Selasa, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 25 Februari 2020 07:23 wib
9.218 views
Sistem Sekularisme Melahirkan Manusia Kebetulan
Oleh:
Widya Soviana, ST., M. Si
Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh
KINI manusia hidup dimana sistem kapitalisme dan sekularisme menjadi landasan dan cara pandang bagi kehidupannya. Tak bisa dipungkiri, sistem yang diadopsi oleh sebuah bangsa yang masih terikat dengan pengaruh bangsa lain, pasti menghasilkan orang-orang yang kehilangan jati dirinya. Mereka dipaksa untuk memiliki wajah ganda dan menjadi pribadi hamba sahaya. Asal Bapak dan Ibu senang biarlah diri menjadi hamba dunia.
Sekiranya otak dijadikan alat untuk berlogika dan hati untuk melihat kebenaran, itu masih sulit pula. Sebab, hati telah terbeli dan otak pun telah lama tidak berfungsi. Alhasil, banyak ditemui dimana-mana manusia yang menjalani hidup secara kebetulan, sebab kebetulan lahir di dunia. Konsep kebetulan itu terlalu dinikmati banyak orang, sehingga potensi tertinggi manusia sebagai makhluk yang berakal pun ditelan oleh konsep pemisahan beragama dalam kehidupan.
Betapa semua yang beriman didikte untuk meninggalkan agamanya di banyak tempat, di sekolah, di kantor, di pasar, di jalan, di restauran, di tempat-tempat penginapan, di pantai, di gunung, di kebun, di ladang hingga di meja peradilan. Orang-orang dilarang untuk membawa-bawa agama, dengan alasan dasar negara. Maka, agama hanya boleh ada di rumah ibadah saja, atau setidaknya hanya sampai di rumah-rumah.
Sesiapa yang membawa-bawa agama, maka telah dituduhlah sebagai pengacau kehidupan berbangsa dan benegara. Sebab agama sudah divonis pula musuh pancasila, mengancam kedaulatan negara. Dan manusia-manusia fasik pun mengangguk-angguk tanda setuju. Begitu pula manusia kebetulan, kehilangan akal telah membuatnya berfikir sebatas apa yang didengar. Manusia kebetulan tidak mampu berfikir mendalam.
Berfikir tentang manusia, alam dan kehidupan. Tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Tentang apa, mengapa dan bagaimana. Tentang kapan dan dimana. Manusia kebetulan hanya menjalani kehidupan mengikuti pribahasa yang ada di dalam ingatan, "dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung". Padahal, tidak pula kesitu maksud pribahasa itu.
Begitulah sistem sekularisme ini telah melahirkan manusia-manusia kebetulan. Kebetulan beriman, padahal tidak pernah mencari Tuhan. Kebetulan membaca Al Qur'an, padahal belum yakin itu kitab kebenaran. Kebetulan beragama Islam, padahal tak pernah mau tau tentang perintah dan larangan. Sehingga, mudahlah bagi manusia-manusia kebetulan tersebut, ketika pagi beriman kemudian kafir di sore harinya atau beriman di waktu sore dan kafir di pagi harinya.
Di dalam Al Qur'an, Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kalian di dalam Al-Qur’an, bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di dalam Jahannam.” (TQS. An-Nisaa’ ayat 137-140).*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!