah nyata. Suatu hari seorang suami yang sering berkunjung ke rumah temannya berkata pada istrinya.
"Tahu nggak Mah, masakan istrinya Pak X itu enaaaaak banget."
Lalu apa yang terjadi? Ngambek itu istri. Merasa masakannya tidak terlalu enak, tapi suaminya memuji masakan perempuan lain? Bayangkan rasanya! Makjleb nggak tuh?
Jadi, tak perlulah kita berharap suami harus begini harus begitu. Jangan membandingkannya dengan siapapun, sebagaimana kita tak ingin dibandingkan dengan perempuan lain. Suami kita punya kekurangan, kita pun tak sempurna. Alangkah indahnya bila kita saling melengkapi, untuk menjadi keluarga sakinah, mawadah dan rahmah. Bersyukur kita diberikan suami yang baik, dan bersabar jika kebaikan itu kadang diiringi oleh kekurangan. Bukankah dengan demikian kita bisa lebih bahagia? (riafariana/voa-islam.com)
ILustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!