Rabu, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 9 November 2022 08:13 wib
13.773 views
Masjid Istiqlal Gelar Shalat Gerhana Bulan
JAKARTA (voa-islam.com)--Masjid Istiqlal Jakarta menyelenggarakan shalat gerhana bulan, di lantai utama Masjid Istiqlal, Selasa (8/11), setelah menunaikan shalat Magrib berjamaah.
Penyelenggaraan shalat gerhana bulan dilaksakan setelah adanya imbauan dari Kementerian Agama (Kemenag RI) bahwa berdasarkan data astronomis, gerhana bulan total (GBT) terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada 8 November 2022. Khusus di DKI Jakarta, puncak gerhana bulan terjadi pada 17:59 WIB.
Khutbah Gerhana Sebagian dari Tanda Kebesaran Allah SWT
Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 190 s.d. 191,
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۞الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ۞
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran ayat 190 s.d. 191)
Peristiwa Gerhana Bulan Total (GBT) merupakan salah satu di antara banyak tanda-tanda kebesaran Allah SWT, Al-Qur'an menyebutnya sebagai ayat, sebagaimana yang Allah SWT firmankan pada QS. Ali Imran ayat 190 s.d. 191. Terdapat dua jenis ayat, yaitu ayat yang terucap (Al-Qur`an) dan ayat yang tercipta (Alam Semesta).
Dalam Bahasa Arab, sinonimi lafadz "ayat" salah satunya adalah "alamat", keduanya bermakna "tanda", namun lafadz "ayat" dan "alamat" penggunaannya berbeda. Alamat adalah tanda yang menunjukan kita ke suatu tempat yang kita tuju, sedangkan ayat yang menyampaikan kita kepada Allah SWT, kebesaran-Nya, keagungan-Nya dan kemahakuasaan Allah SWT.
Gerhana bulan ini merupakan ayat atau tanda yang akan mengantarkan kita pada kemahakuasaan-Nya Allah SWT. Di tengah maraknya mitos dari zaman ke zaman, pada masa Rasulullah SAW juga terdapat mitos mengenai gerhana, yaitu ketika putra Nabi SAW yang bernama Ibrahim meninggal tepat ketika terjadi gerhana parsial di Madinah saat itu, maka orang-orang mengaitkan kematian putra Nabi SAW dengan gerhana tersebut.
Namun, Nabi SAW mengoreksi pandangan masyarakat tersebut dengan sabdanya,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadist tersebut, jelas bahwa peristiwa gerhana merupakan ayat menunjukan bahwa Allah SWT maha kuasa, cahaya bulan dan matahari yang terlihat terang benderang, namun atas kekuasaan Allah SWT, bisa saja menghilangkan sinar dan cahaya itu.
Hilangnya cahaya bulan saat gerhana, ialah isyarat bagi ulul albab bahwa gerhana adalah miniatur proses terjadinya kiamat. Sebagaimana yang diterangkan dalam firman-Nya pada Al-Qur'an surat Al-Qiyamah ayat 6 s.d. 12,
يَسْـَٔلُ اَيَّانَ يَوْمُ الْقِيٰمَةِۗ ٦ فَاِذَا بَرِقَ الْبَصَرُۙ ٧
وَخَسَفَ الْقَمَرُۙ ٨
وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ ٩
يَقُوْلُ الْاِنْسَانُ يَوْمَىِٕذٍ اَيْنَ الْمَفَرُّۚ ١٠
كَلَّا لَا وَزَرَۗ ١١
اِلٰى رَبِّكَ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْمُسْتَقَرُّۗ ١٢
Artinya: "Dia bertanya, “Kapankah hari Kiamat itu?” Apabila mata terbelalak (ketakutan), bulan pun telah hilang cahayanya, serta matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata, “Ke mana tempat lari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung. (Hanya) kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu." (QS. Al-Qiyamah ayat 6 s.d. 12).
Dengan firman Allah SWT di atas, kita dapati hikmah bahwasanya jangan takut kepada gerhananya, melainkan yang menciptakan gerhana tersebut. Sebagaimana juga dalam Al-Qur'an surat Fushshilat ayat 37, Allah SWT berfirman,
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيۡلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمۡسُ وَٱلۡقَمَرُۚ لَا تَسۡجُدُواْ لِلشَّمۡسِ وَلَا لِلۡقَمَرِ وَٱسۡجُدُواْ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Artinya: "Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, mata-hari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. Fushshilat: 37)
Diikuti oleh masyarakat umum, dalam pelaksanaannya, Shalat Gerhana Bulan diimami oleh H. Ahmad Muzakkir Abdurrahman, Lc. Adapun yang bertugas sebagai bilal ialah H. Saiful Anwar, S.Pd.I dengan maqro QS. Ali Imran 3 : 190 dan QS. Fusshilat 41 : 37.*
Sumber
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!