Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 4 Juli 2009 12:49 wib
15.395 views
Membentuk Jiwa Kepemimpinan yang Baik
Rasulullah telah wafat dan tidak satupun ilmu yang menyangkut kebaikan umatnya baik dunia maupun akhirat melainkan telah beliau ajarkan kepada kita .Tidak satupun perkara baik itu yang menyangkut urusan yang kecil maupun besar melainkan kita akan menemukan tuntunannya dalam Al-Quran maupun hadits baik secara tersurat maupun tersirat. Beliau telah mengajarkan kita mulai dari adab yang kecil seperti buang hajat sampai masalah kenegaraan.
Apalagi berhubungan dengan masalah kepemimpinan, tidak ada di dunia ini suri tauladan yang lebih baik dari Rasulullah, baik sebagai pemimpin negara, pasukan maupun pemimpin keluarga.
Rasulullah telah mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, baik itu melalui lisannya yang mulia maupun kehidupan beliau sehari-hari yang tidak ragu lagi beliau adalah pemimpin terbaik sepanjang zaman yang tidak lain menunjukkan kesempurnaan islam sebagai aturan hidup.
Maka pada kesempatan baik ini kita akan mengulas karakteristik seorang pemimpin yang baik dengan mencontoh Rasulullah sesuai pemahaman para salafus sholih, dimana seorang pemimpin yang baik adalah yang memiliki beberapa sifat diantaranya :beriman, adil,ikhlas, perhatian, amanah, sabar, dll.
Diantara sifat terpenting yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah sifat adil, maka kita akan mengulasnya pada kesempatan ini.
PEMIMPIN YANG ADIL
Adil merupakan sifat mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim, apalagi bagi seorang pemimpin.Adil bagi seorang pemimpin merupakan satu keharusan dimana pemimpin yang adil adalah merupakan kendaraan bagi rakyatnya untuk mencapai keridhoan Allah didunia dan akhirat.Adil merupakan sifat rukun bagi segala sesuatu sampai pada sebuah bangunan karena sebuah bangunan tidak akan tegak kecuali dengan adil.begitu pula dengan keadilan langit dan bumi menjadi tegak dank arena keadilan Allah mengutus para rasul sebagaimana firmanNya :
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa."( Al-Hadid:25).
Allah memerintah kita untuk menghukumi manusia dengan adil sebagaimana firmanNya :
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat."( An-nisa:58)
Ulama tafsir mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada para penguasa supaya mereka menghukumi manusia dengan adil.
Bersikap adil menurut ulama : ”memberikan hak kepada setiap yang berhak baik itu yang baik maupun buruk ”
Jadi bersikap adil kepada anak-anak kita tidak selalu menyamakan pemberian kepada mereka tanpa melihat kepada keperluan. Ataupun memberi hukuman kepada mereka sama rata atas kesalahan tanpa melihat usia anak karena ulama mengatakan ” pada setiap kondisi ada perkataan yang sesuai ”
Bersikap adil hendaklah kepada siapa saja meskipun akan terasa pahit bagi kita ataupun menyangkut hak dan keluarga kita sebagaimana Rasulullah bersabda :
”seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya” (Hadits riwayat Imam Bukhari)
Allah berfirman :
Artinya: “seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”.( Quran surat Al-baqarah :251)
Yakni seandainya Allah tidak menegakkan kekuasaan di muka bumi demi menolak keganasan yang kuat keatas yang lemah, memberi keadilan kepada orang yang terdholimi atas yang mendholimi, niscaya yang kuat akan membinasakan yang lemah, sebagian mereka menerkam sebagian yang lain, maka keadaan menjadi tidak teratur dan tidak menentu, lalu Allah memberi karunia kepada makhluqNya dengan menegakkan kekuasaan sebagaimana firmanNya
“Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan ) atas semesta alam”
Yakni dengan menegakkan kekuasaan dibumi sehingga manusia merasa aman dan tenteram.Jadi karunia Allah keatas yang dholim adalah dengan menghentikannya dari kedholiman, dan karuniaNya atas yang terdholimi adalah memberinya rasa aman dan menghindarkannya dari kedholiman.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi bersabda : “ Tiga orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa sampai dia berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang terdholimi “ ( hadits dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan yang lain dan disahihkan oleh Ibnu Hibban)
Beliau juga meriwayatkan bahwa Nabi bersabda : “ Ada tujuh orang yang diberi naungan oleh Allah dibawah naunganNya pada hari tidak ada naungan kecuali naunganNya : pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul karenanya dan berpisah karenanya, seorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri lalu meneteskan air mata, seorang yang dipanggil oleh seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi lalu dia berkata : sesungguhnya aku takut kepada Allah Robb semesta alam, dan seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya”.( hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Katsir bin Murroh meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda : “ kekuasaan adalah naungan Allah di muka bumi setiap hambaNya yang terdholimi bernaung di bawahnya, apabila dia berbuat adil maka baginya pahala dan rakyat hendaklah bersyukur, apabila dia berbuat dholim maka dia menanggung dosanya dan rakyat hendaklah bersabar”.
