Ahad, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 28 Desember 2014 18:00 wib
32.819 views
Bagaimana Cara Memuliakan Seorang Ibu?
Sahabat VOA-Islam yang Shalih dan Shalihah...
Sebenarnya akan sangat tidak tepat jika merayakan hari ibu cuma sekali dalam setahun hari ibu seperti sekarang yang biasanya diadakan pada tanggal 22 Desember. Seharusnya setiap saat dalam hidup seorang anak, berbakti kepada orang tua dilakukan tiap saat, saat kesempatan ibu bapak masih hidup dan meninggal dunia. Apalagi jika penghormatan hanya di lakukan dengan upacara atau kegiatan serimonial saja. Tak akan berbekas dan membentuk karakter seorang anak yang menghormati, berbuat baik, menyayangi dan setiap saat mendoakan ibu dan bapaknya agar diampuni dosanya, di jauhkan dari siksa kubur dan neraka dan di masukkan ke surga. Kewajiban anak kepada orang tua dijelaskan dalam Al-Quran.
Allah berfirman, “Kami telah memerintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah bertambah lemah dan menyapihnya ketika usia dua tahun. Hendaklah kamu taat kepada-Ku dalam menggunakan nikmat-Ku dan taatlah kepada ibu bapakmu. Kepada-Kulah kalian akan kembali. Jika ibu bapakmu, mengajakmu untuk menyekutukan Aku, padahal kamu tidak punya sedikit pun bukit adanya tuhan selain Aku, janganlah kamu taat kepada mereka. Sekalipun demikian, bergaulah dengan ibu bapakmu di dunia ini dengan cara-cara yang baik. Ikutilah agama orang-orang yang bertaubat kepada-Ku. Kepada-Kulah kelak kamu akan dikembalikan. Diakherat kelak, Aku akan memberitahukan kepadamu segala perbuatan yang telah kamu lakukan didunia. (QS Luqman [31]14).
Maksud ayat diatas si ibu telah mengandung selama kurang lebih sembilan bulan, dimana dalam kondisi terebut dia dalam keadaan sangat lemah karena janin atau bakal bayi dirahimnya. Setelah sudah payah mengandung janin dalam perutnya, si ibu harus menghadapi masa krisis saat melahirkan. Dalam kondisi seperti ini, nyawa si ibu menjadi taruhannya. Si ibu berjuang agar hidup dan mati agar bayi yang dikandungnya lahir dalam keadaan selamat. Tidak jarang, si ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan bayi yang dikandungnya. Setelah bayi lahir dari rahimnya, si ibu kembali berjuang selama dua tahun untuk menyusui anaknya. Inilah pengorbanan yang sangat besar dari seorang ibu, hingga pantas dia mendapatkan penghormatan, kasih sayang dan derma bakti dari anak-anaknya.
Maksudnya, bila ibu dan bapak atau salah satu dari seorang keduanya menyekutukan Allah swt atau kafir, maka si anak tidak boleh mengikuti ritualitas dan kebiasaan mereka yang menyimpang dari ajaran Allah. Dalam keadaan seperti ini, ketaatan si anak kepada ibu bapaknya, terbatas dalam hal-hal muamalah, yaitu memperlakukan mereka berdua dengan baik berkata santun dan memenuhi kebutuhan hidup mereka. Jadi bukan dalam hal keyakinan dan ibadah ritual ibu dan bapak tersebut yang menyimpang dari ajaran Allah swt.
Ibnu abbas berkata ada tiga ayat yang diturunkan oleh Allah secara berpasang-pasangan isinya, salah satu darinya tidak diterima tanpa disertai dengan pasangannya
1. Barangsiapa yang taat kepada Allah swt akan tetapi mereka tidak taat kepada Rasulullah saw, maka ketaatannya tersebut tidak akan diterima
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya (QS an-Nur 54, Muhammad 33 dan at-Taghabun 12)
2. Barangsiapa yang melaksanakan shalat, akan tetapi ia tidak menunaikan zakat, maka amal perbuatannya itu tidak akan diterima
Dan dirikanlah shalat, serta tunaikanlah zakat (al-Baqarah 63, 83, dan 110) (an-Nisa 77) (al-Hajj 78) (an-Nur 56) (al-Mujahilah 13) dan Muzzammil 20)
