Senin, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 27 April 2015 07:00 wib
6.152 views
Perhatikan! Ternyata Stres Juga Bisa Menimpa pada Anak
Sahabat VOA-Islam...
Banyak orang menyangka, masa kanak-kanak adalah masa yang paling bahagia, penuh pesona. Tidak ada persoalan yang bakal bikin stres mereka, karena anak “belum mengerti apa-apa”. Maka jangan salahkan jika tak sedikit dari orang dewasa yang ingin kembali ke masa kanak-kanaknya.
Namun kenyataan tidak selamanya paralel dengan sangkaan. Fakta yang terjadi tidak menunjukkan demikian. Sejak lahir sebetulnya anak telah dihadapkan pada berbagai tantangan, tuntutan dan bermacam persoalan kehidupan. Masalah kemudian bertambah manakala orangtua, sebab kekeliruan persepsi tadi, memenjarakan jiwa mereka dengan obsesinya – banyak orang tua tanpa sadar menganggap anak-anak adalah perpanjangan tangan obsesinya, sehingga apa yang hendak dilakukan dan menjadi pilihan anak harus sesuai dengan keinginan orangtua.
Maka, sebagaimana manusia dewasa, sebenarnya anak-anak juga berpotensi untuk mendapat stres, yang jika dibiarkan berkepanjangan situasi ini akan menimbulkan beragam dampak buruk: membuatnya jadi gampang marah, ragu dalam bertindak, menarik diri dari pergaulan, paranoid, serta masalah kelainan perilaku lainnya.
Sangat Merepotkan Anak
Stres pada anak akan dirasa sangat merepotkannya. Di samping sebab kekurangmampuan mereka memperoleh pengertian (insight) mengenai diri dan problema yang dihadapi, masih sederhananya cara berfikir serta minimnya “referensi” hidup – berupa pengalaman di masa lalu – disebut-sebut yang mempengaruhi terjadinya situasi ini. Karenanya sangat logis, jika pada saat demikian anak tak dibiarkan bertarung sendirian.
Sayangnya banyak orangtua yang cenderung melalaikannya. Dengan alasan “kesibukan memenuhi tuntutan kebutuhan hidup”, serta kekurangpahaman hingga salah pendugaan akan “isyarat” yang dilontarkan, karena kemampuan verbal anak yang masih sedikit, kerap dijadikan alasan.
Supaya orangtua dapat bertindak cepat memberi solusi yang tepat, Dr. Guinevere Tufnell, seorang konsultan psikiatri anak dan remaja pada Klinik Trauma dan Stres, London, Inggris, mengajak para orangtua yang senantiasa bergelut dengan kesibukan untuk “kembali” ke rumah, serta menawarkan cara sederhana dalam pendeteksian, yaitu dengan memperhatikan perilaku anak secara seksama. Disebutkannya, anak yang sedang stres akan memperlihatkan tanda-tanda: sulit tidur, sering mendapat mimpi buruk, gairah belajar menurun, sulit berkonsentrasi, dan terkadang overaktif.
Dari Adik Baru Hingga Tuntutan Prestasi
Stres pada anak bisa disebabkan oleh beragam hal. Dari mulai yang –menurut orang dewasa – sepele, seperti kehadiran adik baru, membuat anak bertindak overaktif, mencari-cari perhatian, atau karena sering menyaksikan pertengkaran orangtuanya; hingga yang memang rumit, sebab mesti melibatkan banyak pihak untuk mendapat solusi yang cantik.
Sebagai contoh, hal-hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Beberapa diantaranya: Pertama, anak terbebani berbagai kewajiban belajar yang menyita habis waktu luangnya untuk bermain, berekreasi dan bersosialisasi dengan teman-temannya.
Kedua, anak terjebak pada beban kurikulum pendidikan yang terkadang di luar takaran, dan sebagian yang lain karena obsesi sekolah yang menginginkan nama sekolahnya terkenal sebab murid-muridnya rajin belajar dan pandai mengerjakan soal-soal di luar standar umum.
Dan Ketiga, bullying, yang dilakukan oleh orang yang lebih kuat terhadap yang lemah, baik kelompok maupun perorangan, sehingga korban merasa tidak berdaya untuk melawan karena sadar kekuatannya tidak seimbang.
Keberagaman sebab membutuhkan pula bermacam cara guna menanganinnya. Terapi pada anak yang terkena bullying tidak dapat disamakan dengan terapi yang diberikan pada mereka yang menderita karena mendapat adik baru. Karenanya, kecermatan dalam menggali faktor penyebab sangat penting artinya.
Sebab orangtua merupakan orang paling dekat sekaligus paling mengenal anak, tanpa mengenyampingkan peran pihak lain, semestinya dari sana jugalah pengetahuan ihwal penyebab dan solusi itu didapat. Sementara peran pihak lain membantu dengan memberikan dukungan, serta mencari alternatif solusi lain yang lebih memungkinkan anak secepatnya melepaskan diri dari jeratan stres yang membelenggunya.
Saatnya ‘Kembali’
Sudah saatnya memang para orangtua ‘kembali’ ke rumah, untuk belajar lagi memahami situasi anak-anaknya, para guru menyingsingkan lengan baju, para pengambil kebijakan tidak sembarang memutuskan ketetapan, para politisi ambil peduli. Anak bukan cuma aset orangtua, namun juga bangsa dan negara. Disisi lain, anak juga adalah amanah, titipan Allah SWT yang harus dirawat dengan baik. [syahid/voa-islam.com]
Penulis: Yuga Pramita (Penulis buku “Ayat-Ayat Sehat” dan “Diet Islami)
image: khalidabdullah.com
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!