( hadits riwayat Imam Baihaqi dalam Syu’abul iman ).
Qois bin Saad mengatakan :” satu hari yang dilalui pemimpin yang adil lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun “.
Masruq berkata : ”aku memutuskan perkara dengan adil satu hari lebih aku cintai daripada berjihad satu tahun “
Diriwayatkan bahwa Saad bin Ibrahim dan Abu Salamah bin Abdur Rohman dan Muhammad bin Mus’ab bin Surohbil dan Muhammad bin Sofwan berkata kepada Said bin Sulaiman bin Zaid bin Tsabit :”sungguh memutuskan perkara dengan adil satu hari lebih utama disisi Allah dari sholatmu sepanjang hidup”
Akan menjadi jelas kebenaran perkataan-perkataan ini ketika kita menyadari kebaikan yang dirasakan oleh rakyat disebabkan kebaikan para pemimpin.
Ketahuilah –semoga Allah memberi petunjuk kepadamu- bahwa manusia adalah permata dunia yang paling mulia dan memiliki kedudukan paling tinggi, dimana dengan kekuasaan maka mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia didunia dan akhirat. Pemimpin yang adil kebaikannya merata bagi semua makhluq di dunia dan akhirat,semakin merata dan meluas manfaat yang dirasakan melalui pemimpin yang adil maka semakin mulia pula kedudukannya.Tidaklah kita lihat bahwa para nabi adalah manusia yang paling mulia karena manfaat yang mereka berikan kepada umat adalah merata, karena mereka telah berusaha untuk memperbaiki umat secara keseluruhan, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan, maka tidak ada kedudukan yang lebih tinggi setelah pemimpin yang adil kecuali para nabi dan malaikat yang taat.
Tidak satupun kekuasaan didunia melainkan telah diambil atasnya syarat-syarat keadilan, disyaratkan dengan adil, dan syariat-syariat ihsan.
Sebagaimana tidak ada yang lebih tinggi daripada kedudukan pemimpin yang adil karena kebaikannya menyeluruh, demikian pula tidak ada yang lebih rendah didunia dari pada kedudukan pemimpin yang dholim karena keburukannya merata.
Apabila pemimpin adil maka negeri dan rakyat akan menjadi baik, dan kekuasaannya menjadi wasilah menuju ridho Allah dan kemenangan surga, begitu pula dengan pemimpin dholim yang merusak negeri dan rakyat, dan menyebabkan perbuatan maksiat merajalela, maka keburukannya juga akan menular kepada negeri dan rakyatnya.
Dan itu karena apabila penguasa berbuat adil maka keadilan menyebar keseluruh rakyatnya dan mereka akan menegakkan timbangan dengan adil, dan mereka berbuat adil satu sama lain, dan mereka mentaati undang-undang keadilan, dengan begitu lenyaplah kebatilan dan kedholiman, dan bumi mengeluarkan keberkahannya, perdagangan bertambah maju dan pertanian berkembang, binatang ternak berkembang biak, harga-harga menjadi stabil, orang dermawan dimuliakan dan orang bakhil dicela, keadilan ditegakkan dan lain sebagainya.
Dan apabila penguasa berbuat dholim maka menyebarlah kedholiman keseluruh negeri dan rakyat, agama menjadi lemah, harga diri di injak-injak, perbuatan maksiat merajalela, amanah tidak ditunaikan, mereka mencurangi timbangan dan takaran sehingga keberkahan diangkat dari bumi, langit menahan hujannya, bumi tidak mengeluarkan tanamannya,mereka enggan membayar zakat, mereka tidak memiliki kontrol diri, menyebarlah dikalangan mereka sumpah-sumpah palsu, kecurangan dalam jual beli, dan penipuan dalam muamalah, tidak ada yang dapat menghalangi mereka dari mencuri dan zina kecuali rasa malu, maka barang siapa yang hidup dalam keadaan seperti itu maka hidup didasar bumi lebih baik baginya dari pada permukaannya.