3. Barangsiapa taat kepada Allah swt tetapi tidak taat kepada ibu bapaknya maka ketaatan tidak diterima Allah.
Hendaklah kamu taat kepada-Ku dalam menggunakan nikmat dari-Ku dan taatlah kepada ibu bapakmu. Kepada-Kulah kalian akan kembali (QS Luqman [31]14)
Allah menetapkan agar kita berbuat baik kepada orang tua sepanjang hidupnya
Allah berfirman “Kami telah perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan sudah payah lalu melahirkannya dengan sudah payah. Ibunya mengandung dan menyusuinya selama tiga belas bulan. Ketika anak itu dewasa dan mencapai umur empat puluh tahun, dia berdoa, “Wahai Tuhanku berilah petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kepada ibu bapakku. Jadikanlah aku orang yang beramal shalih yang Engkau ridhai. Berikanlah kebaikan kepadaku dan kepada anak keturunanku. Sungguh aku sekarang bertaubat kepada-Mu. Sungguh aku menjadi golongan orang-orang yang taat kepada syariat-Mu (QS Al-Ahqaf [46]15-16)
Berbuat baik kepada keduanya setelah mereka meninggal dunia.
Dan berdoalah, “Wahai Tuhanku, kasih sayangilah ibu bapakku, sebagaimana mereka telah memeliharaku dengan kasih sayang sewaktu aku masih kecil (QS Al-Israa [7]23-24)
Allah perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapak
Allah berfirman, “Wahai manusia Kami perintahkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu bapak kalian. Jika ibu bapak kamu mengajakmu untuk menyembah tuhan-tuhan selain Aku, padahal akalmu tidak dapat membenarkan perbuatan syirik itu, janganlah kamu taati ibu bapakmu itu. Kalian pasti kembali kepada-Ku. Aku akan memberitahukan kepada kalian segala perbuatan yang telah kalian lakukan didunia (QS Al-Ankabut [29]8)
Maksudnya Allah memerintahkan agar kita berbuat baik kepada kedua orang tua. Sesungguhnya orang tua adalah penyebab keberadaan umat manusia
Dalam ayat diatas Allah menyarankannya secara umum yaitu untuk seluruh manusia bukan hanya terbatas pada orang-orang beriman. Sebab, masalah kelahiran anak-anak itu, bukan hanya terbatas pada keluarga orang-orang beriman, tetapi juga pada keluarga yang tidak beriman. Secara implisit, bahwa banyak dari keluarga orang-orang kafir terlahir anak-anak yang kemudian hari beriman dan bertakwa kepada Allah. Bahkan ada yang menjadi seperti Nabi Ibarahim
Ayat tersebut diturunkan berkenan dengan Sa’ad bin Abu Waqqasah dan yang semisalnya, ketika ia masuk Islam dan ibunya menjadi marah kepadanya. Ibunya mengancam akan mogok seakan makan sampai Sa’ad kembali ke agama nenek moyangnya. Orang-orang Arab mencelanya dan berkata, “Anak yang membunuh ibunya sendiri.” Akan tetapi Sa’ad bin Abu Waqqash tidak goyah sedikti pun dengan ancaman ibunya, bahkan justru berkata, Wahai Ibu, demi Allah, jika engkau memiliki seratus nyawa lalu keluar satu persatu dari dirimu, maka selama-lamanya aku tidak akan meninggalkan agama ini. Lalu turunlah ayat tersebut.
Perintah berbakti kepada kedua orang tua disebutkan secara langsung setelah perintah menyembah Allah.
