Jum'at, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Juli 2019 10:18 wib
6.963 views
Duta GenRe Kalbar 2019, Corong Liberalisasi Generasi?
Oleh: Rut Sri Wahyyningsih
BKKBN Kalimantan Barat dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional, 15 Mei lalu, mengadakan acara pemilihan Duta Genre ke 9 seKalimantan. Radliatul Adawiyyah (17) terpilih sebagai Duta Genre 2019. Ia berasal dari Kabupaten Sambas dan saat ini sedang menempuh pendidikan di bangku SMA. Program silver genRe yaitu share ilmu versi remaja generasi berencana dengan menyasar remaja untuk menjadikan zero di tiga sektor (zero tidak menikah muda, zero seks bebas, dan jauhi narkoba). Duta Genre ini diadakan serentak dengan Hari Anti Narkoba Internasional.(pontianakpost.co.id,27/06/19).
Tak bisa dipungkiri, remaja memang pihak yang paling rentan menghadapi gempuran kebebasan dan kemajuan teknologi. Ini semua bukan tanpa sebab. Faktanya, telah terjadi pengikisan arah pandang terhadap makna generasi berencana yang berusaha disuntikkan pada pemikiran remaja.
Keluarga menjadi tempat awal bagi remaja untuk mencegah pengaruh buruk dari luar. Keluarga adalah tempat awal anak mengenal akidah dan kemudian menguatkannya, menjadikannya arah pandang dalam hidupnya yang nantinya menjadi benteng. Sayangnya, kini semakin sedikit keluarga yang paham visi mulianya. Padahal bagi keluarga muslim hal itu telah diperintahkan Allah dalam Alquran Ath Tahrim 66:6, yaitu seruan bagi setiap kepala keluarga agar menjaga keluarganya dari api neraka.
Kaum Kafir barat dengan gerakan feminisnya berusaha menarasikan sumber dari penderitaan wanita adalah karena dalam institusi keluarganya dia tak punya banyak hak mengatur dan membuat keputusan. Maka berbagai upaya dilakukan guna mendorong perempuan untuk berdaya secara finansial. Melupakan tugas mulianya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Sebagai dampaknya anak yang beranjak remaja harus puas berkeluh kesah dengan anak sebayanya atau malah tenggelam dengan gadget dan narkoba. Terlebih dengan teknologi 4.0 hal itu mudah didapatkan. Kemaksiatan masuk rumah semudah gadget masuk kantung saku sekolah mereka.
Jelas makin berat beban keluarga hari ini. Karena masyarakat dimana sebuah keluarga tinggal pun tak mampu menjadi sandaran meringankan bebannya. Sikap individualistis juga sekuler menjadi cara pandang masyarakat kekinian. Maka batasan halal haram, baik buruk menjadi kabur. Remaja yang agamis namun tak menolak eksis ala milenialis justru jadi publik figur. Sementara remaja yang menundukkan pandangan dan menjaga kehormatannya dianggap radikal.
Kegamangan jati diri ini jika terus berlanjut akan menimbulkan sikap apatis. Berapa banyak remaja yang merasa gagal karena tidak mendapat support yang tepat dari keluarga dan masyarakat. Sudah bisa dipastikan, gerakan genre bagi remaja ini hanyalah sebagai corong ide liberalisasi agar semakin dalam diterima oleh generasi muda. Tak ada pencapaian optimal mereka selain meraih kebebasan atas diri sendiri untuk berbicara, berprilaku dan memiliki. Islam jelas tak memiliki tempat dalam program ini. Definisi batil inilah yang terus digaungkan dan menjauhkan dari pemahaman Islam yang benar.
Pergaulan bebas, narkoba dan menikah dini tak akan menjadi momok jika para remaja ini diberi pengarahan yang tepat. Yaitu penanaman akidah yang kuat, agar kepribadiannya tumbuh secara seimbang antara pola pikir dan pola sikap. Islam seharusnya menjadi cara pandang yang senantiasa diterapkan dalam pendidikan baik di dalam lingkungan sekolah maupun diluar.
Gerakan remaja genre ini jelas harus ditolak dan diluruskan. Karena gerakan terencana yang dimaksudkan adalah berasal dari kebebasan individu ala sekulerisme dan liberalisme. Lihatlah, yang menentang nikah dini malah melegalkan pacaran dan seks bebas, yang menolak narkoba anehnya juga menolak remaja bertakwa yang terikat dengan Islam dan ajaran agamanya. Lebih parahnya, mereka justru melabeli pemuda seperti ini dengan teroris atau radikalis. Bagaimana mungkin program bermuka dua ini malah didukung kampanyenya? Sungguh mengherankan dan memprihatinkan bagi keberlangsungan generasi muda yang lebih baik. Wallahu a'lam bisshowab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!