Kamis, 5 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Mei 2014 14:18 wib
15.621 views
Kasus JIS, Buah dari Pendidikan Sekuler
Oleh: Ummu Audah
Baru-baru ini banyak diberitakan peristiwa “pedofilia” yang terjadi di sekolah Jakarta International School (JIS) (Detik.com Jumat, 25/04/2014). Hebohnya kasus ini terjadi di SBI (sekolah bertaraf internasional). Yaitu model sekolah yang dikembangkan di Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3. Dalam ketentuan ini, pemerintah didorong untuk mengembangkan satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Standar internasional yang dituntut dalam SBI adalah Standar Kompetensi Lulusan, Kurikulum, Prosees Belajar Mengajar, SDM, Fasilitas,Manajemen, Pembiayaan, dan Penilaian standar internasional. Dalam SBI, proses belajar mengajar disampaikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Peristiwa perusakan anak (pedofilia) di lingkungan JIS adalah bukti nyata yang semestinya membukakan mata seluruh masyarakat di Indonesia tentang standar kualitas pendidikan.Sekolah bertaraf internasional gagal memberi bukti nyata mewujudkan pendidikan yang berkualitas.Artinya masih jauh antara harapan dengan realitanya. Sekolah bertaraf Internasional telah gagal dalam menyelenggarakan pendidikan yang menjaga kehormatan manusia.Dan mewujudkan apa yang menjadi tujuan pendidikan.
Mengapa hal ini terjadi ?
Sejak digulirkan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional, Sekolah-sekolah pun berlomba-lomba meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tujuan untuk mendapatkan gelar atau sebutan antara lain; SSN (Sekolah Standar Nasional), RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), dan SBI (Sekolah Bertaraf Internasional). Sekolah yang mendapatkan ketiga predikat tersebut akan meningkatkan nilai jual sekolah tersebut. Jadi target utamanya memang meningkatkan pangsa pasaratau bahasa kerennya adalah kapitalisasi pendidikan.
Selain itu ketiadaan landasan aqidah yang benar yang mendasari sistem pendidikan kita.Sekulerisme justru menjadi pondasi untuk membangun sistem pendidikan ini. Terlihat memang kualitas yang dijanjikan semuanya hanya berukuran materialistik semata, tidak ada jaminan penjagaan dan upaya membangun nilai-nilai kemuliaan sebagai manusia. Jadi memang sejak awal tidak ada perhatian khusus terhadap proses pendidikan sebagai upaya membentuk sosok manusia yang luhur. Rumusan standar kualitas yang selalu mengekor negara barat.Masyarakat menganggap bahwa pendidikan yang bertaraf international yang berpijak pada Barat akan bagus segala-galanya. Padahal nilai-nilai sekulerisme, liberalisme, permisifisme melekat didalamnya.Ini juga yang kemudian berdampak cara pandang masyarakat terhadap tujuan pendidikan. Pendidikan dipandang sebagai investasi untuk membangun kehidupan ekonomi yang lebih baik. Karena investasi, mahal pun tidak menjadi masalah.dan itulah output pendidikan sekuler.
Walhasil, akar dari permasalahan ini semua adalah sekulerisme. Sekulerisme telah menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya budaya-budaya barat yang merusak. Dan Solusinya adalah kembali kepada sistem pendidikan Islam.Yakni pendidikan yang bertujuan membangun kepribadian yang baik, membuat orang berperilaku luhur, sekaligus pada saat yang sama sangat menguasai ilmu untuk meninggikan peradaban.
Wallahu A’lam Bis-Shawaab
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!