Allah berfirman, “Wahai kaum mukmin, taatlah kalian kepada Allah. Janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan siapapun. Berbuat baiklah kalian kepada ibu bapak, kaum kerabat dekat, tetangga yang masih kerabat dekat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga bukan kerabat, teman dekat, orang yang kehabisan bekal dalam perjalanannya dan budak-budak kalian. Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri dengan kekayaannya. (QS An-Nisa[4]36)
Berbuat baik kepada kedua orang tua urutan teratas dari sepuluh wasiat sesudah wasiat tauhid
Allah berfirman, “Wahai Muhammad, katakanlah kepada kaum musyik Qurasiy; “Kemarilah kalian. Aku akan membacakan kepada kalian apa-apa yang Tuhan haramkan bagi kalian. Yang diharamkan adalah menyekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Kalian diwajibkan untuk berbuat baik kepada ibu bapak. Kalian diharamkan membunuh anak-anak kalian karena takut melarat. Allah lah yang memberi rezeki kepada kalian dan anak-anak kalian. Kalian diharamkan mendekati zina, baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Kalian diharamkan membunuh jiwa yang Allah telah haramkan membunuhnya, kecuali ada alasan yang benar, demikianlah Allah mengajarkan syariat-Nya kepada kalian supaya kalian mau berpikir (QS Al-An’am[6]151)
Wasiat Allah tentang orang tua dalam kitab taurat
Allah berfirman, “Wahai anak Adam, Aku telah menjadikan tempat tinggal bagimu dalam perut ibunu dan Aku tutupi wajahmu dengan suatu penutup agar supaya engkau tidak merasa takut dengan rahim dan Aku jadikan wajahmu menghadap ke belakang punggung ibumu supaya engkau tidak terganggu dengan bau makanan. Dan Aku jadikan untukmu tempat sandaran di sebelah kananmu dan tempat sandaran di sebelah kirimu adapun yang disebelah adalah limpa. Dan Aku ajar engkau cara berdiri dan duduk dalam perut ibumu, maka adakah yang mampu melakukan hal itu selain Aku? Dan ketika masa kehamilanmu telah sempurna, maka Aku perintahkan kepada malaikat yang bertugas mengisi masalah rahim untuk mengeluarkanmu, lalu ia pun mengeluarkanmu di atas satu bulu sayapnya, dimana engkau belum memiliki gigi untuk menggigit, tangan untuk memukul dan kaki untuk berjalan. Dan Aku berikan kepadamu dua pembulu yang tipis dalam dada ibumu sebagai tempat mengalirnya air susu yang segar untukmu, yang hangat ketika musim dingin dan dingin ketika musim panas. Dan Aku limpahkan rasa cinta kepadamu dalam lubuk sanubari kedua orang tuamu, sehingga mereka pun tidak bisa kenyang sebelum engkau kenyang dan tidak bisa tidur sebelum engkau tidur. Namun ketika tulang punggungmu mulai menguat dan kekuatanmu semakin bertambah besar engkau berani menantang-Ku dengan kemaksiatan dan bersandar kepada para makhluk dan tidak mau bersandar kepada-Ku. Dan engkau tutupi dirimu dari yang melihatmu dan menantang-Ku dengan kemaksiatan dalam kesendirianmu dan sedikit pun engkau tidak merasa malu dengan-Ku. Namun demikian, apabila engkau mau berdoa kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan doamu dan apabila engkau mau meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan permintaanmu dan apabila engkau mau bertobat kepada-Ku niscaya akan Aku terima taubatmu.
Abu Hurairah meceritakan, “Seseorang lelaki datang menemui Rasulullah saw kemudian bertanya, “Siapakah manusia yang paling berhak aku berbakti kepadanya? Ibumu, “Jawab Rasulullah saw. Dia bertanya, “Setelah itu siapa? “Ibumu, “Jawabnya lagi. Dia bertanya kembali, “Setelah itu siapa? “Ibumu, “Jawabnya lagi. Dia kembali bertanya, “Setelah itu siapa baru Rasulullah menjawab, “Bapakmu” (HR Muslim)
Rasulullah saw menetapkan, bahwa dalam hal mendapatkan perlakuan baik dari anak-anaknya, seorang ibu memiliki perlakuan baik dari anak-anaknya, seorang ibu memiliki kelebihan sebanyak tiga kali lipat yang dirasakan seorang ibu saat hamil, melahirkan dan saat menyusui. Perjuangan yang melelahkan itu dilakukan secara personal oleh si ibu. Baru setelah itu, si bapak berpatisipasi dalam mendidik anak.
