Sabtu, 6 Rajab 1446 H / 4 Januari 2025 15:12 wib
3.578 views
Akmal Sjafril: Pluralisme, Penyimpangan dalam Konsep Beragama
BANDUNG (voa-islam.com) - “Pluralisme agama itu menganggap semua agama sama benarnya, padahal kalau kita melihat konsep Tuhan semua agama tidaklah sama,” ungkap Akmal Sjarfil, pendiri Sekolah Pemikiran Islam (SPI) pada hari Kamis (02/01/2024) malam di Masjid Istiqomah Bandung, dalam materi Pluralisme Agama.
Menurut penuturan Akmal, pluralisme agama telah dinyatakan sebagai pemikiran yang menyimpang dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2005. Namun meski demikian wacana pluralisme agama terus digaungkan secara bebas seolah-olah ia telah diterima oleh umat muslim di Indonesia.
“Sebetulnya MUI sendiri telah mengeluarkan definisi mengenai pluralisme ini dan lebih menitikberatkan pada suatu paham yang menjadikan semua agama adalah sama. Karena itu kebenaran agama menjadi hal yang relatif, dimana setiap pemangku agama tidak boleh mengklaim bahwa agamanya saja yang benar sedangkan yang lain tidak,” jelas Akmal.
Lebih lanjut, Akmal menyebutkan bahwa pluralisme ini seringnya dikaitkan dengan toleransi padahal toleransi itu artinya kita menerima saja kehadiran agama lain, bukan berarti kita ikut berpartisipasi atau mengakui kebenaran agama mereka. “Objek agama itu kebenaran hak dan bathil dan semua agama punya konsep sendiri-sendiri. Agama itu bukan karangan sendiri namun harus jelas asal usulnya dan hanya di Islam yang nama ada didalam kitab suci (Al-Qur;an),” ujar pria berdarah Minang tersebut.
Akmal pun menambahkan bahwa munculnya tren-tren pluralisme seperti humanisme sekuler, teologi global, sinkretisme, filsafat perenial (hikmah abadi), dan teosofi-freemasonry ini direpresentasikan oleh para cendekiawan-cendekiawan yang berkeyakinan bahwa semua agama itu benar. “Selain itu, terjadi juga perusakan fakta-fakta sejarah dan hal itu mereka lakukan karena mereka tahu bahwa sejarah itu powerful bisa menyampaikan kebenaran dan bukti yang dapat melemahkan paham pluralisme ini,” tegas Doktor Ilmu Sejarah Universitas Indonesia tersebut.
Allisa Imaniyah, salah seorang murid SPI Bandung Angkatan-10 mengutarakan opininya “Insight yang aku dapetin semalam itu mind blowing sekali. Pluralisme ini ternyata berbeda dengan toleransi. Kalau toleransi hanya menerima keberadaannya tanpa mencampuri urusan aqidah, akhlak dan fiqihnya; sedangkan pluralisme seperti tidak jelas batasannya karena menganggap semua agama benar. Kalau benar semua, gimana standar kita dalam beriman ya?” ujar wanita kelahiran Bandung tersebut.
Kemudian Allisa menambahkan, “banyak orang-orang yang semakin tidak masuk akal cara berpikirnya, sudah ada kebenaran yang nyata di Islam lengkap dengan petunjuk dan arahanya tapi mereka memilih jalan yang lebih ribet. Agama yang jelas itu Islam yang berasal dari wahyu bukan buatan manusia. Mereka terlalu banyak ideologi-ideologi yang tidak jelas karena semua agama mereka anggap benar, padahal kebenaran agama lain itu relatif dibuat-buat jadilah hilang karakteristiknya.” (Saffinatul Choeriyah/Ab)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!