Sabtu, 17 Jumadil Awwal 1446 H / 20 Oktober 2018 12:21 wib
4.938 views
Bertahan dari terjangan Lumpur Liquifaksi, Asmudin Kehilangan Cucu Kembar
SIGI (voa-islam.com), Keindahan pemukiman desa Jono Oge yang dikelilingi bukit dan pegunungan Sigi-Donggala pada Jumat magrib (28/10/2018), tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan. Getaran dahsyat gempa di lautan Sulawesi menyambar hingga ke desa yang dikelilingi hampadan hijaunya persawahan. Asmudin yang tengah berada di dalam rumah, sontak keluar menghindar Runtuhan bangunan.
Ketua RT RT. 01 desa Jono Oge, Dusun Dua, Kec. SIGI Biromaru Kab. Sigi itu sempat berbalik arah berusaha menyelamatkan istri dan keluarganya dari dalam rumah, setelah ia bersama keluarga dan warga berusaha berlari ke arah utara pemukiman, tepatnya menuju akses jalan raya desa, mendadak tiang-tiang listrik berjatuhan.
Asmudin mengaku kaget, lalu hendak berlari ke arah lain, namun tidak bisa. "Tiba-tiba dari arah timur bunyi krak.. Krak.. Tanah lumpur dari arah timur datang seperti ombak, kami masuk ke dalam tanah setinggi pinggang," ujar pria berusia 50an lebih itu.
Asmudin mengaku pasrah saat diri dan keluarganya terbawa derasnya lumpur, namun belum sempat menarik nafas, dari arah barat muncul gelombang balik lebih besar. Asmudin yang memegangi keluarganha dipukul kembali oleh arus balik lumpur.
"Suasananya gelap, orang banyak yang berteriak tolong, tubuh saya sudah terendam lumpur sampai batas dada,"ungkapnya mengisahkan.
Di tengah-tengah arus yang menghanyutkan Asmudin dan keluarga, dia berusaha menggamit papan kayu. Saat berhasil meraih papan tersebut, dia menaruh anak, istri, dan keluarganya duduk di atas papan.
Namun, tak bertahan lama, arus deras selalu mengganggu papannya terbalik. Tak menyerah, Asmudin tetap berusaha memegang papan itu hingga bisa dipergunakan oleh anggota keluarganya.
Arus lumpur terus membawa Asmudin dan keluarga hingga terhenti di sebuah tepian tanah lebih keras. "Saat arus tidak mendorong saya lagi, saya coba gerakkan kaki dan menginjak-injak tanah yang lebih keras. Akhirnya, saya bisa keluar dari tanah, lalu menyelamatkan keluarga saya," katanya.
Asmudin memiliki sebelas keluarga, namun ia hanya bisa menyelamatkan sekira tujuh orang anggota keluarganya. Seperti istri dan anak-anaknya. Nahas, Asmudin harus kehilangan dua cucu kembarnya beserta sang ibu anak tersebut.
"Ini anak laki-laki saya, anaknya dua kembar hilang bersama istrinya, belum ditemukan," ujar Asmudin sembari menunjukkan kepasa anak muda yang jongkok disampingnya.
Saat Asmudin bercerita kepada voa-islam di pengungsian di desa Pombewe, Kab. Sigi, nampak di wajahnya parut-parut memar. Kenapa wajah bapak? Voa-islam bertanya. "Ini luka, entah kena apa saja, segala macam kayu, batu, dan apa saja menghantam kami,"tuturnya.
Memar seperti itu, voa-islam lihat pula pada tubuh anggota keluarganya di pengungsian. Bahkan, anggota keluarganya ada yang masih terlihat luka-luka cukup besar baru mengering.
Kini Asmudin bersama keluarga warga desa Jono Oge yang tersisa hanya bisa pasrah di tenda-tenda pengungsian, sambil berharap uluran tnagan dermawan dan pemerintah. Meski, dia merasa bantuan pemerintah sangat lambat dalam bencana ini. Karena desanya sudah hilang ditelan bumi terkena liquifaksi tanpa sisa kecuali puing-puing. (bil/voa-islam)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!