Nabi saw memberikan porsi tiga perempat bagi ibu dalam mendapatkan perlakuan baik dan ketaatan dari anaknya. Sedangkan bapak mendapatkan porsi seperempatnya saja. Al Hasan berkata, “Tiga bagian perlakuan yang baik dan ketaatan bagi ibu, sedangkan bagi bapak sepertiganya.”
Ada seorang laki-laki dan seorang perempuan datang kepada Rasulullah, mereka bertengkar untuk memperebutkan tentang anak mereka, yang laki-laki berkta, “Wahai Rasulullah, anakku itu terlahir dari tulang sulbiku.” Yang wanita berkta, “Wahai Rasulullah, aku telah membawanya ke mana-mana ketika hamil dan melahirkannya dengan pernuh perjuangan. Aku mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan kesulitan, serta aku telah menyusulkannya dua tahun sempurna.” Rasulullah saw kemudian memutuskan anak itu untuk ibunya.
Bakti kaum salaf dan ulama kepada orangtua
Rasulullah saw begitu paham akan hormat sama ibundanya, padahal ibunya sendiri tidak memeluk islam, dalam suatu perjalanan, Rasulullah saw melewati makam ibunya, Aminah bin Wahb di bawa, perkampungan yang terletak di antara Mekkah dan Madinah. Dalam perjalanan tersebut, tepatnya saat Perang Hudaibiyyah, Rasulullah saw didampingi para sahabat dan tentara yang terdiri dari seribu penunggang kuda. Rasulullah saw berhenti dan menghampiri makam ibunya. Rasulullah saw menangis dan sungguh orang-orang yang disekitarnya pun ikut menangis. Seraya terisak, beliau bersabda, “Aku telah memohon izin pada Tuhanku agar aku memohonkan ampunan untuknya, tetapi Dia tidak mengijinkan aku. Aku memohon izin untuk berziarah ke makan ibuku lalu Dia mengizinkan aku. Maka berziarah kuburlah, sebab kubur menyadarkan kalian pada akhirat (HR Muslim)
Abu Hurairah adalah sosok sahabat Nabi saw yang sangat mencintai ibunya. Abu Huraisah menuturkan ibuku adalah orang yang menyekutukan Allah (Musyrik). Aku menyerunya untuk masuk Islam, tetapi ia malah mencaci makai Rasulullah saw, dengan kata-kata yang amat aku benci. Sambil menangis menahan isak tangus, aku datang menghadap Rasulullah. Aku berkata kepadanya, “Wahai Rasul, aku mengajak ibuku untuk memeluk Islam, tetapi ia ingkar. Hari ini aku menyerunya kembali, tetapi ia malah memperdengarkan kata-kata buruk tentnag dirimu dan aku amat membencinya. Berdoalah agar Allah memberikan petunjuk kepada ibuku. Maka Rasulullah saw berdoa. “Ya Allah, berikanlah petujuk kepada ibunu Abu Hurairah.”
Aku berlalu dengan penuh sukacita lantaran doa Nabi. Ketika kembali ke rumah, aku mendapati pintu rumahku terkunci. Ketika ibuku mendengar langkah kakiku, ia berkata, diam di tempatmu, Abu Hurairah! Ibuku mandi, sesudah itu ia berikrar, “Asyahdu alla ilaha illallah wa asyahdu anna Muhammadan Rasulullah (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan kau bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Sambil menangis bahagia, aku menghadap Rasulullah, “Bergembiralah wahai Rasulullah, karena Allah telah mengabulkan doamu dan Dia juga telah memberi petunjuk kepada ibunda Abu Hurairah! Rasulullah langsung memanjatkan pujuan bagi Allah dan mengucapkan kebaikn (HR Muslim)
Diantara akhlak mulia Abu Hurairah yang membawanya pada kedudukan yang mulia adalah bakti dan kesetiaannya kepada sang ibu. Ketika ia mendengar sabda Rasulullah saw, Bagi hamba yang beramal mendapat dua pahala.” Abu Hurairah berkata, “Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah ada pada kekuasann-Nya. Kalau tiada perintah jihad fisabillah, haji dan berbakti kepada orangtua, niscaya aku berharap mati sebagai seorang budak.