Wahab bin Munabih berkata :” apabila seorang pemimpin berniat atau telah berbuat dholim maka Allah akan menimpakan kekurangan pada rakyatnya di pasar-pasar, sawah-sawah dan disetiap tempat. Dan apabila dia berniat atau telah berbuat kebaikan dan keadilan maka Allah akan memberikan keberkahan kepada penduduk negerinya juga.
Umar bin Abdul Aziz berkata : ” orang-orang awam binasa karena perbuatan para pembesar, dan para pembesar tidak binasa karena perbuatan orang awam.
Dalam hal ini Allah berfirman :
"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya." (Al-Anfal:25)
Berkata Walid bin Hisyam : ” sesungguhnya rakyat akan rusak dengan rusaknya pemimpin dan akan baik dengan baiknya pemimpin”
Berkata Sufyan Atsauri kepada Abi Ja’far Al- Manshur : ”sesungguhnya aku mengenal seseorang jika dia baik maka baik pula umat dan jika dia rusak maka rusak pula umat ”. Dia berkata : siapa dia ? Beliau berkata : anda !
Berkata Ibnu Abbas :” seorang raja keluar dari istananya sembunyi-sembunyi, lalu dia singgah di tempat seorang yang memiliki sapi, dia mampu memerah susu yang banyak setara dengan tiga puluh ekor sapi, maka sang raja takjub dan berniat untuk mengambilnya, maka ketika dia datang keesokan harinya dia hanya mampu memerah setengah dari kemarin, maka raja bertanya : ada apa gerangan susunya berkurang ? bukankah dia digembala di tempat yang sama ? dia menjawab : benar, tetapi saya mengira bahwa raja berniat mengambilnya maka berkuranglah susunya, karena apabila raja berniat atau berbuat dholim maka lenyaplah keberkahan, maka raja berjanji kepada Allah untuk tidak mengambilnya, lalu dia datang lagi keesokan harinya ternyata dia mampu memerah sapinya setara dengan tiga puluh ekor sapi, lalu raja bertaubat dan berjanji kepada Robnya: sungguh aku akan berbuat adil selama sisa hidupku”
Ada satu kisah yang masyhur di maroko bahwa seorang raja mendengar ada seorang wanita yang kebunnya menghasilkan tebu yang manis, yang satu tebunya menghasilkan air tebu satu wadah, lalu sang raja berniat untuk mengambilnya, kemudian dia mendatangi wanita tersebut dan bertanya tentang hal itu lalu dia berkata : benar ! kemudia dia memeras tebunya dan hanya menghasilkan air tebu kurang dari setengah wadah.Maka raja bertanya : mana kenyataan yang sampai kepadaku ? maka wanita tadi berkata : seperti itulah kenyataannya tapi penguasa telah berazam untuk mengambilnya, maka diangkatlah keberkahannya. Lalu sang raja bertaubat dan mengikhlaskan niatnya kepada Allah untuk tidak mengambilnya selamanya. Kemudian dia disuruh memerasnya ternyata menghasilkan sepenuh wadah.
Dan banyak sekali kisah-kisah nyata yang membuktikan bahwa kedholiman penguasa dapat menyebabkan diangkatnya keberkahan atas umatnya.
Para ahli sejarah telah meriwayatkan dalam kitab-kitab mereka : dizaman Hajjaj apabila manusia bertemu satu sama lain mereka saling bertanya : siapa yang terbunuh tadi malam dan siapa yang disalib dan siapa yang di cambuk dan siapa yang dipotong ? dan semacamnya.
Ketika khalifah Walid berkuasa, kebetulan beliau adalah orang yang memperhatikan pabrik-pabrik, maka manusia dizamannya selalu bertanya tentang bangunan dan pabrik-pabrik , sungai-sungai dan tanaman.
Dan ketika Sulaiman bin Abdul Malik memerintah, dan beliau orang yang memperhatikan nikah dan makanan, maka manusia selalu bercerita tentang makanan yang mewah dan mereka memudahkan pernikahan dan, mengisi majlis mereka dengan cerita tersebut.
Dan ketika Umar bin Abdul Aziz memerintah manusia biasa saling bertanya: berapa yang kamu hafal dari Alquran, berapa wiridmu setiap malam, berapa yang dihafal fulan dan kapan dia khatam dan berapa hari dia berpuasa setiap bulan ? dan semacamnya.
Begitulah kenyataannya bahwa kebaikan seorang pemimpin berimbas kepada kebaikan rakyat dan negerinya, dan rusaknya seorang pemimpin berimbas pula bagi kerusakan rakyat dan negerinya.
Wallahu A’lam bishowab
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!