Pernah suatu ketika Rasulullah saw membagi kurma buat para sahabatnya, termasuk Abu Hurairah. Beliau membagi masing-masing dua buah kurma. Rasulullah saw bersabda, makanlah dua kurma dan minumlah. Karena kedua kurma itu cukup mengatasi rasa lapar kalian pada hari ini.
Abu Hurairah berkata, “Saya memakan satu kurma dan satunya saya simpan.” Lalu Rasulullah saw bersabda, “Wahai Abu Hurairah, mengapa satunya kamu simpan? Abu Hurairah menjawab, “Saya menyimpannya untuk ibuku.” Beliau bersabda, “Makanlah, saya akan memberikan dua kurma untuk ibumu.” Maka beliau memberikan dua kurma lagi kepadaku.
Dari Abu Murrah ra sesungguhnya Abu Hurairah ra bila keluar dari rumahnya berdiri di dimuka pintu ibunya, lalu berkata, “Asslamualaikum, wahai Ibuku, warahmatullahi wabarakatuh, “Lalu si ibu berkata, “Semoga engkau diberi keselamatan oleh Allah, rahmat dan berkat Allah atasmu. Abu Hurairah berkata, “Semoga Allah merahmati engkau wahai ibu sebagaimana engkau mendidikku waktu kecil. Sang ibu berkata, “Semoga Allah memberi rahmat kepadamu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku sewaktu kamu besar (saat ini). Dan apabila hendak masuk rumah, Abu Hurairah berbuat demikian. (HR Bukhari dalam kitab al adabul mufrad)
Abu Abdurrahman al-Hanafi menuturkan,’Kahmas bin al-Hasan melihat seekor kalejengking di rumahnya. Ia bermaksud membunuh atau menyingkirkannya, tetapi ia kalah cepat dan binatang itu masuk ke dalam lubang. Kahmas memasukkan tangannya ke dalam lubang itu untuk memburu binatang tersebut dan tentunya tindakannya itu untuk memburu binatang dam tindakannya itu berbahaya. Seorang bertanya kepadanya, “Mengapa engkau berbuat itu? Kahmas mejwab, “Aku khawatir binatang itu keluar dari persembunyiannya kemudian mendekati ibuku lalu mengigitnya.
Iyas al-Qadhi. Ketika ibunya meninggal, ia menangis. Seseorang bertanya, “Mengapa engkau menangis? Iyas menjawab, “Sebelumnya, ada dua pintu surga yang terbuka untukku dan sekarang, satu pintu telah tertutup.
Hisaym bin Hassan mengatakan, Hafsah bin Sirin menuturkan kepadanya, “Ibu Muhammad bin Sirin berasal dari Hijaz dan sangat senang dengan pakaian yang diberi pewarna. Apabila Muhammad membelikan ibunya baju, ia memilih kain yang paling lembut. Ketika tiba hari raya, ia mewarnai baju untuk ibunya. Tidak pernah sekalipun aku melihat Muhammad berbicara dengan suara keras kepada ibunya. Saat berbicara, ia tak ubahnya seorang yang memperhatikan pembicaraan orang lain.
Saudaranya menuturkan, “Tidak pernah sekalipun aku melihat Muhammad berbicara kepadanya ibunya, keculi dengan merendahkan diri. Ibu ‘Aun berkata, “Ketika Muhammad berbicara dengan ibunya, orang yang melihatnya akan mengira bahwa ia sedang sakit karena suaranya sangat rendah.
Bibnu ‘Aun al-Muzai, ketika sang ibu memanggilnya, ia menjawab dengan suara lebih tinggi. Maka, ia menebus kekhilafannya itu dengan memerdekakan dua orang budak.
Muhammad ibn Sirin menceritakan, “Pada masa Khalifah Utsman ibn Affan, harga kurma mencapai 1000 dirham. Anehnya, Usman malam membelah kurma-kurmanya lalu mengeluarkan jummar (daging kurma yang paling lunak) kemudian diberikan kepada ibunya untuk dimakan. Orang-orang bertanya keheranan, “Mengapa engkau lakukan itu, pdahal engkau tahu, sekarang harga kurma bisa mencapai 1.000 dirham? Ustman menjawab, “[Kaena] ibuku memintanya. Apapun yang ibuku minta, jika aku bisa melakukannya, pasti aku penuhi.”
Dari Mundzir ats-Tsauri dia berkata, “Muhammad bin al-Hanafiyah biasa mencuci rambut ibunya dengan al Khathmi (nama tumbuhan pembersih kutu rambut), lalu menyisirnya, mencari kutunya dan mengalirkannya.”
Abdullah bin Ja’far bin Khaqan al-Maruzi (Bandan) berkata , “Muhammad bin Basyir bin Utsman pernah berkata, ‘Pernah ketika saya bermaksud untuk keluar (setelah saya mengumpulkan hadits-hadits dari para ulama Basrah), ibu saya melarang. Saya pun mentaati larangan ibuku. Karena ketaatanku itu saya mendapatkan berkah.’”
Muhammad bin Munkadir berkata, “Pernah semalaman saya memijat kaki ibuku, sementara saudaraku Umar waktu itu semalaman juga melakukan shalat. Saya tidak menganggap amalan malam Umar lebih baik dari amalan malamku.”
Dari Anas bin an-Nadhr al-Asyja’i dia berkata, “Suatu malam ibu Ibnu Mas’ud meminta air. Ibnu Mas’ud pun mengambil air, lalu dibawa kepada ibunya. Ternyata ibunya telah tertidur. Maka dia pun berdiri menunggui ibunya hingga pagi.”
Al-Akhnasi pernah berkata, “Saya pernah mendengar Abu Bakar berkata, ‘Saya pernah bersama Manshur bin al-Mu’tamir duduk-duduk di rumahnya. Tiba-tiba ibunya memanggil dengan nada agak kasar, ‘Wahai Manshur, anak laki-laki Hubairah membutuhkan kamu untuk suatu urusan. Apakah kamu enggan?!’ Manshur menempelkan jenggot pada dadanya, sedikitpun dia tidak berani mengangkat kepalanya dan menghadapkan wajah kepada ibunya.”
Sofyan bin Uyainah berkata, “Seorang lelaki datang dari bepergian, lalu melihat ibunya sedang melakukan shalat. Dia tidak mau duduk jika ibunya beridiri. Kemudian ibunya mengerti apa yang dikehendaki anaknya, sehingga shalatnya di panjangkan agar anaknya mendapat pahala yang lebih banyak karena berdiri menunggunya.
Pahala berbakti kepada ibu
Seorang mengatakan kepada Umar bin Khatab ra, “Aku mempunyai seorang ibu yang telah lanjut usia dan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan hidupnya selain menggantungkan semuanya kepadaku. Apakah dengan demikian aku telah menunaikan hak ibuku? Umar bin Khatab menjawab, “Tidak. Sebab dulu ketika orangtuamu melakukan hal itu, ia berharap agar engkau bertahan hidup. Sebaliknya, engkau berjuang menghidup ibumu, sementara dirimu menginginkan agar cepat berpisah dengannya. Namun bagiamana pun, engkau telah berbuat baik dan Allah akan memberi pahala yang banyak atas perbuatan yang sedikit.
Ibnu umar melihat seseorang membawa ibunya di atas tengkuknya melakukan thawaf di keliling Ka’abah, disaat thawaf ia berkata, Aku adalah kendaraan yang tunduk padanya. Kendaraan mereka kelelahan, tapi aku tidak pernah lelah.
Dan ia berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Umar, apakah menurut engkau aku telah cukup membalas budi kepadanya? Ibnu Umar berkata, “Belum, meskipun senilai satu susuannya. Akan tetapi engkau telah berbuat baik kepadanya dan Allah swt akan memberikan balasan kepadamu atas perbuatanmu yang sedikit itu.
Nabi Musa as ingin mengetahui siapa sahabatnya di surga, maka beliau pun bermunajat, “Ya Illahi! Tunjukkan kepadakum siapakah sahabatku di surga?”
Pergilah kau ke kota ini dan menjulah ke pasar anu, maka kau akan bertemu dengan seorang pria penjual daging dengan paras demikian. Dialah orangnya yang menjadi kawanmu kelak di surga,” firman-Nya.
Setelah memperoleh petunjuk wahyu tersebut, Nabi Musa as segera berangkat mencarinya, hingga sampailah di tempat tujuan. Berliau berdiri di sana sampai matahari terbenam. Orang itu mengambil sekerat daging, bertanyalah Nabi Musa as, “Apakah anda punya tamu?
Betul, saya punya tamu,”jawabnya.
Maka diajaklah Nabi Musa masuk ke rumahnya, dan ia segera berdiri memasak keratan daging yang dimasukkan ke dalam keranjang tadi, dan sewaktuia mengeluarkan isi keranjang, terlihatlah seorang nenek lemah bagai anak merpati. Pria itu mengangkatnya, dan menyuapinya, hingga pria itulah yang mencuci dan menjemurkannya, lalu sesudah kering ia pakaikan pada nenek tersebut, kemudian dimasukkan lagi ke keranjang tempat semula.
Nenek itu menggerakan bibirnya, entah apa yang diucapkannya. Namun sebagai seorang Nabi. Mus as tahu pasti isi ucapan nenek itu, akni doa yang ditujukan kepada anaknya. Nenek itu berdoa, “Ya Allah! Tempatkanlah anakku bersama Nabi Musa di surga.”
Kemudian pria itu mengangkat nenek tersebut, menanggalkan pada sebatang kayu. Ketika di tanya oleh Nabi Musa, “Mengapa engkau perlakukan seperti itu?
“Nenek ini adalah ibu kandungku, ia telah lemah tiada berdaya untuk duduk sendiri, “Jawabnya. Akhirnya Nabi Musa pun berkatam “Terimalah kabar gembir untukmu, dan kenalkan, aku adalah Nabi Musa, engkaulah sahabatku kelak di surga. Meudah-mudahan perjumpaan kit ananti di surga dimudahkan oleh Allah swt berkat keagungan asa-Nya yang indah, dan berkat kemuliaan Nabi Muhammad saw, makhluk paling utama.
Pemuda dari Dasar Samudera, pada suatu saat, Nabi Sulaiman as melakukan perjelajahan wilayah di antara langit dan bumi, hingga tibalah beliau di samudera yang dalam dengan ombak yang besar. Lalu belau memberikan isyarat supaya angin berhenti, dan saat itu juga secara serentak angin berhenti mematuhi perintahnya. Sedangkan jin ifrit yang menerima giliran supaya menyelam ke dalam samudera melhat sebuah mutiara putih yang rapat, tiada bercelah. Maka ia pun membawanya keluar menyerahkannya ke hadapan Raja Sulaiman as. Raja sangat kagum memandangnya seraya berdoa.
Berkat doa beliau, bergeserlah daun pintunya dan terbukalah kubah itu. Dan yang lebih mengagumkan lagi, di dalamnya terdapat seorang pemuda yang sedang bersujud. Lantas Nabi Sulaiman bertanya, “Siapakah anda, dan dari jenis malaikat, jin ataukah manusia?
Aku adalah manusia biasa, jawab pemuda itu. “Berkat amal apakah yang membuatmu mendapatkan kemuliaan seperti ini? Tanya beliau.
Dengan berbakti kepada orang tua. Disaat menginjak usia lanjut, ibu kugendong diatas punggungku, dan di saat itulah terdengar darinya sebuah doa berikut, “Ya Allah berikanlah sifat qonaah kepadanya, dan berikan pula tempat untuknya mati sepeninggalku, bukan di bumi dan bukan pula di langit.”
Kemudian sesudah ibu tiada, maka aku berlibur di pantai, dan terlihatlah sebuah mutiara, aku menghampiri dan masuki ke dalamnya. Tiba-tiba kubah bergerak, melaju dengan seizin Allah swt dan aku menghmpirina dan masuk ke dalamnya. Tiba-tiba kubah bergerak dan melaju dengan seijin Allah swt dan aku pun tidak tahu pasti, diudara ataua di bumikah aku berada? Namun aku tetap memperolah rezzeki dari Allah yang disediakan di dalam, “Jawab pemuda mestirius itu.
Beliau bertanya lagi, “Dengan jalan apakah Allah memberikan rezeki?
Saat perutku terasa lapar, Allah menciptakan sebuah pohon berbuah, maka dari buah-buahan tersebutlah aku makan jawabnya.
Beliau bertanya lagi, “Bagaiman dengan minumannya?”
Saat aku terasa haus, keluarlah dari pohon tersebut air putih melebihi susu, dan manis melebihi madu, serta dingin melebihi salju, “Jawabnya.
“Bagaimana kau mengetahui waku siang dan malam?
Ketika terbit fajar subuh, berubahlah kubah menjadi putim dengan ini akau thau bahwa siang hari telah tiba dan saat metahari terbenam, berubahlah kubah menjadi gelap, hingga aku tahu pasti bahwa malam hari telah tiba, jawabnya.
Mengakhiri dialognya dengan Nabi Sulaiman as ia panjatkan dia kepada Allah swt, lalu menutuplah pintu kubah dan pemuda itu menetap di dalamnya seperti semula.
Wahai Tuhanku, kasih sayangilah ibu bapakku, sebagaimana mereka telah memeliharaku dengan kasih sayang sewaktu aku masih kecil (QS Al-Israa [7]23-24)
Ya Allah ampunilah dosa-dosa ibu dan bapakku, jauhkanla dia dari adzab kubur, siksa neraka dan masukanlah ke dalam surga Firdaus, bersama para Nabi, mujahidin dan orang-orang sholeh
Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya di akhirat kelak ia akan bersama-sama dengan para nabi, orang-orang yang jujur dalam beriman, orang yang mati syahid dan orang-orang shalih yang telah Allah beri nikmat. Mereka itu adalah teman-teman yang sangat baik bagi orang-orang mukmin. (QS. An-Nisa 69 )
Wahai Muhammad, apakah sama orang yang mengerti tentang kebenaran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dengan orang yang buta terhadap kebenaran? Sesungguhnya hanya orang-orang yang memiliki akal sehat yang memperhatikan perbedaan itu, yaitu orang-orang yang mau menyempurnakan janjinya kepada Allah dan tidak merusak perjanjiannya itu, orang-orang yang mau menyambung silaturahmi yang Allah perintahkan kepada mereka, mereka yang takut kepada Tuhan mereka dan takut akan balasan yang buruk di akhirat atas perbuatan mereka di dunia. Orang-orang yang bersabar mencari keridhaan Tuhan mereka, mereka melaksanakan shalat mengeluarkan zakat secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan dari sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka membalas perbuatan buruk dengan perbuatan baik. Mereka itu akan mendapatkan balasan yang baik kelak di akhirat, yaitu surga ‘Adn. Mereka akan memasuki surga itu bersama nenek moyang (bapak-bapak) mereka yang shalih, istri-istri mereka dan anak keturunan (cucu) mereka. Malaikat masuk ke tempat mereka dari setiap pintu. Para malaikat mengucapkan, “Salam sejahtera bagi kalian karena kesabaran yang telah kalian lakukan di dunia. Dan sungguh bagi kalian balasan yang baik di akhirat (QS Ar-Ra’d[13]19-24)
Wahai Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau karunikan kepadaku dan kepada ibu bapakku. Jadikanlah aku orang yang bermal shalih yang Engkau ridhai, berikanlah kebaikan kepadaku dan kebaikan keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhlah aku termasuk orang-orang yang taat kepada syairat-Mu (QS. 46-15)
Ya Allah berilah selalu kepada mereka rahmat, hidayah dan petunjuk-Mu selalu, hingga sisa waktunya untuk selalu beribadah, taat kepada-Mu, terus meningkatkan amal shaleh, takut kepada-Mu dan dijauhkan dari berbuat maksiat.
Ya Allah karuniakan pada mereka khusnul Khatimah
Ibu bapak maafkanlah anakmu, karena belum bisa membalas kebaikanmu
Dari anakmu yang belum bisa membalas budi. [syahid/AbuAzzam/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!